Mohon tunggu...
Yulia Mazaaya Nafiah K
Yulia Mazaaya Nafiah K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. sejak kecil saya sangat suka dengan tulis menulis hingga berani untuk menulis cerita fiksi tetapi tidak pernah saya tunjukkan kepada orang lain. saya harap dengan bergabung di kompasiana saya dapat mengembangkan bakat yang saya miliki.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Diri Lebih Dalam : Refleksi dari Pelatihan Softskill dan Hardskill di Rumah Kearifan

24 Desember 2024   22:27 Diperbarui: 24 Desember 2024   22:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Kearifan (Sumber: WhatsApp Image 2024-12-21 at 18.38.44_fb719f18)

Saya tidak menyangka bahwa dalam waktu sehari, saya bisa mempelajari banyak hal tentang komunikasi, softskill, dan hardskill yang bertempat di Rumah Kearifan dan diisi oleh Dr. Muqowim, M.Ag. Dalam pelatihan ini, saya mendapatkan banyak sekali ilmu dan pengalaman yang belum pernah saya dapatkan di bangku perkuliahan maupun di luar lingkungan pendidikan formal. Pelatihan ini diikuti oleh enam peserta, dan di awal sesi, kami mendapatkan nasihat dari Ibu Zia. Beliau menekankan bahwa pelatihan ini harus dijalani dengan niat yang benar, bukan sekadar formalitas. Kami diminta memiliki niat untuk memperbanyak ilmu dan memperluas wawasan dalam suasana yang santai namun tetap produktif. Selama pelatihan, saya mempelajari konsep interpersonal dan intrapersonal. Interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Sementara itu, intrapersonal adalah kemampuan untuk memahami, mengelola, dan mengarahkan diri sendiri. Kedua keterampilan ini sangat penting untuk pengembangan diri dan hubungan sosial. Dalam pelatihan ini, saya merasa didorong untuk melakukan kegiatan positif serta diharapkan untuk selalu berbuat baik kepada sesama.

Pengalaman ini juga mengingatkan saya pada kisah Anthony Robbins, seorang motivator dan pelatih kehidupan yang sangat terkenal. Beliau lahir pada 29 Februari 1960 di California dan dibesarkan dalam keluarga yang tidak stabil secara emosional maupun finansial. Ketika Tony masih muda, ia memiliki impian besar: menjadi orang sukses, memiliki rumah mewah, membantu banyak orang, dan membawa perubahan positif di dunia. Namun, teman-temannya sering mengejek mimpi-mimpi itu, menganggapnya tidak realistis. Alih-alih patah semangat, ejekan tersebut justru menjadi bahan bakar bagi Tony untuk bekerja lebih keras. Ia percaya bahwa apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya bukanlah kebenaran yang harus ia terima. Saat berusia 17 tahun, Tony bekerja sebagai petugas kebersihan. Di tengah kesulitan hidup, ia bertemu dengan buku dan seminar yang diadakan oleh Jim Rohn, seorang motivator terkenal. Dari situ, ia belajar bahwa kesuksesan adalah hasil dari pola pikir dan tindakan yang konsisten. Tony kemudian mulai mengembangkan teknik dan strategi untuk membantu orang lain mencapai potensi terbaik mereka. Di usia muda, Tony Robbins menjadi salah satu pelatih motivasi termuda dan memberikan seminar di seluruh Amerika. Ia juga menulis buku-buku seperti Unlimited Power dan Awaken the Giant Within, yang menjadi best-seller internasional. Kisah Anthony Robbins menginspirasi saya bahwa dengan tekad, niat yang benar, dan tindakan konsisten, kita dapat mewujudkan mimpi, betapapun mustahilnya itu terlihat di mata orang lain.

Manusia di dunia ini pada dasarnya menginginkan untuk dicintai, dimengerti, dihargai, dihormati, dan dilindungi. Namun, jika kita tidak bisa mendapatkan hal tersebut, ada baiknya kita memberikannya kepada orang lain. Hal ini karena kita tahu betapa sulitnya ketika tidak mendapatkan perhatian atau penghargaan seperti itu. Pada sesi terakhir pelatihan, saya mendapatkan ilmu tentang pentingnya menjadi seorang pendengar aktif (active listener). Hal ini sangat relevan, mengingat manusia sering kali membutuhkan tempat untuk bercerita guna meredakan emosi dan perasaan yang dirasakan. Beberapa ciri utama seorang pendengar aktif yang saya pelajari adalah responsif, fokus, empati, mengulangi isi cerita dan mengulangi isi perasaan. Menjadi pendengar aktif bukan hanya tentang mendengar, tetapi juga menunjukkan kepedulian dan memberikan ruang bagi orang lain untuk merasa dimengerti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun