Mohon tunggu...
Yulia Sujarwo
Yulia Sujarwo Mohon Tunggu... Freelancer - History Enthusiast, host youtube channel @HistoricalInsight

history is my passion

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sego Lombok Idjo Siap Menggoyang Lidah dengan Penuh Cita Rasa di Dapur UMA Indonesia

8 April 2018   18:35 Diperbarui: 8 April 2018   19:20 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cita rasa masakan Indonesia adalah salah satu kuliner yang tidak kalah dengan masakan lainnya di dunia. Jujur saja, saya tidak bisa memasak tapi kecintaan saya terhadap kuliner Indonesia tidak akan pernah hilang. Terkadang memasak dan pengolahan kuliner di Indonesia terutama di Yogyakarta masih menggunakan  cara tradisional. 

Perpaduan olahan bumbu yang pas dan resep sejak dahulu kala memberikan aroma yang khas pada setiap masakan.Salah satu restoran yang menyajikan cita rasa masakan Indonesia ini berada di Dapur UMA Indonesia yang beralamat di Jl. Tri Margo Kulon No.11 Wolter Monginsidi Yogyakarta dan buka tiap pukul 11.00 hingga 22.00.

Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan dolan kuliner bersama mbak-mbak Kjog di Dapur UMA. Pertama kali kaki menginjakkan di halaman resto, pandangan mata akan tertuju oleh rumah bergaya kolonial era tahun 1930-an. Suasana yang nyaman dan syahdu serta sambutan ramah dari Manager Marketing Ibu Puspaningrum. Senyum sumringah menyapa kami kemudian diperkenalkannya Manager Dapur Uma Bapak Tulus Irawan.

Obrolan hangat tentang kuliner ala cita rasa ndeso saat cuaca mendung kala itu, membuat saya membayangkan enaknya masakan itu ketika mendarat di lidah. Tak lama kemudian setelah ngobrol bareng dengan mereka, datanglah dua paket Tenongan, satu set Teh Poci, secangkir Wedhang Uwuh, Nasi Pecel Semarangan, sambel matah , dua makanan penutup tradisional, dan menu lainnya. 

Makanan tersebut adalah andalan dari Dapur UMA. Namun dari semua makanan tadi, perhatian saya tertuju pada Tenongan Sayur Lombok Ijo. Pandangan mata saya tidak berkedip dan sudah bisa merasakan lezatnya dari pandangan mata serta bau masakan yang membuat tidak sabar mencicipinya.

Sego Abang Lombok Idjo begitu namanya jika dilihat dari menu, merupakan masakan ndeso khas dari Wonosari. Masakan yang disajikan dalam bentuk tenongan ini memiliki delapan item di dalamnya. Tenongan Lombok Idjo di dapur UMA ini terdiri dari sayur lombok ijo, sego abang (nasi merah), gudeg sinuwun (gudeg yang isinya bunga pisang), daun ketela, sambel simbok (sambel ndeso), tahu-tempe bacem, dan ayam bacem. Mas , Mbak yang ingin merasakan lezatnya paket tenongan ini harus siap-siap mengocek dompet sejumlah 48 ribu rupiah.

Sambel Idjo ala UMA. Dok :Pribadi
Sambel Idjo ala UMA. Dok :Pribadi
Menu Tenongan lainnya yaitu Sego Sayur Asem juga tidak kalah lezat. Cita rasa segar dari sayur asemnya akan menyegarkan lidah. Satu set Sego Sayur Asem tersebut dipadu dengan tahu-tempe goreng, sambel ndeso, ayam goreng, ikan gereh dan nasi putih.

Saat menulis blog ini pun saya masih terbayang lezatnya. Oyah menu penutup lainnya juga tak kalah enak yaitu Gedhang Moncrot Coklat. Pisang yang di buat dengan lapisan crispy dan melted jika digigit berisi dark chocolate.

Tenongan Sayur Asem. Dok :pribadi
Tenongan Sayur Asem. Dok :pribadi
Gedhang Moncrot Coklat ala Uma. Dok :Pribadi
Gedhang Moncrot Coklat ala Uma. Dok :Pribadi
Minuman tradisional seperti Wedhang Uwuh juga terasa nikmat diminum karena khasiatnya sangat bagus bagi kesehatan. Bapak Tulus selaku manager Dapur Uma juga mengemukakan bahwa, awal mula membuat menu ndeso ini berawal ketika beliau mencicipi masakan terebut dan terciptalah ide untuk membuatnya. Suasana yang hommy dan tempat menyimpan secuil sejarah akan menambah nilai lebih restoran ini. Konon Soekarno pernah tinggal di rumah ini yang sekarang menjadi restoran.

Nama "UMA" sendiri juga menyimpan cerita tersendiri yaitu nama indah tersebut berasal dari bahasa Sansekerta yang mempunyai arti "wah". Seperti yang dikemukakan Bapak Tulus, "saya ingin memiliki nama restoran yang mudah di ingat dan mempunyai arti yang dalam". Fasilitas yang berada di Uma sendiri yaitu Wifi, live music, smoking area, parker yang luas dan toilet serta bisa menampung kurang lebih 150 costumer.

So tunggu apa lagi mas mbak! Dengan mencintai kuliner Nusantara, secara tidak langsung kita juga turut berkontribusi melestarikannya. Ada beberapa makanan tradisional yang hampir punah loh. Oleh karena itu mari kita cintai karena jika bukan kita sendiri siapa lagi? Kalian juga tidak mau kan masakan Indonesia diklaim negara lain "eh.

Kjog bersama dengan Bapak Tulus dan Ibu Puspaningrum. Dok :Pribadi
Kjog bersama dengan Bapak Tulus dan Ibu Puspaningrum. Dok :Pribadi
Suasana syahdu dan hommy di Dapur Uma. Dok:pribadi
Suasana syahdu dan hommy di Dapur Uma. Dok:pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun