Mohon tunggu...
Sam
Sam Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Padi tumbuh tak berisik. -Tan Malaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sensor Film di Indonesia: Wajarkah?

29 Februari 2016   22:57 Diperbarui: 1 Maret 2016   11:31 4352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah utama sebenarnya terletak pada ketidakadilan dalam sensor film yang dilakukan badan berwenang. Banyak film beradegan ciuman atau berbau asusila yang lulus dari sensor. Hal inilah yang membuat masyarakat berpendapat sensor yang dilakukan terlalu berlebihan, karena ada hal yang lebih tidak sesuai dan seharusnya disensor tapi malah dibiarkan lulus sensor.

Solusi dari semua ini terletak pada pemerintah dan masyarakat. Pemerintah melalui KPI atau LSF harus secara adil melakukan sensor terhadap film atau tayangan yang tidak sesuai. Ketidaksesuaian tayangan dapat dilihat dalam pembagian kategori film menurut UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang LSF, Pasal 28 Ayat 1, yaitu Kategori Semua Umur (SU), 13+, 17+, dan 21+. Setelah itu masyarakat khususnya dalam lingkup keluarga harus bisa mengontrol anggotanya dalam menonton film sesuai kategori masing-masing.

Anggap saja semua kritik yang dilontarkan oleh masyarakat adalah suatu pijakan untuk membuat badan sensor film Indonesia bekerja dengan lebih baik dan berhati-hati. Sesungguhnya LSF atau AJI berusaha untuk menjembatani antara insan film dan hasil karyanya dengan pemirsa, sehingga layak ditonton. Sungguh hal ini tidak bermaksud menyusahkan atau membelenggu kreativitas.

Semoga industri perfilman di Indonesia ke depannya menjadi lebih baik lagi dan bisa mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional serta menjadi salah satu sektor yang memajukan perekonomian negara.

 

Bogor, 29 Februari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun