Hari raya Idul Fitri memang sepekan sudah berlalu. Namun nuansa lebaran masih terasa Lekat.
Di tempat saya, hampir setiap ada kunjungan salesmen dan beberapa konsumen, suami selalu berjabat tangan mengucap mohon maaf lahir batin.
Bahkan hingga hari ini, 10 Mei 2022 masih kedatangan tamu dari Semarang, juga konsumen setia dari Pasuruan Jawa Timur secara bersamaan.
Suasana kali ini tentu berbeda dengan perayaan tahun lalu, ketika masih dalam balutan pandemi. Kami hanya menangkupan kedua tangan di dada sebagai tanda maaf.
Dulu, guna meminimalisir penyebaran virus Covic-19, seluruh lapisan masyarakat melakukan semua kegiatan secara online. Termasuk ummat muslim melakukan salat tarawih dari rumah.
Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat peduli serta membentengi diri dengan suntikan vaksin 1, 2 dan 3 (booster)Â
Di berbagai daerah masyarakat antusias mengikuti anjuran pemerintah sebagai upaya pencegahan virus corona.
Setelah tertahan dua tahun, disertai penangan kasus Covid-19Â dengan baik, pandemi di Tanah Air menurun tajam. Karena itulah, pemerintah resmi memutuskan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat.Â
Berita menggembirakan terkait pelonggaran adalah, diiizinkannya masyarakat melakukan salat tarawih berjamaah, serta Mudik 2022, dengan syarat vaksin lengkap.
Dengan semangat masyarakat menyambut keputusan tersebut, dengan digelarnya kembali salat tarawih secara berjamaah, namun tetap menerapkan protokol kesehatan.
Saya sendiri melakukan salat tarawih berjamaah di mushola terdekat. Demikian pula dengan kegiatan taddarus Qur'an bersama ibu-ibu hingga beberapa kali khatam.
Â
***
Tips Mudik 2022, bernuansa indah di malam takbir menjadi pilihan kami. Â Alhamdulillah, bersyukur bisa pulang mengunjungi ibu tanpa terjebak macet.
Meski jarak tempat tinggal saya dan rumah beliau berjarak -+ 12km, saat jalan macet, tetaplah macet. Tetapi saat bulan puasa kami jarang pulang, terkait beberapa aktivitas ramadhan.
Tetapi pada hari ahad( minggu 01, Mei 2022) jelang sore saya pulang dalam acara weweh (bakdan) yang lebih populer dengan sebutan lebaran.
Adat silaturahmi ke kerabat dan tetangga masih kental di tempat kami. Namun tradisi weweh hanya ditujukan kepada orang tua, serta kerabat yang dihormati.
Weweh dalam bahasa Jawa artinya memberi (bingkisan). Dulu, wewehan berupa makanan siap santap, terdiri dari nasi, lauk pauk, komplit menggunakan rantang atau tenongan.
Baca Juga:"Tradisi Nyadran Jelang Ramadan dari Masa ke Masa"Â
Tradisi wewehan sudah mengalami perubahan serta bervariasi, selain yang saya sebutkan di atas, bisa juga weweh dengan ingkung ayam dan sebutir telur asin.
Terkadang kue bolu dengan sebutir telur di lubang tengah, atau jajanan seperti parsel lebaran. Namun tidak dikemas dengan keranjang, melainkan tas sablon hari raya.
Konon kata para sesepuh di desa kami, bila kita weweh apapun isinya, supaya tidak meninggalkan telur asin meski sebutir. Tentunya dalam menambahkan telur mempunyai makna mendalam.
Makna sebutir telur ngglundung_ dalam tradisi wewehan
Sebutir telur ngglundung dalam wewehan menurut sesepuh, bahwasanya kita sebagai insan yang lebih muda berserah pasrah.
Dengan kerendahan hati memohon maaf atas segala kesalahan dan dosa kepada tetua, selayaknya sebutir telur ngglundung.
***
Malam takbiran saya bersama suami bertolak pulang. Sedangkan anak memilih menikmati takbir di kampung.
Sepanjang perjalanan pulang, saya berpapasan dengan pemudik, serta warga yang takbir keliling. Bahkan, sempat mengiring pawai hingga beberapa kilometer.
Arak-arakan sebagian bermotor ada yang mengendarai mobil bak terbuka sarana menampung sound system, ada juga yang memakai kereta mini.
Meski dalam perjalanan saya mengalami sedikit musibah, yakni kaca spion sebelah kanan diserempet pengemudi lain.Â
Tetapi insiden tersebut tidak membuat asesoris armada rusak. Hanya sedikit kaget dengan bunyi benturan yang cukup keras.
Dalam sekejap telah lupa, terbuai luapan kebahagian sesama muslim yang mengumandangkan gema takbir.
Berikut video yang berhasil saya abadikan dalam perjalanan di malam takbiran hingga Hari Raya Idul Fitri.
Allahu akbar..Allahu akbar...Allahu Akbar
Laa-ilaaha-illallahu wallahu akbar
Allahu akbar walillaahil-hamd.
***
Tiba saatnya yang ditunggu-tunggu, kami mempersiapkan diri untuk menunaikan salat Idul Fitri berjamaah di Masjid Jami' tak jauh dari rumah.
Nuansa idul fitri begitu khusyuk, tak terasa air mata menetes begitu teman NakNang membacakan ayat suci Al-Qur'an sebelum salat dimulai.
Suaranya sangat merdu, menyentuh kalbu, dalam benak saya berharap kelak Naknang sepertinya. Jadi Hafidz qur'an. Aamiin. Mohon doanya ya, Pembaca.
Kami bersyukur telah tunaikan ibadah salat Ied dengan khidmat. Rona bahagia bertambah ketika beduk ditabuh tak'mir dengan iringan sholawat, serta tradisi salaman.Â
Saya pun segera pulang untuk lanjut mudik 2022, lebaran bersama kerabat, sahabat beberapa hari ke depan sebagai penawar rindu setelah lama tanpa temu.
#Artikelyuliyanti
#TopikpilihanMudik2022
#Tulisanke-312
#Klaten, 08 Mei 2022
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H