Setelah bertemu dengan pemilik toko, lanjut mendapat pengarahan, akhirnya hari itu bekerja. Pada Era 90 an, merupakan toko terbesar di kota Klaten. Sebelum memulai aktifitas kerja, seorang wanita (Mbak Tatik) karyawati bagian order barang menunjukan tempat istirahat untuk kami.
Sebuah kamar di lantai dua, dengan satu pintu pun jendela sebagai sirkulasi udara sebagai tempat tibur kami. Dinding bercat putih terang turut menghiasi ruangan melepas penat, bermunajat kala hati gundah.
Hari berganti hari bahkan akhir pekan pun  terlewati. Pada hari sabtu, untuk pertama kalinya terima gaji. Gajian pertama saya waktu itu sebelas ribu rupiah. Hati pun riang, mendapatkan upah hasil tetesan keringat sendiri. Pun saya tabung sedikit demi sedikit untuk Ibu.
Bulan demi bulan pun telah terlewati. Walau sebenarnya saya kurang nyaman bekerja di sana. Apalagi saat karyawan pria sebagian tidak masuk atau sedang tidak di toko, takjarang bila harus menyiapkan pesanan, mengangkat barang sekalipun tidak terlalu berat. Terkandang membuat hati jemu.
Mendapat pekerjaan lebih baik dari toko besi menjadi impian setiap orang, termasuk saya.
Suatu hari saya pulang, bertemu dengan keluarga hal paling membahagiakan. Pada suatu malam tanpa awan, langit pun berbintang, bercengkerama dengan keluarga selalu menyenangkan. Tanpa sengaja saya bilang kepada Bapak.
"Pak, seandainya saya mengundurkan diri dari toko besi, lalu cari kerja di tempat lain, apa diperbolehkan?"
"Nduk, ada apa?
"Kenapa mau pindah kerja?"
Lalu saya  pun menjawab.
"Saya tidak kerasan. Bayaran tidak naik, dari dulu sebelas ribu terus. Iya, memang dapat makan sekali, tidur pun disiapin tempatnya. Tapi....