Kamu yang pernah hadir lalu pergi
Kamu yang pernah memberiku tawa meskipun itu tak nyata, hanya tipu daya belaka pikirku
Kamu yang pernah buatku kagum
Kamu yang pernah buatku menunggumu, menunggu kabar darimu, menunggu kedatanganmu
Begitu lah aku menggambarkan sosok dirimu
Meskipun ku tak tahu apakah kau tulus denganku atau tidak, sementara aku tak memperdulikan itu
Yang ku tahu hanya kamu
Sejatinya,,, aku tak menyalahkan kepergianmu
Hanya saja aku tak mampu menanggung itu
Kamu pernah hadir meskipun tak lama
Tapi semua itu sudah membekas sangat dalam rasanya
Kau tau,,,, kebohonganmu menikam pelan hidupku
Hidupku yang telah terisi olehmu kini hancur lebur seperti debu
Debu yang tak pernah nyata kini menghilang
Jika ku ingat kata-katamu dulu dan waktu itu
Kau membual begtu hebatnya sampai ku terperdaya
Hingga ku jatuh ke jurang begtu dalamnya
Saat ku ingat, aku hanya menyalahkan diriku
Betapa bodohnya diriku, semuanya tak dapat kulihat dari matamu
Karna aku sudah bahagia meski hanya melihat tatapanmu
Tapi kini aku tersiksa dengan kata-katamu
Aku seperti,,,,, entahlah apa ku tak bisa menjelaskannya
Hanya saja, fisik, pikiran dan batinku masih menyalahkanku
Tentang rindu, apakah kau pernah merasakan rindu sepertiku, saat kau bohongi aku dulu?
Tentang senyum, apakah kau pernah tersenyum tulus padaku, saat kau bohongi aku dulu?
Entahlah aku hanya bisa bertanya-tanya dalam pikirku yang tak pernah ku tahu jawabnya
Hanya kamu yang bisa menjawab setiap tanyaku
Dan kamu mengakhirinya dengan caramu
Yulia Ayu Pramitasari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H