Mohon tunggu...
YULIA ENDANG PURWANTI
YULIA ENDANG PURWANTI Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup itu perjuangan.., berjuang menjadi insan yang lebih baik dalam pandangan Allah dan manusia..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

2.2.a.3 Mulai dari Diri - Modul 2.2 Refleksi Kompetensi Sosial dan Emosional Halaman 1

8 November 2023   11:22 Diperbarui: 8 November 2023   14:35 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

2.2.a.3 Mulai dari Diri - Modul 2.2 Halaman 1

Refleksi Kompetensi Sosial dan Emosional. 

Selama menjadi pendidik , anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan , kekecewaan, kemunduran, atau kemalangan , yang akhirnya membantu anda menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 

a. Apa kejadiannya, kapan, siapa yang terlibat , apa yang membuat anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya ?

ketika saya menghadapi murid yang semangat untuk belajar, namun tidak mendapat dukungan maksimal dari orangtuanya bahkan orangtunya terkesan fokus pada kesibukannya sendiri dengan alasan mencari rezeki untuk anak.

Waktu Kejadian : Tahun 2021

Dimana : Di Kelas yang saya ampu yaitu Kelas 2A SD Negeri Cibabat Mandiri 2 Kota Cimahi Jawa Barat.

Siapa saja yang terlibat : Saya, murid dan orangtua murid

Mengapa Saya memilih merefleksikan hal ini dan bagaimana kejadiannya : Bagi saya merupakan satu keprihatinan ketika murid yang begitu bersemangat belajar namun tidak mendapatkan dukungan/suport system dari orangtua . Ketika murid saya yang bernama Faizan belum bisa membaca walaupun sudah menginjak kelas 2 , namun ia menunjukkan keinginan yang kuat, ia begitu gigih , mau berusaha dan perjuangannya untuk belajar sangat nampak. Ketidaknyamanan ia rasakan di kelas karena ia tidak / belum bisa membaca . belum baik dalam menulis dan berhitung, bahkan dalam mengenal angkapun belum begitu menguasainya. Saya sebagai guru kelas memberikan pelayanan berupa tambahan calistung gratis  setiap pulang sekolah  bertempat di perpustakaan sekolah. Faiza begitu bersemangat untuk ikut serta, dan dari hari ke hari ia mengalami peningkatan yang signifikan  namun ketika sedang belajar tambahan seringkali di jemput dan ijin tidak ikut tambaan calistung dengan alasan ayahnya mau ke pasar baru untuk berjualan dan anaknya ikut serta . Gerak tubuhnya menunjukkan ia malas ikut ayahnya , namun terpaksa harus ikut ayahnya ke pasar baru.

b. Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana  Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis  tersebut?

Saya memposisikan diri bahwa saya adalah pelayan masyarakat dibidang pendidikan saya berusaha untuk memenuhi kebutuhan belajar murid dengan optimal. Efek pandemi berimbas banyakmurid yang terhambat dalam kemampuan membaca dan berhitung, bahkan beberapa siswa belum mengenal huruf dengan baik, tidah hafal lambang bilangan dari angka-angka yang mereka sebutkan. Hal ini memperkuat semangat saya untuk tidak mudah putus asa ketika menemukan masalah seperti ini. Pemahaman orangtua murid tentu saja berbeda-beda , sesuai dengan kesadaran diri mereka masing-masing, bagaimana pandangan, pemahaman mereka terhadap pentingnya pendidikan tidak bisa kita doktrin atau kita paksakan  , namun saya berusaha melakukan pendekatan secara personal dan berkelanjutan. Kualitas diri kita justru diuji ketika kita menghadapi sebuah permasalahn. Apakah kita bisa melewatinya dengan baik, bagaimana cara kita menghadapi orangtua murid dengan baik, Kita harus dapat menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. 

C. gambarkan diri anda setelah melewati krisis tersebut. 

-Apa hal terpenting yang telah anda pelajari dari krisis tersebut ?

-Bagaimana dampaik pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran sebagai pendidik ? 

Hal terpenting yang telah saya pelajari dari krisisi tersebut adalah bahwa saya harus terus mengontrol diri untuk terus bersemangat , tidak putus asa, lelah itu wajar namun bagaimana kita mengelola emosi dalam menghadapi semua masalah akan meningkatkan kompetensi sosial dan emosional kita , meningkat, berubah menjadi lebih baik , membuat kita semakin kuat dan memberikan kita sebuah pelajaran untuk terus tumbuh dan berkembang meningkatkan potensi dir

Dampak pengelolaan krisis terhadap diri saya dalam menjalankan peran sebagai pendidik tentu saja saya menjadi pribadi yang lebih baik pantang menyerah, dapat mengontrol dan mengelola pokiran saya. Sisi emosional yang  berubah menjadi nilai positif sebagai penyemangat dan bagaimana mengembangkan nilai sosial dalam diri kita sehingga peran kita sebagai pendidik dapat dilaksakan dengan baik dan optimal.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun