Berawal dari penjualan cat yang laris di pasaran, membuat jalinan kerja sama antara toko dan penyuplai makin dekat, terutama Mas Hidayat selaku salesmen. Bahkan kami sering bertukar pengalaman, berbagi cerita seputar usaha yang digeluti.
Â
"Mbak Yuli... enak ya, mempunyai usaha sendiri." Â
"Alhamdulilah. Enak sih, mas. Meski terkadang harus menelan pil pahit." Jawab saya sambil tertawa lebar.
Beliau pun membalas  dengan tawa serupa. Lalu bertanya soal pil pahit yang saya maksud. Walau sejatinya beliau mengetahui maksudnya.
"Apakah diblong, Mbak?"
Diblong atau dikemplang mempunyai arti sama, yakni seseorang yang mempunyai sangkut paut hutang, tetapi ketika tiba waktunya membayar orang tersebut tidak mau membayarnya. Bahkan menghilang.
Pertanyaan Mas Hidayat kala itu membuat sedikit curhat, bahwasanya saya sering merasakan pusing serta tekanan darah menurun bila memikirkan hal di atas.
Belum lagi ditambah ketika menagih seseorang yang punya utang, tetapi ketika ditagih malah ngajak padu (orangnya marah) dan lain sebagainya hiks-hiks...
"Kalau sudah begitu, bagaimana tidak berpikir keras coba, lantas bagaimana saya akan bertanggung jawab kepada penyuplai barang?
Ya, tetap harus membayar bagaimanapun caranya tho, Mas?"
Mendengar penjelasan saya kala itu, sales tersebut hanya manggut-manggut. Sebelum akhirnya memberikan satu solusi.
"Tetapi Mbak Yuli bisa kok, melakukan sesuatu hal guna membentengi diri agar hati lebih tenang. Dengan begitu insyaa Allah, penyakit pusing takmudah menyerang."