Pembaca yang dirahmati Allah
Alhamdulillah, hari ini kita menjalankan ibadah puasa insyaa Allah ke-18, semoga kedepan diberi kelancaran hingga lebaran  datang, aamiin.
Hilangnya tradisi sahur yang menyenangkan lagi dirindukan.Â
Hampir semua warga di tempat tinggal saya, merindukan hiruk pikuk tradisi sahur beberapa tahun sebelum pandemi.
Berbagai ornanen tradidional turut menerishkan acara tersebut. Anak-anak kecil hingga menginjak remaja membunyikan kentongan terbuat dari bambu yang diberi lubang sesuai irama yang dikehendaki.Â
Sangat sederhana, namun menarik hati. Sambil keliling kampung berdendang " Sahur...Sahurrr...."
 Seruan khas tradisi menjelang sahur. Lantunan itu diulang berkali-kali sebagai ungkapan membangunkan warga untuk segera bangun dan sahur.
Meskipun kebiasan itu telah lenyap karena pandemi, namun tradisi di keluarga kami makin berkembang pun tak pernah hilang.
Ada beberapa tradisi menghiasi sahur kami yang takpernah hilang, diantaranya;
1. Bangun Lebih awal
Semenjak berkeluarga hingga saat ini, sayalah orang pertama yang bangun lebih dulu, lalu tunaikan qiyamul lail. Baru kemudian suami menyusul, kemudian memutar salah satu stasium televisi, menonton acara idola kami( saat ini Aksi Asia 2021)
Selanjutnya saya menyiapkan menu sahur, dengan memasak lauk-pauk atau sekadar menghangatkannya, taklupa segelas susu hangat berteman air putih, kurma dan madu telah tersaji di meja makan.
2.Membangunkan Anak diajak sahur.
Ini yang membutuhkan kesabaran, kala menu untuk saya dan suami telah siap, anak masih berbalut mimpi indah. Meskipun dia sudah berinisiatif membunyikan alarm, takkunjung bangun juga. Dering tersebut justru dimatikan begitu saja. Saat dipanggil pun hanya menyahut dengan sepatah kata 'sebentar.' Kalau sudah begitu saya harus pakai taktik.
3.Membangunkan dengan kata yang mengundang selera
Kata-kata dan menu yang mengundang selera yaitu, mendendangkan lagu;
    "Indomie selerakuuu...."
Â
Lirik itu saya ulang berkali-kali, dengan harapan semoga lekas bangun. Namun, ada kalanya dia tak ingin menyatap menu tersebut, usaha pun berakhir dengan kegagalan. Saya pun memakai cara lain.
Â
 4.Peluk cium kasih sayang.
Anak saya tergolong sedikit manja dengan Ibunya. Terkadang, saya harus memeluk dan menciumi pipinya agar lekas bangun, sambil berbisik bahwa sahur itu dianjurkan dalam islam. Takjarang dengan cara ini dia langsung bangun. Akan tetapi, bila lagi malas bangun justru mengencangkan pelukan.
Hingga saya pun harus memakai cara lain.
5.Menggelitik telapak kaki dengan jari
Jika memakai cara di atas gagal, saya takkehabisan akal. Jemari tangan pun beraksi, menggelitik atau menggaruk lembut dengan ujung jari.
Seseorang pasti punya daerah sensitif sendiri-sendiri. Bisa digelitik di pinggang, leher, telapak kaki. Kebetulan saya sering pakai cara seperti itu, pasti langsung melek. Namun, takjarang hanya bangun lalu pindah posisi. Tapi pada akhirnya bangun juga saat saya ceritakan perintah sahur dalam tuntunan islam;
Diriwayatkan oleh HR, Ahmad.
Nabi Muhammah Saw bersabda; " Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur)."Â (HR. Ahmad).
6.Salat Subuh Berjamaah
Sudah menjadi tradisi kami, usai makan sahur lalu berkemas ke Masjid untuk tunaikan salat subuh berjamaah, taklupa mendengarkan ceramah ustadz (kultum) sesaat.
7.Jalan-jalan Menghirup Udara Segar.
Sudah menjadi kebiasaan di desa kami, usai subuh jalan-jalan menyambur fajar. Dari mulai anak-anak hingga orang dewasa. Bercanda dengan riang gembira sesama teman.
Semoga tulisan bermanfaat, salam berkah ramadan.
Referensi 1
Tulisan ke-81. Klaten, 01 Mei, 2021