Mohon tunggu...
Sam
Sam Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Padi tumbuh tak berisik. -Tan Malaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Evaluasi 2 Hari Sistem Satu Arah Lingkar Kebun Raya Bogor

2 April 2016   23:28 Diperbarui: 3 April 2016   02:53 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sistem Satu Arah Lingkar Kebun Raya Bogor (hallobogor.com)"][/caption]Evaluasi 2 Hari Sistem Satu Arah Lingkar KRB

Bogor merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Berpenduduk sekitar 1 juta jiwa, menjadikan Bogor sebagai kawasan yang padat. Banyaknya penduduk juga berbanding lurus dengan padatnya kendaraan di ruas-ruas jalan Kota Bogor, terlebih jika hari libur banyak kendaraan dari luar kota terutama Jakarta yang berwisata ke Kota Bogor.

Selain Kota Hujan, Bogor juga memiliki julukan Kota Seribu Angkot. Jika sedang berada di sini, kita tidak perlu bingung mencari angkot, karena angkutan umum berwarna hijau tersebut jumlahnya sangat banyak. Bahkan jika dilihat, perbandingan angkot dengan kendaraan pribadi di jalanan Kota Bogor hampir 50:50.

Menurut salah satu survei, Kota Bogor dinobatkan sebagai kota termacet di Indonesia. Aneh, selama ini masyarakat hanya tahu Jakarta sebagai ibukota yang super macet, namun masih ada yang lebih macet dari Jakarta. Sungguh ironis, walaupun tidak pernah macet parah, namun kemacetan di Kota Bogor tidak mengenal waktu dan tempat. Di setiap sudut kota, pagi, siang, dan malam pun bisa macet, apalagi ketika hari libur.

[caption caption="Bogor, Kota Seribu Angkot (news.okezone.com)"]

[/caption]Kenapa hal ini bisa terjadi, yang jelas faktor utamanya adalah jumlah ruas jalan yang tidak bisa menampung jumlah kendaraan yang semakin banyak. Bagaimana dengan angkot? Bisa jadi. Tapi angkot tidak sepenuhnya bisa disalahkan karena minat masyarakat Kota Bogor dalam menggunakan angkutan umum sangat besar.

Kemacetan yang tidak bisa terelakkan adalah di sekitar lingkar Kebun raya Bogor (KRB). Di lingkar KRB terdapat setidaknya 2 mall besar yaitu BTM dan Botani Square sebagai pusat perbelanjaan yang ramai. Belum lagi pengunjung KRB yang tak pernah sepi. Salah satu sisi KRB merupakan jalan bagi kendaraan yang akan masuk atau keluar tol Jagorawi dan stasiun Bogor. Di sisi lain, terdapat berbagai kantor pemerintahan daerah dan Istana Presiden.

Karena jalan lingkar KRB yang dianggap sering macet, akhirnya dibuat kebijakan Sistem Satu Arah (SSA) lingkar KRB yang diuji coba mulai 1 April kemarin. SSA merupakan rekayasa lalu lintas yang dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan di sekitar KRB. Juga untuk meningkatkan kelancaran arus lalu lintas di keempat ruas jalan lingkar KRB dan ruas jalan pendukung, serta mengurangi atau menghilangkan hambatan penyebab kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

SSA dilaksanakan dengan pertimbangan lingkar KRB memikul beban 1,2 juta perjalanan orang setiap hari. Selain itu juga menjadi perlintasan 600.000 commuter yang 50 persennya dari luar kota dan dilintasi 13 trayek angkot. Pertimbangan lainnya adalah terdapat banyak kendaraan dan orang yang keluar masuk sekolah, kantor, pasar, dan pusat perbelanjaan.

[caption caption="SSA diberlakukan searah jarum jam. (news.okezone.com)"]

[/caption]SSA menggunakan jalur yang memutar searah jalur jam. Hal itu berguna untuk mengurangi pergerakan kendaraan yang memotong arus lalu lintas. Setidaknya ada 11 titik konflik kendaraan belok kanan yang menjadi perpotongan arus lalu lintas antara pejalan kaki dengan kendaraan dan sebaliknya, yang akan hilang. Seperti Simpang Pangrango, Simpang Sempur, Simpang Denpom, Simpang Hotel Salak, Simpang Kapten Muslihat, Simpang Paledang, Simpang BTM, Simpang Jalan Roda, dan Simpang Jalan Bangka.  

Manfaat lain dari putaran searah jarum jam adalah mengurangi jumlah orang yang menyeberang jalan karena semua kendaraan bergerak di kiri jalan dan hampir semua titik tujuan seperti kantor, sekolah, pasar, dan pusat perbelanjaan lingkar KRB berada di sebelah kiri jalan. Hanya pintu istana, Gereja Zaboth, Kantor Pos, dan pintu Kebun Raya yang berada di kanan jalan. SSA di sekitar KRB menghilangkan 7 titik perpotongan naik turun kendaraan atau menyeberang jalan yaitu Seberang Sekolah Regina, Seberang Jembatan Sempur, Seberang Balai kota, Seberang BTM, Seberang Museum Zoologi, dan Seberang Jalan Roda. Selain itu juga mengurangi hambatan akibat kegiatan naik turun penumpang angkutan kota di samping pagar sekeliling KRB. Juga mengurangi penyeberangan jalan yang turun dari angkutan kota atau yang akan naik angkutan kota.

Dua hari berjalan, SSA masih mengalami banyak kekurangan. Bukan malah mengurangi macet, malah yang terlihat adalah kemacetan yang semakin parah, apalagi saat hari pertama diberlakukannya SSA. Ditambah dengan protes dari beberapa sopir angkot yang merasa dirugikan akibat diterapkannya SSA ini.

Sebenarnya, SSA merupakan kebijakan yang sangat baik, hanya saja penerapannya yang masih kurang dari harapan. Mungkin karena masyarakat masih harus beradaptasi karena sudah terbiasa dengan jalur yang lama. Karena itu perlu terus dilakukan evaluasi setiap harinya guna menciptakan lalu lintas yang lebih baik.

SSA rencananya diuji coba sampai dengan 4 April nanti. Masyarakat Kota Bogor harus mendukung kebijakan ini untuk kebaikan bersama. Tak ada salahnya berputar sedikit lebih jauh untuk mengurangi kemacetan yang merugikan pengguna jalan sendiri. Masyarakat banyak yang belum paham akan kebijakan ini, padahal sosialisasi SSA sudah dilakukan sejak 3 bulan sebelumnya. Bahkan memasuki 1 bulan akhir, sosialisasi sangat gencar dilakukan.

Harapan masyarakat akan terwujudnya Kota Bogor yang lebih baik sangat besar, mengingat Presiden Joko Widodo juga mulai sering tinggal di Istana Bogor. Semoga esok SSA akan berjalan lebih baik dari 2 hari ini. Evaluasi demi evaluasi mutlak harus dilakukan. Pemerintah harus mendengarkan masukan dan kendala yang dialami masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga harus menerima setiap kebijakan dari pemerintah karena suatu kebijakan yang dibuat selalu mengarah kepada perubahan yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun