Mohon tunggu...
yulia adiningsih
yulia adiningsih Mohon Tunggu... -

Penikmat sibuk santai.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Good Bye Good Hai!

4 Juni 2017   05:47 Diperbarui: 4 Juni 2017   10:19 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul majalah HAI edisi cetak (GETSCOOP.COM)

Bertambah satu lagi majalah yang memutuskan untuk berhenti produksi cetak. 

Pada April lalu, Pemred TribunNews Yulis menceritakan sejarah media dari masa ke masa, menceritakan bagaimana perkembangan media dari cetak sampai online dengan tema "Senjakala Pers" dalam acara Latihan Dasar Pers Mahasiswa (LDPM) di UNJ. Acara ini banyak dihadiri oleh mahasiswa UNJ dan mahasiswa luar yang tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa.

Perbincangan peserta dan Yulis berlangsung cukup serius. Mereka memperdebatkan apakah media cetak akan mati. Mayoritas peserta berpendapat bahwa media cetak akan mati. Tapi dalam diskusi tersebut, masih ada beberapa peserta yang berpendapat bahwa media cetak akan tetap eksis setidaknya sampai 5 tahun ke depan. Jadi?

Diskusi semakin asyik karena setiap orang mempunyai alasan tersendiri mengenai pendapatnya. Misalnya, alasan kenapa media akan mati , karena orang-orang sudah tidak peduli dengan media cetak. Alasan berikutnya, karena membaca di media cetak itu 'ribet' harus membeli dulu baru bisa baca. Ada juga yang memberikan alasan kalau media cetak kalah bersaing dengan media daring atau media online.

Berdasarkan survei yang dilakukan Zenit Optimedia, minat pembaca media cetak mengalami penurunan di Indonesia. minat pembaca media cetak turun 25 persen dalam 4 tahun terakhir. Pembaca majalah juga mengalami penurunan sebesar 19 persen. (sumber : tribunnews.com)

Saya sempat pesimis terhadap eksistensi media cetak setelah mendengar pendapat-pendapat peserta LDPM, ditambah pula data dari hasil survei di atas. sudahlah. Setelah itu saya meyakini bahwa media cetak akan mati.

Beberapa puluh menit diskusi berlangsung, Yulis mengemukakan pendapatnya mengenai eksistensi media cetak. Menurutnya, media cetak akan tetap ada. kemudian dia meralatnya, "Beberapa media cetak," ujarnya.

Huh.

Tapi, berarti, masih ada harapan untuk media cetak, pikir saya.

Tapi, tetap saja saya masih dalam belenggu pesimis.

Tapi, berkurang sih.

Tap... apa sih? He he.

Ini alasan kenapa Yulis berpendapat seperti itu:

Yulis menjelaskan, dalam media cetak itu terbagi dua bagian. Ada yang mengurus keredaksian dan ada pula yang mengurus bisnis seperti penerimaan layanan iklan dan sebagainya. Selama media cetak tersebut mendapatkan banyak iklan, media cetak tersebut akan tetap ada. Lain halnya jika media cetak tersebut memang ingin berhenti produksi, ya dia akan berhenti produksi atau ada pihak luar yang berkuasa menginginkan media tersebut mati, niscaya media tersebut dekat dengan kematian.

"Sekarang, tidak perlulah susah-susah orang membredel media cetak seperti zamannya Orba, nanti juga mati sendiri," ungkap Yulis sembari bencanda.

Tapi... iya.

Lalu, setelah dua bulan acara itu berlalu, majalah Hai mengikuti jejak majalah Kawanku. Tutup. Berhenti produksi cetak. Pada 1 Juni 2017, majalah Hai mengumumkan keputusan untuk berhenti memproduksi cetak, namun akan tetap aktif di media online lewat akun resminya di Instagram. Berbeda halnya dengan majalah Hai, majalah Kawanku lebih menyedihkan. eh membuat saya sedih, lantaran Kawanku bukan hanya berhenti produksi, melainkan juga mengubah nama medianya menjadi cewekbanget.com yang menurut saya menjadi terlalu apa yah. Ya begitu lah.

Tapi, dengan keputusan yang telah diambil oleh kedua media tersebut, ada yang harus tetap disyukuri, yaitu keduanya masih tetap produktif dan menjalankan fungsinya sebagai media, terutama untuk remaja Indonesia yang akrab dengan teknologi. Hai, tetaplah hidup!

Rawamangun,

2 Juni 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun