Mohon tunggu...
Sam
Sam Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Padi tumbuh tak berisik. -Tan Malaka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bersih Gunung, Tradisi Pecinta Alam dalam Memperingati Hari Bumi di Indonesia

23 April 2016   22:54 Diperbarui: 23 April 2016   23:30 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Foto: antara"][/caption]Hari Bumi yang diperingati tanggal 22 April setiap tahunnya menjadi momentum bagi komunitas pecinta alam Indonesia untuk mewujudkan rasa peduli terhadap lingkungan dengan cara melakukan “Bersih Gunung”. Bersih Gunung adalah acara yang bertujuan untuk membersihkan sampah-sampah non organik yang disebabkan oleh aktivitas pendakian di atas gunung, meliputi sepanjang jalur pendakian dan shelter tempat mendirikan tenda.

Sebelumnya, Hari Bumi atau dalam istilah internasional dikenal dengan Earth Day merupakan momen yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini. Gaylord Nelson, senator amerika Serikat memprakarsai Earth Day pertama kali pada tahun 1970. Bulan Maret dipilih karena saat ini matahari tepat berada di atas khatulistiwa atau biasa disebut Ekuinoks Maret. Bertepatan dengan itu, belahan bumi utara sedang mengalami musim semi dan belahan bumi selatan mengalami musim gugur.

Entah bagaimana awal mulanya, di Indonesia, pada waktu peringatan Hari Bumi gunung-gunung pasti ramai dengan para pendaki. Pendaki ini tidak hanya sekedar mendaki dan bersenang-senang. Kebanyakan dari mereka tergabung dalam komunitas atau organisai pecinta alam di daerah masing-masing. Di tengah kesibukannya di hari kerja, mereka rela mendaki gunung untuk kegiatan yang mulia.

Berbagai gunung di Indonesia bisa terbilang sudah kotor akibat sampah-sampah yang disebabkan oleh aktivitas pendakian. Sampah tersebut kebanyakan dihasilkan oleh pendaki dari golongan non pecinta alam, namun tidak bisa digeneralisir bahwa semua pendaki non pecinta alam merupakan penyumbang sampah dan tidak menutup kemungkian pendaki dari pecinta alam juga menghasilkan sampah. Yang perlu digarisbawahi adalah pendaki dari pecinta alam masih bisa bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan dengan cara melakukan kegiatan bersih gunung.

Organisasi atau komuntas pecinta alam memang menjamur di Indonesia. Hal ini tentu dilatarbelakangi oleh kesadaran orang Indonesia atas apa yang dikaruniakan Tuhan kepada negeri ini, yaitu kondisi alam yang asri, indah dan harus dijaga kelestariannya. Hampir semua institusi pendidikan menengah atas dan perguruan tinggi memiliki organisasi pecinta alam. Layaknya DPRD, organisasi pecinta alam ada di seluruh kota/kabupaten di Indonesia. Coba sebutkan kota mana yang tidak ada?

Eksistensi pecinta alam di Indonesia memiliki sejarah yang panjang sejak zaman penjajahan Belanda. Nama pecinta alam sendiri mulai populer digunakan saat tahun 1960-an. Ketika itu Universitas Indonesia mempunyai organisasi yang bernama MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam) dengan tokohnya yang terkenal yaitu Soe Hok Gie, seorang aktivis yang meninggal di puncak Gunung Semeru.

[caption caption="Soe Hok Gie, pengusul nama Mapala UI."]

[/caption]

Kegiatan pecinta alam tidak hanya terfokus pada pendakian gunung. Masih banyak kegiatan lain seperti bhakti sosial, susur goa, susur sungai hingga ekspedisi. Organisasi pecinta alam yang cukup populer di Indonesia adalah Wanadri yang berpusat di Bandung. Sudah banyak prestasi yang diukir mereka. Tidak jarang mereka digandeng oleh Kopassus untuk melakukan ekspedisi pendakian puncak tertinggi di dunia dan program tahunan Ekspedisi NKRI yang cukup populer. Tidak akan saya jelaskan lebih jauh tentang organisasi pecinta alam ini, silahkan kunjungi websitenya untuk lebih banyak informasi.

[caption caption="Pendidikan dasar Wanadri. (republika)"]

[/caption]

Sedikit informasi bahwa untuk masuk organisasi pecinta alam harus terlebih dahulu melewati masa pendidikan dan pelatihan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan insan pecinta alam yang tangguh dan bermental, serta yang tidak kalah penting adalah kemampuan bertahan hidup di alam bebas yang akan digunakan untu menolong sesama. Jiwa untuk melestarikan lingkungan juga tidak lupa menjadi doktrin wajib dalam masa pendidikan kepencintaalaman. Dengan pola pendidikan yang diskenario sedemikian rupa, ikatan persaudaraan dalam organisasi pecinta alam sangat erat satu sama lain.

Tulisan ini tidak bermaksud mempromosikan organisasi pecinta alam. Saya hanya mencoba menjelaskan bahwa di indonesia ini banyak orang yang memiliki jiwa peduli akan lingkungan, tetapi banyak juga yang tidak peduli. Saya juga mengajak semua orang untuk meniru apa pun yang baik dari kegiatan pecinta alam ini. Untuk peduli kepada lingkungan, kita tidak perlu berganung terlebih dahulu dengan organisasi atau komunitas pecinta alam. Lakukan apa yang kita bisa dari hal-hal kecil.

Jangan hanya berbicara, lakukan tindakan nyata mulai sekarang. Saya mempunyai keinginan yang cukup simple, yaitu suatu saat nanti, jika saya memiliki anak atau bahkan cucu, mereka tetap bisa melihat keindahan Gunung Semeru seperti apa yang pernah saya lihat sekarang, tidak berubah.

Selamat Hari Bumi 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun