Kedatangan kami disambut pemilik warung dengan senyumnya yang renyah.
"Tumben, sekalian  Mbak Yul. Bade ngersakke nopo?")**
Bakso besar dua porsi, sama teh angetya, mas!
Dalam hitungan menit, menu sudah terhidang. Namun, ketika saya mencari cokotan atau yang lebih populer disebut krupuk, barang itu tidak ada.
Malah dari sekian kaleng tempat karak dan krupuk kosong mlompong. Saat suami menanyakan. Penjual menjelaskan;
Kelangkaan minyak goreng menyebabkan penjual kerupuk tidak bisa setor.
Adanya minyak kemasan, lha tapi itu lho, mahal. Sebelumnya gandum mengalami hal serupa." Ujarnya.
Ternyata tidaknhanya di rumah kami, kaleng (blek) besar berusu krupuk kosong. Biasanya tiga hari sekali kaleng kerupuk di isi penjualnya, dan sudah berlangganan sejak lama.
Namun hampir sepekan kalengnya nganggur, suami terpaksa membeli ketengan(kemasan plastik )di pasar.
Beragam kisah di atas pemicunya adalah: patokan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng dilepas pemerintah.