Nah, saya penasaran ingin membuat menu yang sama, sekali lagi saya baca resepnya dengan seksama.
Halah...kok yo nganggo bumbu ngo hiong barang, yo kudu browsing takok Mbah google iki (Waduh, kok ya pakai bumbu ngo hiong segala, ya harus browsing tanya Mbah google ini).
Bumbu seperti itu hanya tersedia di mal. Minimarket pun tak ada apalagi di penjual sayur. Paling kalau saya tanya, bakal dijawab begini, "Kuwi opo to bu?"Â (itu apa to bu?) Hehe....
Saya berselancar, mencari tahu bumbu ngo hiong, pencarian pun mendapatkan hasil.
Bubuk lima rempah atau ngo hiong adalah campuran dari lima rempah-rempah, meliputi kelima rasa manis, asam, pahit, pedas, dan asin. Bumbu ini sangat popular dalam masakan Tionghoa, tetapi juga digunakan dalam masakan Asia lainnya.
Bahan-bahan untuk membuat bumbu ini ada bermacam-macam varian. Yang paling umum adalah bunga lawang, cengkih, kayu manis, andaliman dan biji adas yang ditumbuk.
Paduan rempah-rempah ini didasarkan pada falsafah Tionghoa dalam menyeimbangkan yin dan yang dalam makanan (Wikipedia)
Ya, wislah, pengganti ngo hiong meramu sendiri 4 rempah rapopo, lada hitam, cengkeh, adas lalu di ulek halus, tinggal menambahkan bubuk kayu manis. Kemudian dipadu padankan wae sesuai stok yang ada, nanti juga enak.
Karena ingin segera menyantap menu tersebut, maka akan saya olah dengan cara sedikit berbeda dari resep aslinya.
Begitu pun bahan jamur hioko saya ganti jamur kuping, namun tetap menambahkan kacang mete.
Siapa yang tidak mengenal kacang mete, buah dari jambu monyet atau jambu mede adalah sejenis tanaman dari suku Anacardiaceae yang berasal dari Brasil dan memiliki "buah" yang dapat dimakan.Â