Bagaimanapun juga, mereka lebih condong kembali ke gagasan-gagasan negara-negara yang bersifat menindas seperti Belanda dan terutama Jepang daripada ke gagasan-gagasan kerajaan-kerajaan Jawa kuno yang hampir tidak mereka ketahui sama sekali. Penjajahan Belanda dan Jepang merupakan bentuk-bentuk pemerintahan yang sudah dikenal oleh kalangan elite dan yang, meskipun mempunyai segala kekurangannya, setidak-tidaknya tampak menjadi lebih efektif daripada sistem multipartai dari tahun 1950. Tampak jelas bahwa pada tahun 1957 partai-partai politik berada pada posisi defensif, tetapi rasa saling permusuhan di antara mereka terlalu berat bagi mereka untuk bekerja sama dalam mempertahankan sistem parlementer. Pada bulan April 1957 Sukarno mengumumkan pembentukan suatu Kabinet Karya di bawah seorang politisi nonpartai, Djuanda Kartawidjaja (1911-63), sebagai Perdana Menteri.Â
Djuanda telah duduk dalam hampir setiap kabinet sejak tahun 1945 dan dihormati sebagai orang yang cakap dan bijaksana yang mempunyai pengetahuan tentang ekonomi. Salah seorang kepercayaan Sukarno yang paling dekat, Chaerul Saleh (1916-67), masuk di dalam kabinet tersebut sebagai Menteri Urusan Veteran. Dia adalah salah seorang di antara para pemimpin pemuda yang telah mendesak Sukarno das Hatta agar menyatakan kemerdekaan pada tahun 1945, dan telah mengikuti jejak Tan Malaka dalam Revolusi; dia ditangkap oleh pihak tentara, di bebaskan oleh Yamin pada bulan Juni 1951, dan kemudian ditangkap lagi oleh tentara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H