Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cara Bijak Menghadapi Musim Kemarau, 4 Langkah yang Harus Dilakukan

5 September 2021   13:38 Diperbarui: 5 September 2021   16:30 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Negara kita Indonesia tercinta mempunyai dua musim, yaitu penghujan  dan kemarau.

Musim kemarau atau Masa Gersang, identik dengan kekeringan. Bagi masyarakat pedesaan khususnya para petani menghadirkan kisah tersendiri.

Memasuki musim gerah menyimpan banyak kisah berbeda-beda di setiap daerah. Mulai dari petani yang kekurangan air sehingga menyebabkan gagal panen pun tidak bisa menanam kembali.

Adapula sebuah kisah hutan atau lahan terbakar yang menyisakan kepedihan mendalam.

Baiklah, izinkan saya berbagi kisah sekaligus cara menghadapi pada saat Musim Kemarau Tiba.

***

Menjelang akhir Juli  tahun 2021 ini, beberapa tempat di Indonesia akan memasuki puncak musim kemarau.

Di Jawa Tengah ada dua kabupaten yang akan segera memasuki penghujung Era Gersang yaitu di Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara.

Menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhi, puncak musim kemarau juga diperkirakan akan berlangsung di tiga kabupaten lain yaitu Kebumen, Cilacap, dan Banyumas.

Terkait hal tersebut Setyoajie menghimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak buruk yang mungkin akan timbul.

Lantas apa saja dampak musim kemarau tersebut?

Puncak dari musim kemarau ini akan berdampak pada krisis air bersih. Karena itulah beliau menghimbau kepada masyarakat agar bijak menggunakan air.

Selain berdampak pada krisis air bersih, penurunan intensitas air hujan pada penghujung era tandus bisa meningkatkan potensi kebakaran hutan dan lahan.

Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman, Yanto, Ph. D.  Beliau mengingatkan akan pentingnya memperkuat mitigasi bencana kekeringan.

Mitigasi bencana adalah segala upaya untuk mengurangi risiko bencana. Program mitigasi bencana dapat dilakukan melalui pembangunan secara fisik maupun peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Wikipedia

Lalu bagaimana cara kita mempersiapkan diri jelang musim kemarau datang?

Jauh sebelum kemarau datang kita harus persiapkan beberapa hal guna menanggulangi krisis air tersebut dengan cara;

1. Membuat Tandon Air.

Tandon air berfungsi untuk menampung air saat hujan. Tempat tersebut dapat menjadi penyedia air di saat musim kering datang. 

Terkait hal tersebut tentunya kapasitas air yang tersedia tergantung dari luas area tandon sendiri. Maka, dalam pembuatan penampungan bisa disesuaikan. 

Jika tempat memungkinkan, lebih besar akan lebih baik. Karena persediaan air menjadi lebih banyak sehingga lahan yang akan dialiri cukup luas.

2. Menutup Tandon Air

Jika anda merupakan pengguna penampungan air portable seperti ember dan sejenisnya, tutuplah penampung air tersebut supaya tidak kotor karena debu dan benda yang berjatuhan.

Sehingga air bersih tersebut tetap dapat digunakan tanpa tercemar dari lingkungan sekitar.

3. Bijak dalam menggunakan air

Selain itu, jika Anda  salah satu orang yang ingin menghemat air dengan baik, perlu melakukan pemantauan pada penggunaan air di rumah. 

Tanpa adanya pemantauan air, maka di rumah bisa terjadi air keran yang meluber di kamar mandi atau di bak penampungan jika tidak memakai otomatis tandon.

Tanpa adanya pemantauan air bersih yang seharusnya bisa dikendalikan memang bisa saja kemudian sumber daya ini menjadi terbuang sia-sia.

4. Hindari Membakar Sampah Sembarangan.

Musim kemarau identik dengan kekeringan, banyak hutan pun tanaman menjadi kering.
Rantin dan daun pun jatuh berserakan.

Maka dari itu, hindari membakar sampah atau ranting pada waktu siang hari. Karena saat itu angin bertiup sangat kencang sehingga menimbulkan satu percikkan api menjadi berkobar.

Peristiwa ini mengingatkan kisah pilu paman dari suami saya. Pada waktu itu beliau hendak membakar dedaunan di lahan. 

Namun, pada saat membeli korek api di perkampungan sekitar, pedagang tersebut menyiasati bahwa korek api telah habis.

Akan tetapi takdir berkata lain, setelah berulang-ulang rencana membeli korek gagal, untuk ketiga kalinya paman menggunakan taktik jitu.


Saat membeli korek lagi beliau berkata pada pembeli untuk menyulut sebatang rokok. Nampaknya ide paman berhasil, penjual pun memberikan apa yang dibeli.

Beberapa jam kemudian, pedagang dan seluruh warga terdekat lahan milik paman berhamburan keluar rumah. Mereka melihat kobaran api membesar mendekati pemukiman.


Warga setempat bermaksud menghentikan bara dari sisi timur, sedangkan paman dari arah barat.


Namun naas, Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, nasib paman telah ditakdirkan harus berpulang keharibaan Allah SWT, dengan cara mengenaskan.

***
 
Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat diri saya sendiri, juga bermanfaat untuk pembaca di luar sana. Supaya bersikap bijak saat Musim Kemarau Tiba.

Karena musim tersebut anugerah dari Allah, yang wajib kita syukuri. Semua pasti membawa berkah  dan manfaat untuk kehidupan di muka bumi.

Sekian dari saya, salam hangat dan selamat berakhir pekan dengan keluarga tercinta.

Sumber referensi
dan pengalaman pribadi.

#ArtikelYuliyanti
#TulisanKe-176
#Klaten, 05 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun