Menikmati keindahan Ibu Kota Kerajaan menjadi impian. Namun, saat kami tiba di sana sudah malam, jadi hanya bisa berfoto di luar area kerajaan. Berikut saya sertakan foto dokumen pribadi. Saya, Ibu dan Pak kiai H Sutomo Ridwan(Almarhum) beliau berpulang ke rahtullah beberapa bulan setelah pulang umrah.
Baru kemudian bergegas menuju tempat penginapan untuk makan malam di sana.
Makan malam pun pagi dengan menu yang hampir sama, saat melahap olahan tersebut terasa sangat asing di lidah.
Hampir semua rombongan takmampu menghabiskan porsi makan yang telah di hidangkan. Saya lebih memilih memakan nasi walau sedikit, yang kebetulan tidak terkena  kuah sayur berwarna kuning.
Wis, pokok e paling enak masakan Indonesia hehe. Eh, malah curhat.
Kembali ke topik ya pembaca yang berbahagia.
Pagi itu setelah pukul 08:00 waktu Malaysia atau pukul 10:00 WIB, kami sudah berkumpul di Bandara, menunggu jam penerbangan pesawat Saudi Arabian. Sebuah pesawat yang sangat besar, hampir sama pesawat Garuda Indonesia yang menampung jemaah haji Indonesia  menuju Bandar Udara Jeddah.
Singkat cerita, setelah sampai di Jeddah, kami dijemput bus menuju Kota Madinah, karena awal tujuan ke Masjid Nabawi.
Setelah bus memasuki Kota Madinah, serombongan menyerukan lirik selawat Burdah, selawat Nabi.
 Â
Ustadz Sonni membimbing lirik lagu tersebut beserta artinya. Suara mengalun sendu, bait demi bait menggambarkan tentang rindu yang mendalam. Begitu menyentuh kalbu, tak terasa bagai tersayat. Hati ini tak mampu membendung segala kerinduan.
Merindukan sosok pujaan penuntun umat, Baginda Nabi Rasulullah alaihi wasallam.  Apa daya, tiada yang bisa kami lakukan  selain menangis. Seluruh jemaah tersedu-sedu termasuk ustad dan sesepuh kami.
Berikut lirik lagunya;
  Maulaa ya sholli wasallim daaiman abada, 'alaa habiibika khoiril kholqi kullihimi
Yang artinya:
Wahai Tuhanku kami(Allah SWT)curahkan selalu sholawat dan salam selalu selalu, selama-lamanya dan abadi, kepada kekasih-Mu(Muhammad) yang terbaik diantara semua makhluk.