Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Mengenalkan Hari Raya dan Rasa Solidaritas Pada Anak

21 Mei 2022   16:09 Diperbarui: 29 Mei 2022   06:26 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Topik admin Kompasiana yang bertema Hari Waisak 2022 kali ini sangat menarik.

Terkait Hari Raya dua umat yang berbeda keyakinan, diperingati-- beriringan pada bulan dan tahun yang sama. Tentunya membuat sederet libur panjang lagi menyenangkan bagi segenap kalangan, terutama anak sekolah.

Namun bagi keluarga kecil kami, memanfaatkan libur lebaran untuk saling silaturahmi ke sanak saudara. Sedangkan pada Hari Raya Waisak, kegiatan sudah kembali seperti semula, yaitu beraktivitas.

***

Suatu ketika anak saya bertanya tentang Hari Raya Waisak terkait liburan sekolah.

Anak-anak meski sudah sekolah, namun belum begitu mendalami bila diajak dialog seputar keagamaan.

Meski demikian, bukan berarti mereka belum mengerti perbedaan antar umat beragama. Contohnya saat hari raya Idul Fitri serta Idul Adha, ia mengetahui itu perayaan yang diperingati kaum muslim sedunia.

Sedangkan tanggal 25 Desember diperingati sebagai Hari Natal umat Kristiyani.

Begitu pula ketika lebaran bakal datang, terlebih dulu ditandai dengan hadirnya bulan Ramadhan.

Selebihnya, merupakan proses pembelajaran secara spiritual yang bisa dilakukan orang tua pada anaknya.

Pada usia inilah, peran orang tua sangat penting untuk memperkenalkan agama dan hari raya pada anak sekalipun beda keyakinan.

Langkah tersebut sebagai pondasi spiritual serta menanamkan rasa cinta dan solidaritas sesama umat dalam menjalani kehidupan kelak.

1.Langkah awal Mengenalkan Perayaan Agama Pada Anak

Sebagai orang tua, saya pribadi mengenalkan agama yang dianut kepada anak sejak kecil sangatlah penting. Langkah ini dilakukan guna penanaman spiritual kepada buah hati.

Salah satu contoh, seperti halnya ketika anak bertanya tentang Hari Raya Idul Fitri.

Saya memberi penjelasan sangat sederhana. Bahwasanya Hari Raya umat Islam ada dua. Yakni Idul Fitri atau yang disebut Lebaran setelah menunaikan ibadah puasa selama sebulan. 

Tentu saja sebagai orang tua juga mencontohkan apa yang ia lakukan dengan benar supaya anak meniru. Karena sesungguhnya, anak cerminan orang tua.

Sedangkan Hari Raya Idul Adha atau yang disebut lebaran kurban ditandai dengan adanya penyembelihan hewan.

2. Mengenalkan Perayaan Agama Lain pada anak

Mengenalkan hari raya yang diyakini penganut agama lain itu sangat penting.

Sebagai contoh Hari Raya Waisak 2022.

Waisak adalah Hari Raya yang diperingati pemeluk agama Buddha. Perayaan jatuh pada waktu terang bulan(purnama sidhi) dan tanggalnya berbeda-beda. 

Sebab, helatan diikuti dengan penandaan kalender Buddha atau BE( Buddhist Era).

Hari Raya Waisak diperingati sebab adanya tiga peristiwa penting, yaitu:

1. Lahirnya Pangeran Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M.

2. Pangeran Siddharta mencapai Penerbangan Agung dan Menjadi Buddha pada usia 35 warsa atau pada tahun 588 S. M.

3.Buddha Gautama parinibbana(wafat) di Kusinara pada usia 80 warsa tahun 543 S.M. dan ditetapkannya perayaan Trisuci Waisak.

Penetapannya pertama kali diumumkan dalam konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia(World Fellowship of Buddhists atau WFB pada tahun 1959 di Sri Lanka.

***

https://www.momsindonesia.com/amp/article/parenting/belajar-memilih-cara-mendidik-anak-mengambil-keputusan
https://www.momsindonesia.com/amp/article/parenting/belajar-memilih-cara-mendidik-anak-mengambil-keputusan

Pada suatu hari anak mengadukan kebiasan takbaik salah satu temannya.

"Mi, aku malas bawa alat tulis dobel. Kata temanku, si Fulan nakal. Sering meminjam pensil tapi nggak dikembalikan."

"Memangnya, si Fulan pernah pinjam alat tulismu, terus nggak dikembalikan, gitu?"

"Enggak juga, sih. Kata temanku aja."

"Hmmm...nggak boleh gitu, Le. Pastikan dulu kebenarannya! Jangan langsung percaya begitu saja."

"Lagi pula, bila kamu minjemin alat tulis pada teman dengan ihklas, itu artinya kamu telah berbuat baik dan mendapat pahala.
Tetapi, kalau tidak mau itu namanya pelit. Pastinya tidak akan mendapat pahala. Wis pilih mana hayo?"

"Hore...aku pilih minjamin aja, biar dapat pahala."

Jawabnya begitu ceria, tersirat rona kebahagiaan memancar dari wajahnya. 

Senang rasanya, tanpa paksaan anak bisa menentukan keputusan. Benar-benar kebahagiaan sejati dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Dialog di atas salah satu cara saya menumbuhkan sikap bijaksana serta toleransi kepada anak. Agar anak mempunyai rasa peduli yang tinggi kepada sesama.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat.

Sumber bacaan

#Artikelyuliyanti
#TopikPilihan HariRayaWaisak2022
#Tulisanke-318
#Klaten, 21 Mei 2022
#MenulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun