Kehadiranya di desa tersebut dalam rangka penyuluhan komunikasi pertanian. Rangga selaku Putra Punggawa desa, tentunya punya andil pun selalu membersamainya. Seringnya bertemu menumbuhkan rasa cinta di hati mereka.
Akan tetapi, Rangga merasa takut, minder, kehidupan mereka bagaikan bumi dan langit. Sehingga dia menyimpan rasa cinta itu dalam-dalam. Namun, perasaan seorang Ibu takbisa dibohongi.
Hingga suatu hari Ibu Rangga berkata pada Putra semata wayangnya.
"Nak, cepatlah menikah. Ayah dan Ibu ingin segera menggendong cucu."
Lalu, si Anak pun bilang.
"Bu, aku belum mapan, bagaimana aku menghidupi keluargaku kelak?"
"Kau keliru, Nak. Dengan menikah, maka jiwa raga akan menjadi satu, saling melengkapi, menutupi kekurangan satu sama lain, kelak akan mengokohkan langkah kakimu."
"Percayalah, Allah sediakan rezeki yang luas bagi pasangan yang telah menikah."
"Seperti firman Allah yang berbunyi: Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Allah Maha luas(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui."(QS. An-Nuur:32)
"Nah, apalagi yang kau tunggu, segeralah menikah selagi muda. Jangan sampai bergelimang zina mata, ya, Nak."
Tutur Ibu Rangga, menyemangati hati, senyum pun mengembang, menghias bibirnya.