Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Hijrah dengan Meluangkan Waktu Untuk Ibadah

12 Agustus 2022   22:09 Diperbarui: 13 Agustus 2022   05:26 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu masa, datang seorang sales bernama Hidayat ke toko. Kedatangannya untuk menawarkan sebuah produk cat sintetis(cat kayu dan besi). 

Kata beliau harganya sangat ekonomis dan kwalitas tidak abal-abal. Meskipun produk tersebut masih asing di telinga saya.

Sependek ingatan, beliau melakukan kunjungan dua pekan sekali. Pula hanya beberapa bulan memegang area Karesidenan Surakarta. Selebihnya beliau dimutasi ke kota lain.

Awal mula menawarkan cat saya tidak langsung memesan. Kami hanya berkenalan lalu menyimpan kontak masing-masing.

Karena konsumen kami bila sudah merasa nyaman dengan si A, maka ia enggan pindah ke lain hati. Berpindah produk maksud saya, hehe....

Meski demikian, beliau takpatah arang, dan setiap jadwal kunjungan tetap melakukan lawatan.

***

Suatu ketika ada konsumen yang membutuhkan cat kayu berwarna merah dan putih dengan harga ekonomis. Katanya untuk mengecat tongkat pramuka. Saya pun teringat produk yang pernah ditawarkan Mas Hidayat.

Karena tidak ingin kehilangan peluang emas, tanpa menunggu lawatan, saya segera memesan barang lewat media perpesanan. Tidak lama kemudian, terkirim balasan yang menyatakan pesanan akan segera dikirim.

***

Berawal dari penjualan cat yang laris di pasaran, membuat jalinan kerja sama antara toko dan penyuplai makin dekat, terutama Mas Hidayat selaku salesmen. Bahkan kami sering bertukar pengalaman, berbagi cerita seputar usaha yang digeluti.

 
"Mbak Yuli... enak ya, mempunyai usaha sendiri."  

"Alhamdulilah. Enak sih, mas. Meski terkadang harus menelan pil pahit." Jawab saya sambil tertawa lebar.

Beliau pun membalas  dengan tawa serupa. Lalu bertanya soal pil pahit yang saya maksud. Walau sejatinya beliau mengetahui maksudnya.

"Apakah diblong, Mbak?"

Diblong atau dikemplang mempunyai arti sama, yakni seseorang yang mempunyai sangkut paut hutang, tetapi ketika tiba waktunya membayar orang tersebut tidak mau membayarnya. Bahkan menghilang.

Pertanyaan Mas Hidayat kala itu membuat sedikit curhat, bahwasanya saya sering merasakan pusing serta tekanan darah menurun bila memikirkan hal di atas.

Belum lagi ditambah ketika menagih seseorang yang punya utang, tetapi ketika ditagih malah ngajak padu (orangnya marah) dan lain sebagainya hiks-hiks...

"Kalau sudah begitu, bagaimana tidak berpikir keras coba, lantas bagaimana saya akan bertanggung jawab kepada penyuplai barang?
Ya, tetap harus membayar bagaimanapun caranya tho, Mas?"

Mendengar penjelasan saya kala itu, sales tersebut hanya manggut-manggut. Sebelum akhirnya memberikan satu solusi.

"Tetapi Mbak Yuli bisa kok, melakukan sesuatu hal guna membentengi diri agar hati lebih tenang. Dengan begitu insyaa Allah, penyakit pusing takmudah menyerang."

"Benarkah, bagaimana caranya?"

"Luangkan Waktu Untuk Ibadah!"

Kemudian Mas Hidayat menceritakan sebuah kebiasaan baik yang dijalani berturut-turut, yakni salat 2 rakaat(salat dhuha) sebelum beraktivitas.

"Mbak, cobalah untuk melakukannya sekalipun hanya 2 rakaat. Dengan melakukan ibadah tersebut, insyaa Allah perasaan menjadi lebih tenang."


"Pasrahkan segala sesuatunya kepada Allah, karena sesungguhnya semua yang terjadi sesuai kehendak-Nya. Maka Allah pastinya akan memberi petunjuk-Nya." Pesannya kala itu. 

***

Minimnya pengetahuan kala itu membuat saya tidak mengetahui keutamaan salat dhuha. Salah satunya adalah, kemudahan bagi seorang muslim mendapatkan rezeki di dunia.

Perubahan itu pasti, Kebajikan Harga Mati. Foto Dokumen Mettasik.
Perubahan itu pasti, Kebajikan Harga Mati. Foto Dokumen Mettasik.


Sebuah pelajaran berharga yang bisa saya petik, melalui sebuah kebajikan yang ditebarkan seseorang. Sekalipun kebaikan hanya sebesar biji jagung. Maka akan nyata dan membawa Perubahan itu pasti.

Semenjak saya mengikuti arahan kebaikan yang beliau tebarkan, dalam menjalani hidup lebih sabar dan tawakal.

Dalam hal ini saya meyakini kebaikan yang beliau lakukan akan terbalas dengan kebaikan pula. Dan perubahan itu pasti serta Kebajikan Harga Mati.

Meskipun saat ini kami sudah tidak pernah berkomunikasi, tetapi saya yakin kebaikan yang beliau tebarkan akan mendapat balasan setimpal.

Saya yakin, di manapun beliau berada maka pahala akan selalu mengalir dan merahmati hidupnya. Insyaa Allah. Aamiin.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Salam kebaikan

Referensi

#Artikelyuliyanti
#TemaHijrah
#KebajikanMettasik
#MaybankFinance
#BlogCompetition

#MenulisdiKompasiana, 12 Agustus 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun