Mohon tunggu...
Yulia Sujarwo
Yulia Sujarwo Mohon Tunggu... Freelancer - History Enthusiast, host youtube channel @HistoricalInsight

history is my passion

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Napak Tilas Raja Jayanegara di Gapura Bajang Ratu Trowulan

9 Februari 2018   17:23 Diperbarui: 9 Februari 2018   20:56 2326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sempat terbesit dalam benak saya, betapa indahnya Gapura Bajang Ratu ini yang masih lengkap dan utuh kemudian ada bangunan besar di belakangnya. Pohon-pohon rindang menghiasi kawasan ini dan terlihat pula orang-orang berlalu lalang di kawasan ini pada zaman dahulu yang berpakaian seperti pendeta. Sayapun juga membayangkan bagaimana perawakan Jayanegara dimana beliau menggunakan mahkota yang terbuat dari emas dan mempunyai ukir-ukiran indah. Gelang kelat bahu berbentuk Kala yang terbuat dari emas juga. Kemudian mengingat beliau pandai memainkan berbagai macam senjata pastilah beliau bertubuh atletis dan gagah seperti ayahnya Raden Wijaya.

Setiap raja pastilah mempunya sisi baik dan buruk. Keistimewaan raja yang mempunyai nama gelar  Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara  ini tidak hanya pintar di taktik perang saja namun pada saat beliau memerintah Wilwatikta berhasil menumpas pemberontakan. Hal ini juga dikarenakan atas jasa sang patih mudayakni Gajah Mada. Pemberontakan-pemberontakan tersebut yaitu pemberontakan Ranggalawe tahun (1309) , pemberontakan Lembu Sora tahun (1311), pemberontakan Nambi tahun (1316) dan  pemberontakan terakhir dan paling besar oleh Ra Kuti tahun (1319).

Gapura Bajang Ratu sebenarnya sudah dipugar sejak pada zaman Belanda namun tetap saja tidak bisa utuh kembali seperti semula dan berdasarkan dari foto lama padatahun 1930 Gapur Bajang Ratu memang sudah seperti itu. Bangunan yang di belakangnya sudah tidak ada lagi. Hal yang disayangkan juga tentang data kapan pemugaran pada era zaman Belanda juga belum diketahui. Mungkin ini yang menjadi faktor Gapura Bajang Ratu tidak lagi dipugar dengan menambahkan bangunan baru karena memang tidak ditemukannya catatan.

Sebagai generasi muda zaman sekarang hendaklah merawat dan menjaga bangunan heritage agar masih lestari. Orang yang berkunjung di Gapura Bajang Ratu semoga masih menghormati dan membuang sampah padatempatnya jika masuk area Gapura Bajang Ratu. Sering kali saya melihat mereka hanya berfoto-foto saja. Well, tidak masalah asalkan masih bisa menjaga kebersihan. Semoga tulisan ini menambah wawasan para pembaca sekalian yang budiman. Maturnuwun.

Rahayu, rahayu, rahayu...............

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun