Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Pilihan

Asyiknya Berkebun, Inilah Hasil Panen Dari Kebun

25 Juli 2021   12:27 Diperbarui: 25 Juli 2021   15:32 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar, beberapa tanaman di kebun, olah picsart dokpri Yuliyanti

"Tanduranku oh lombokku, piye kae Bu-ne."


Kata-kata itulah pertama kalinya

 terucap pada suatu pagi.

Iya, sudah menjadi kebiasaan suami saya sebelum memulai aktifitas kerja. Terlebih dahulu beliau berkutat dikebun belakang.

Tanah pekarang itu ditanami berbagai jenis tanaman. Selain ada  pohon kelengkeng, mangga, pisang, pepaya, sereh pun ada.

Sebagian tanah pun ditanami cabai rawit. Terkadang cabai merah keriting, gambas dan kacang panjang. Namun, saat ini hanya cabai rawit saja.

Punya Kebun di Rumah itu asyik, selain ada beberapa manfaat saat berkebun, tanaman yang ditanam bila berbuah bisa membantu  meringankan kantong bagian dapur. Menjadi lebih irit begitu hehe. Apalagi saat ini, harga cabai melangit.

Adapun 4 manfaat berkebun adalah:

1. Memperbaiki Kualitas Udara.

2. Meningkatkan Kekebalan Tubuh.

3. Baik Untuk Mental.

4. Meningkatkan Kemapuan Belajar.

Suami saya memang suka bertani, darah tani telah menyatu sedari Almarhum Bapak Mertua.

Kala badan sehat, mulai dari mencangkul, menanam hingga membersihkan rerumputan liar, pun menyirami tanaman dilakukan sendiri.

Suatu ketika adik saya hendak mandi, namun keran air tidak berfungsi, ia pun beralih ke kamar mandi sebelah, hasilnya sama. Padahal mesin pompa berbunyi.  Setelah dicek, ternyata tandon air itu ludes isinya.

Ya, saat tidak turun hujan beberapa bulan lalu, suami menyirami tanaman menggunakan saluran yang terhubung dari tandon air (watertoren) berkapasitas 550 liter biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Pada Bulan April lalu,  secara bersamaan saya dan suami kurang sehat, tanaman cabai pun tidak terawat hingga suami pun sedih.

"Mbok-lombok, sepurane yo, aku ra isoh ngrawat kowe kanthi becik.")*


Berulangkali beliau meminta maaf pada pohon cabai saat menyirami. Karena merasa tidak bisa merawat dengan baik selagi sakit. 

Pasti di antara pembaca bertanya-tanya, kenapa meminta maaf pada tanaman?

Pada hakikatnya, tanaman adalah tumbuhan yang bernyawa. Sebagian orang meyakini, dengan mengajak bicara tanaman bisa membuatnya tumbuh lebih cepat.

Ahli Botani mengatakan, kalau tanaman dan bijinya akan tumbuh lebih baik dan  cepat jika mendengarkan rekaman percakapan atau musik klasik.

Menurut ahli, tanaman bereaksi pada suara tersebut karena secara alami mereka merasakan perubahan dari angin atau gerakan hewan di sekitarnya.

Gelombang suara ini juga menekan sel tanaman, teman-teman.

Namun hal ini belum bisa dibandingkan dengan bicara langsung dengan tanaman. Karena rekaman suara atau musik bisa diputar dalam volume suara yang keras, sekaligus dalam waktu yang lama.

Melansir dari Metro, riset pada 2009 mengamini gagasan tersebut.

Royal Hosticultural Society (RHS) melakukan percobaan pada tanaman tomat. Tomat yang diajak ngobrol ditemukan dapat tumbuh lebih tinggi daripada yang didiamkan saja.

Kemudian hal menarik lainnya, suara perempuan dinilai lebih efektif memberikan dampak dibanding suara laki-laki.

Meski kerap diusung, Michael Holland, ahli ekologi sekaligus penulis, meragukan temuan ini. Mengapa?

Holland tidak meragukan apabila tumbuhan memberikan respons terhadap suara. Ia menunjukkan, ada riset yang melihat efek beberapa tipe musik terhadap tumbuhan.

 Tapi secara umum, tanaman bisa merespons terang dan gelap, gravitasi, respons terhadap zat kimia yang berbahaya juga, pada musim.

"Beberapa jenis tumbuhan termasuk kacang-kacangan, ditemukan menggunakan bentuk ekolokasi untuk 'mendengar' jarak ke benda padat terdekat dengan memecahkan beberapa selnya di ujung dan 'mendengarkan' gema," jelas Holland mengutip dari Metro.

Selengkapnya bisa disimak di sini: 

Tentang kebenaran semua itu hanya Allah yang Maha Mengetahui, kita hanya berusaha menanam, merawat tanaman sebagai bentuk keterikatan dengan apa yang kita tanam. 

Dengan begitu bisa lebih memperhatikan tanaman dari jarak dekat.

Ilustrasi gambar, beberapa tanaman di kebun, olah picsart dokpri Yuliyanti
Ilustrasi gambar, beberapa tanaman di kebun, olah picsart dokpri Yuliyanti

Syukur alhamdulillah, tanaman cabai rawit dibelakang rumah tumbuh dan berbuah banyak, meski tidak bisa terawat sempurna.

Kami sudah memetik hasilnya berkali-kali. Bahkan, bisa berbagi. Pokok-e asyik banget deh, punya Kebun di Rumah. Dengan begitu kita bisa memetik hasil dari tanaman yang kita tanam.

Ilustrasi gambar hasil sekali petik cabai rawit di kebun. Dokpri Yuliyanti
Ilustrasi gambar hasil sekali petik cabai rawit di kebun. Dokpri Yuliyanti

Sekian dalam berbagi kisah tentang asyiknya ber-Kebun di Rumah, apalagi saat pandemi bisa lebih ngirit.

Salam hangat dan selamat berakhir pekan bersama keluarga tercinta.

***

Kata "Mbok-lombok" dalam bahasa jawa)* Bai-cabai, minta maaf ya, aku tidak bisa merawat dengan baik.

Referensi 1, 2, 3

#ArtikelYuliyanti
#TemaKebundiRumah
#TulisanKe-143
#Klaten, 25 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun