Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Doaku untuk Ibu

31 Desember 2020   15:51 Diperbarui: 31 Desember 2020   16:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini sudah kutulis beberapa bulan lalu. Bertepatan dengan Hari Ibu, yang jatuh pada Hari Selasa, 22 Desember 2020

Inginnya hati posting saat itu juga, sebagai ungkapan terkasih, tetapi apa daya, tangan tak sampai. Meskipun begitu,diri ini tak lupa untuk selalu bertemu, dengan atau tanpa buah tangan untuknya.
 
Teringat beberapa tahun silam, pengorbanan seorang Ibu untuk buah hatinya begitu besar.

Puisi ini untuk Ibuku, dan semua Ibu di mayapada.

Semilir angin menyapu wajah
Mentari pagi bersinar tunjukan diri
Peluk hangatmu penuh kasih bangunkan tubuh ini
Dengan malas mata ini pun enggan terbuka.

Namun, belaian cintamu dengan sabar menunggu
Hingga mata ini berangsur terbuka
Saat kubuka hal pertama yang kulihat
Ibu tersenyum penuh cinta.

Senyuman begitu manis
Senyuman yang membuat hati merasa tenang
Kasihmu sepanjang waktu, sedari kecil hingga aku dewasa
Ibu, engkau kekuatan terbesarku menjalani hidup.

Engkau adalah mata hatiku
Karenamu aku melihat dunia
Engkaulah madrasah pertamaku, Ibu
Karenamu kutahu tentang salah dan benar.

Akupun tahu banyak tentang hidup
Begitu banyak yang engkau berikan
Sebagai sumber segala kisah 

Hidup dan kehidupan kelak

Merawatku penuh cinta
Sedari kecil hingga dewasa
Ibu maafkan diriku belum bisa membuatmu bahagia
Apalagi membalas pengorbanamu.

Maafkan jika aku tak seperti inginmu
Maafkan diriku belum bisa berbakti padamu
Andai kuberikan emas permata untukmu
Semua itu belum cukup membalas jasa baikmu

Sembilan bulan dalam kepedihan
Tak bisa kutebus dengan gemerlapnya dunia
Emas permata ataupun intan dan berlian
Ibu, senantiasa aku selalu berdoa untukmu.

Doa keselamatan sepanjang hidupmu
Kesehatan lahir batinmu 

Keberkahan panjang umurmu
Doa kebahagianmu sepeninggal ayah.

Ibu, terima kasih atas segala yang engkau berikan
Segala yang kau korbankan untuk kelangsungan hidup
Ibu kusangat menyayangimu

Ibu engkau begitu berarti bagiku
Tanpamu aku bukan siapa-siapa dan tak bisa apa-apa
Engkau adalah hidupku, cintaku juga napasku
Sangat besar jasamu, kaulah pahlawanku

Masih teringat hangat di pelupuk mata
Saat kecil kumenangis dan tertawa dalam pelukmu
Engkau selalu siaga hingga dewasaku
Engkau selalu menghibur, membimbing saat pilu dan riangku.

*****

Ibu, selamat Hari Ibu, jasa pengorbananmu tiada sia-sia. Di sketsa doamu sejarah tertoreh. Menjadikan kisah terindah dalam hidupku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun