Jika dulu ada Koes Plus yang musiknya begitu menohok realita, kini ada Efek Rumah Kaca yang juga dengan berani mengusung pahit manis realitas sosial. Namun, seiring dengan perjalananya, musik indie kian mengalami perubahan persepsi di masyarakat, khususnya penggemar yang notabene kaula muda.
Indie lebih dari Kopi-Senja-Converse-Totebag
Kalimat di atas merupakan sepotong cuitan dari salah seorang musisi indie terkemuka di Indonesia, Fiersa Besari.Â
Membaca sebuah utas "perihal indie" yang dicuitkannya 12 Februari 2019 lalu kiranya dapat kita ketahui bahwa sebagai musisi indie ia pun menyadari bahwa musik indie yang selama ini membesarkan namanya kini kian mengalami salah persepsi. Musik indie yang digaungkannya merupakan ekspresi dari kebebasan.
Musik indie dewasa ini lebih banyak diidentikkan dengan senja, kopi, dan idealisme yang tinggi. Indie bahkan menjadi kata-kata yang overused. Sudah salah kaprah dalam memaknai indie sebagai genre, kini kata indie mulai menjadi sebuah gaya hidup. Entah dari mana asalnya pemahaman ini.
Musik indie pada hakikatnya bukan hanya tentang senja dan kopi sebagaimana yang kerap menjadi guyonan orang-orang. Musik indie merupakan representasi dari kebebasan berekspresi.Â
Perlu kita garis bawahi bahwa musik indie mempunyai sejarah yang panjang dalam perjalanannya hingga saat ini. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika musik indie hanya dimaknai sebagai trend musik anti-mainstream yang identik dengan senja dan kopi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H