Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Self-Reward Menyatu dengan Alam

12 Maret 2021   21:25 Diperbarui: 14 Maret 2021   10:45 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Self-Reward, banyaknya postingan kawan-kawan sesama kompasioner membuat hati berpacu untuk menjejaki.

Saya pun teringat kejadian hampir tiga dekade. Pada waktu itu saya bekerja sebagai karyawati di sebuah toko.

  • Bekerja lagi, bekerja terus, dalam kurun waktu hampir lima tahun. Bergelut dengan mimpi berteman dengan angan-angan.

Sebuah tuntutan pekerjaan yang begitu menyita. Sejak dimulainya pukul 07:30 pagi hingga pukul 16:15 sore. Tentu menyisakan sedikit waktu untuk bersantai ria. Apalagi rutinitas itu hampir sepekan berturut-turut. Hanya pada hari minggu saja waktu sedikit luang, saya manfaatkan untuk berteman dengan alam.

 Misalnya minggu pertama dan ketiga memanfaatkan waktu untuk pulang ke rumah orang tua di desa. Kampung halaman saya kala itu masih dipenuhi pepohonan. Beraneka pohon seperti  bambu, jati, sawo, mangga turut menghiasi kebun setiap warga. Begitu pula dengan rumah Ibu.

 Keasrian alam pedesaan yang jauh dari polusi membuat hati pun pikiran jernih. Lalu, kembali kerja dalam kondisi bugar.

Minggu kedua dan keempat saya menghadiahi diri sendiri dengan cara rekreasi ke pantai. Meskipun tidak bisa sesering mungkin.

 Pantai Parangtritis, obyek wisata yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul. Salah satu pantai yang riuh ombaknya menderu, menggelegar, seakan ikut menyeruakan segala beban yang berkecamuk di dada.

 Selain pantai, tujuan rekreasi yang murah meriah pun menyehatkan adalah gunung.

***

'Ndeles Indah' sebuah obyek wisata yang terletak di lereng sebelah timur kaki Gunung Merapi, sekitar 25 km dari pusat Kota Klaten.

 Keindahan alamnya menjadi daya tarik wisatawan lokal. Rimbunnya pepohonan membuat udara sejuk. Tidak hanya itu saja, bila kita mengunjunginya taklupa bawa pulang bunga 'Edelweis' ciri khas pegunungan tersebut.

Filosifi Bunga Edelweis adalah cinta   sejati memerlukan pengorbanan, perjuangan, juga kesungguhan untuk mendapatkannya. Sama halnya dengan Edelweis, memerlukan pengorbanan untuk memetiknya( Three Bouquets)


406078196-jpg-604b5860d541df38784c97e2.jpg
406078196-jpg-604b5860d541df38784c97e2.jpg
https://www.kompas.com/

Nah, 'Ndeles Indah' menjadi tempat sangat cocok untuk melepas penat.

Selain gunung untuk membahagiakan hati dengan cara pergi bersama teman-teman ke pemancingan. Melayangkan pandang, aneka ragam ikan menari dengan riang. Pun menikmati berbagai olahan ikan tawar, sungguh menyenangkan . Banyaknya tempat pemancingan takjauh dari area kerja menjadi cara self-reward yang murah meriah.

***

  •  Lima tahun berlalu tanpa hal baru. Setelah beberapa bulan kemudian, saya pindah ke kota lain dengan kehidupan lebih baru pula.

Keberadaan saya di kota baru, hampir sama. Segala rutinitas pun takjauh berbeda, makin bertambah padat. Tanggung jawab pun jauh lebih berat membuat kepenatan melanda.

Ya, sebelum menikah bisa dibilang sering memberi penghargaan pun memanjakan diri. Kali ini agak berbeda dengan tahun-tahun yang lalu. Semua harus diatur dengan baik. Salah satunya, cara  menghadiahi diri sendiri.

  • Minggu pertama, saya pergi ke salon. Rela antri hampir setengah hari untuk merawat diri. Mulai dari pijat, merawat wajah, pun rambut. Bak sekar kedaton dimanja sesaat. Aroma wewangian membuat tubuh rilek, kepenatan melanda semasa kerja pun hilang lenyap.

Minggu kedua saya memanjakan mata pun lidah. Iya, menikmati keindahan alam kota Jogja, serta menyantap berbagai menu khas di Kota Gudeg ataupun Kota terdekat. 

Pokoknya, tiap akhir pekan harus memberi hadiah terbaik untuk diri sendiri sebelum nanti membagi waktu bersama keluarga.

Minggu ketiga masih seputar kota terdekat menengok orang tua. Karena sejak bekerja taklagi serumah dengannya. Namun, adik-adik membersamai dalam mengurus usaha yang telah saya rintis. Meskipun jarang pulang ke rumah orang tua, taklupa untuk berbagi sedikit rezeki

Minggu keempat masih seputar menyenangkan diri. Terkadang saya memanjakan diri dengan merawat wajah, rambut, pun dengan pijatan yang akan mengendurkan otot dan saraf yang akan membuat pikiran tak mudah tegang apalagi stres. Perawatan ini akan merileksasi tubuh setelah rutinitas menumpuk.

Namun, berbeda lagi setelah saya menikah dan berkeluarga. Saat awal-awal menikah, merawat diri sangatlah penting. Maklumlah, pengantin baru. Bahkan hingga menjelang buah hati lahir masih sering ke salon walau sekadar perawatan wajah.

Setelah buah hati lahir, saya pun jarang memanjakan diri lagi. Bertambahnya kebutuhan yang harus dipenuhi. Mengurus  keluarga menjadi kewajiban yang utama. 

  • Mahalnya biaya untuk menghadiahi diri sendiri membuat saya berpikir dua-kali. Terlintas dalam benak kala itu, memanjakan diri memang perlu, tapi jauh lebih penting untuk beli susu. Meskipun begitu, saya tetap memberikan hadiah rupa merawat wajah sendiri di rumah.

Saat perawatan di salon dulu, saya memperhatikan tekniknya. Langkah-demi langkah pun saya praktikkan. Setiap dua minggu sekali merawat wajah sendiri.

  •  Yah, jarang ke salon. Apalagi saat pandemi seperti sekarang ini. Berkumpul dengan orang asing masih dilarang. Tetapi merawat diri tetap terjaga. Saya melakukan dengan sangat sederhana. Bukankah self reward itu adalah bentuk membahagiakan diri sendiri melalui sebuah aktivitas yang menyenangkan?

Nah, saya punya cara lain yang sederhana lagi murah meriah. Melepas kepenatan dengan cara menikmati udara segar di alam bebas.

 Dengan cara seperti itu bisa mengenduran otot dari seluruh anggota tubuh. Hutan yang menghijau bisa membuat pikiran tenang dan tubuh pun kembali  bugar.

Mendiang ayah mengajarkan;

Katanya, sepenat apapun dampak dari pekerjaan yang digeluti, semua akan hilang lenyap saat hati, pikiran, mata pun menyatu pada alam.

Tanaman yang tumbuh subur, berkembang, daunnya lebat nan hijau, orang jawa bilang (tandurane ijo royo-royo). Menikmati hamparan yang menghijau seperti gambar di atas, mampu merileksasi tubuh bila hati pun pikiran  menyatu dengan alam. Maka, hasilnya akan memberikan dampak positif, kesembuhan bagi tubuh pun segar bugar.

  • Selain hamparan padi membentang  hutan pun menjadi cara merileksasi, seperti saya ulas di atas. Minggu lalu saat dalam perjalanan menuju rumah Ibu, saya mengabadikan beberapa pemandangan yang menghijau dari balik kaca mobil. Asrinya membuat mata tak jenuh memandang lelahpun jadi hilang.

20210313-055019-604d8614d541df334212cb12.jpg
20210313-055019-604d8614d541df334212cb12.jpg
Dokpri

Itulah cara 'Self-reward' menyatu dengan alam yang murah-meriah(mumer)

Tulisan ke-54. Klaten 12 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun