Mohon tunggu...
yulia adiningsih
yulia adiningsih Mohon Tunggu... -

Penikmat sibuk santai.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Pro Kapitalis

4 Juni 2017   08:36 Diperbarui: 4 Juni 2017   09:12 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : indoprogress.com

Tulisan ini adalah tanggapan atas tulisan M. Jundurrahman dengan judul "Manifesfo Singkat Anak IPS".

sebelumnya, saya menyetujui pendapat Jundurrahman mengenai alasan seseorang memilih jurusan IPA pada saat sekolah dengan mengaitkan fenomena tersebut dengan teori Karl Marx. kira-kira begini kutipannya : 

bahwa sebuah kaum buruh akan merasa teralienasi dengan apa yang mereka lakukan karena pekerjaan mereka tak sesuai hobi dan semangat mereka masing-masing, atau lebih tepatnya terlepas dari diri mereka masing-masing dan tak terasa pula manfaatnya langsung ke mereka semua, perlahan-lahan ini pula berbuah menjadi proses transisi revolusioner yang dimulai dari class awarenesssampai praksis. Saya berfikir demikian mengenai anak-anak ini, kawan-kawan saya, yang bisa saja terjadi nantinya (kecuali proses pra-revolusi tadi) ketika mereka mulai mengambil kursi di sebuah kubikel kantor, menunggu mereka dari jam pagi sampai sekitar waktu Maghrib atau pukul sembilan.

(Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rambu_hijau/manifesto-singkat-anak-ips_5932d1cb947a61c101d98fea)

kalau begini siapa yang salah ? 

Pendidikan hari ini memang sudah pro terhadap kapitalisme. Orientasi pendidikan adalah keuntungan. Memang, manusia adalah makhluk ekonomi, namun bukan berarti pendidikan harus memakai logika ekonomi. logika untung-rugi yang berlandaskan  uang.  Parameter kesuksesan sesorang adalah uang yang banyak (keuntungan yang banyak). Jika begini, sekolah tak lain adalah pabrik yang berlebelkan pendidikan. 

Banyaknya orang terjebak dalam pemikiran "memilih jurusan IPA  akan sukses"  tak lepas dari motif mendapatkan uang nantinya atau menjadi 'pekerja' di sebuah perusahaan dengan cepat setelah lulus studi. Pemikiran ini terus menerus diproduksi oleh pelajar-pelajar di Indonesia dengan dukungan kondisi masyarakat Indonesia yang juga serempak mengamini pemikiran ini. selain itu, sekolah juga mendukung reproduksi pemikiran ini dengan memperbanyak kelas IPA dibandingkan IPS. Tentu tidak semua begitu, namun mayoritas begitu. Belakangan, jurusan IPS juga bertambah peminatnya. namun lagi-lagi ini hanya untuk mendapatkan uang saja. 

sebenarnya tidak ada yang salah dengan "ingin mendapatkan uang" namun yang menjadi masalah adalah pemikiran seperti ini mereduksi esensi dari Pendidikan. dengan kata lain telah terjadi dehumanisasi pendidikan. pendidikan menjadi upaya robotisasi atau mesinisasi manusia. padahal, jika kita mengutip salah satu tujuan pendidikan pada pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1995, tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 

selain banyaknya kelas jurusan IPA di sekolah-sekolah, fasilitas lain yang diberikan kepada pelajar-pelajar Indonesia adalah banyaknya pendididik yang tidak mendidik. pendidik yang pragmatis. rasanya sulit menemukan pendidik yang mendidik pada hari ini. pengaruh pendidik sangatlah besar. misalnya, anak-anak sekolah 5 hari dalam seminggu maka selama 5 hari pula dia akan bertemu dengan pendidik. Apa yang dilihat dan didapat dari seorang pendidik akan memengaruhi pola pikir dan perilaku anak. 

setelah pendidik yang tidak mendidik, fasilitas berikutnya adalah Kurikulum yang pro terhadap kapitalis. Kurikulum dibuat oleh pemerintah. sayang, pemerintah lebih tertarik dengan uang dibandingkan mencerdaskan bangsanya. untuk membantu keterkainnya tercapai, maka dibuatlah peraturan-peraturan dan kurikulum yang nantinya dapat membantu ketertarikannya tercapai. Contohnya, aturan yang membatasi mahasiswa untuk lulus tidak lebih dari 5 tahun. ini juga memakai logika ekonomi (lebih tepatnya kapitalisme) : produksi masal. semakin cepat dan semakin banyak maka akan semakin untung. Atau contoh lain dalam tataran tingkat SMA, banyak terdapat pesan-pesan untuk menjadi matrealistis dalam buku-buku pelajaran. 

Kematian Pendidikan, Kematian Manusia

manusia kehilangan kehendak atas dirinya sendiri. manusia tidak bisa melakukan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan. meskipun manusia berpikir ia telah melakukan apa yang ia inginkan. bagiku itu adalah sebuah ilusi. nyatanya, manusia dikendalikan oleh apa yang di luar diri manusia itu sendiri. dalam hal ini, bisa jadi uang. pemikiran manusia dibentuk oleh pendidikan. kebetulan pendidikan pro kapitalis. makan apa yang kita pikirkan sekarang adalah bentukan dari ? ah dia. 

Ciganjur,

8:33 AM 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun