RUANG KOLABORASI MODUL 1.1Â
PEMIKIRAN KHD YANG DAPAT DIIMPLEMENTASIKAN PADA KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA DAERAH ASAL
Assalamualaikum Warahmatullah..
Perkenalkan saya Yulia Endang Purwanti, CGP Angkatan 9 Kota Cimahi Jawa Barat dari SD Negeri Cibabat Mandiri 2.
Kali ini saya akan memaparkan Tugas Ruang Kolaborasi Modul 1.1 Â Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang dapat Diimplementasikan pada Konteks Lokal Sosial Budaya Daerah Asal.Â
Tujuan pemaparan ini adalah saya sebagai CGP Â mampu menemukenali nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.
Ruang Kolaborasi memberikan ruang perjumpaan bagi saya dan semua rekan CGP untuk bekerja sama dalam mendiskusikan pemikiran KHD yang dapat diimplementasikan pada konteks lokal sosial budaya daerah asal Anda. Hasil diskusi kami tuangkan sebagai bentuk bahan presentasi dan tanya jawab .Â
Pemikiran KHD yang dapat Diimplementasikan pada Konteks Lokal Sosial Budaya Daerah Asal.
Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan Budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah
sehingga pendidikan yang menganut prinsip kontekstual sesuai dengan keberadaan nilai-nilai luhur yang mengandung kearifan budaya lokal yang relevan bagi peserta didik
Pemikiran KHD pendiri pendidikan nasional Indonesia, mengajarkan bahwa pendidikan harus mencerminkan dan menghormati kebudayaan lokal, memberikan bekal yang relevan untuk menghadapi tantangan global.
Konteks sosio-kultural di daerah kita memiliki kekayaan yang unik, Nilai-nilai, tradisi, adat istiadat, dan norma-norma sosial menjadi pilar kuat yang membentuk identitas masyarakat.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara, yang menekankan pada pendidikan berbasis karakter dan kreativitas, sesuai dengan semangat kearifan lokal. Pendidikan yang memahami dan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut mampu menciptakan individu yang berdaya, memiliki identitas kuat, dan siap berkontribusi pada masyarakat
Baca juga: Forum Komunikasi Modul 1.3Topik 1 "Kekuatan Konteks Sosio-Kultural di daerah yang Sejalan dengan Pemikiran KHD"
Gotong royong dan Peduli terhadap sesama kami pilih sebagai salah satu kekuatan konteks sosio-kultural di daerah kami yaitu Kota Cimahi Jawa Barat yang sejalan dengan pemikiran KHD.
Gotong royong, peduli terhadap sesama merupakan kebiasaan yang mendarah daging, sudah berakar dan menjadi adat budaya dengan nilai-nilai luhur yang kammi dapatkan turun temurun dari nenek moyang kami terdahulu.
Slogan Kota Cimahi "Saluyu Ngawangun Jati Mandiri yang artinya berjalan harmonis, serasi dan selaras, bahu membahu dalam membangun citra diri yang mandiri dalam kemajuan. Motto Kota Cimahi "Ngahiji" yang artinya bersatu. Slogan dan Motto Kota Cimahi tidak akan dapat terwujud tanpa gotong royong dan peduli terhadap sesama, itulah sebabnya mengapa kami memilih Gotong royong dan rasa kepedulian terhadap sesama sebagai kekuatan konteks sosio-kultural, karena merupakan tonggak awal, sebagai pondasi yang harus di bangun sekokoh mungkin agar pembangunan di segala bidang dapat terlaksana dengan optimal.
Pemerintah Kota Cimahi aktif dalam Pemberdayaan Masyarakat Lokal Mengajak tokoh-tokoh masyarakat atau praktisi budaya lokal untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan sehingga kerjasama terjalin antara warga dan aparat pemerintah daerah, gotong royong di segala bidang mulai dari pendidikan, seni den budaya, kebersihan, dan Keterampilan Sosial melalui cerita-cerita atau simulasi tentang pentingnya saling mendukung, mendengarkan dan berkolaborasi.
Topik 2 "Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah"
Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah dengan cara menerapkan pemikiran tersebut (gotong royong dan peduli terhadap sesama) secara konsisten dan berkesinambungan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah dan di rumah, ketika di/ sekolah tentu saja dengan tuntunan bimbingan guru dan dukungan orangtua saat anak di rumah.
Praktek penerapan nilai luhur gotong royong dan rasa peduli terhadap sesama pada murid sebagai individu dan anggota masyarakat akan membentuk sikap, perilaku, kepribadian dan karakter murid menjadi lebih aktif, kreatif dalam bekerjasama baik pada proses pembelajaran maupun dalam kesehariannya di rumah. Ketika disekolah praktek pembiasaan bergotong royong mempersiapkan upacara hari Senin, menyiapkan terpal untuk pembiasaan literasi dan numerasi, menumbuhkan jiwa rasakepedulian dengan infaq seikhlasnya di jumat pagi setelah pembiasaan dhuha berjamaah, bergotong royong membersihkan kelas, halaman sekolah, membesuk teman yang sakit, berbagi dengan teman yang membutuhkan, yang kekurangan, hal ini akan memupuk rasa dalam jiwa mereka untuk peduli terhadap sesama
Ketika dirumah dan anak dalam pengawasan dan bimbingan orangtua maka anak harus terbiasa dengan kesehariannya yang mau membantu orangtua, bekerjasama dengan kakak dan atau adiknya, menolong sesama temannya di lingkungan rumah, bahkan aktif turut serta bergotong royong/bekerjabakti di lingkungan masyarakatnya/ lingkungan tempat tinggalnya, tentu saja dalam konteks sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak tersebut. Orangtua bisa menuntun anak, mengarahkan mengajak anak turut serta ketika ayahnya kerja bakti membersihkan jalan atau sungai, atau mengecat masjid ketika menyambut Ramadhan, turut serta ketika orangtuanya membayar zakat, hal-hal tsb akan tertanam di hati dan pikrannya sehingga anak itu mengingat semua hal baik yang harus dan terbiasa dilakukan.
Topik 3 "Kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah yang dapat diterapkan".
Penguatan Peserta Didik dalam konteks Sosial Budaya[
Gotong royong;
1. Membersihkan mushola sekolah
2. Bekerja sama menghias kelas dalam rangka menyambut HUT RI Ke 78.
3. Aktif kerja kelompok saat pembelajaran di kelas
Peduli terhadap sesama;
1. Membantu teman belajar.
2. Aktif dalam kegiatan bakti sosial kepramukaan.
3. Berinfaq seikhlasnya pada moment Ramadhan berbagi/ berbagi takjil/buka bersama dengan anak yatim.
4. Menengok teman yang sedang sakit
RefleksiÂ
Gotong royong dan peduli menjadi konteks lokal sosial budaya yang sudah menjadi ciri khas Indonesia terkhusus kota Cimahi, konteks sosial budaya ini adalah sistem yang mengatur tingkah laku manusia, sejalan dengan pemikiran KHD yang mengutamakan pendidikan Karakter, untuk mempersiapkan pelajar Indonesia sebagai masyarakat global yang sesuai dengan PANCASILA.
Kami sepakati satu kekuatan Pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas, di sekolah sesuai konteks lokal sebagai budaya daerah dan dapat di terapkan yaitu rasa gotong royong dan peduli sesama, dengan kekuatan pemikiran KHD tsb maka akan tumbuh nilai moral, etika, estetika, kebhinekaan dan lestarinya nilai-nilai luhur dari budaya dalam proses pengajaran dan pendidikan di kelas serta di lingkungan sekolah.
Sesi Tanya JawabÂ
1. Mengapa Sosio Kultural penting dalam kegiatan pembelajaran?Â
Jawaban/Pembahasan;
Karena Sosio Kultural, merupakan nilai-nilai luhur dan budaya serta gagasan, kebiasaan, keterampilan yg harus kita terapkan, kita aplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas untuk membentuk karakter anak yang sesuai dengan pemikiran KHD, memantik, menumbuhkan sikap dan kepribadian anak agar menjadi pribadi yang kuat, gigih, kreatif, bertanggung jawab, mempunyai rasa kepedulian terhadap sesama, aktif dalam bekerjasama bergotong royong, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang optimal. jadi Sosiokultural sangat penting dan berpengaruh terhadap tercapainya keberhasilan tidak hanya di bidang akademiknya saja namun juga pembentukan sikap, perilaku serta karakter peserta didik agar lebih baik.
2. Kekuatan konteks Sosio Kultural apa yang sesuai dengan Kota Cimahi ??
Jawaban/Pembahasan;
Kekuatan konteks Sosio Kultural yang sesuai dengan Pemikiran KHD yang kami pilih sudah sangat sesuai dengan Motto, Slogan bahkan Visi dan Misi Kota Cimahi, Gotong Royong dan rasa peduli terhadap sesama merupakan pondasi yang harus di bentuk sekokoh, sekuat mungkin untuk untuk terus menjaga nilai-nilai luhur dan budaya lokal, gagasan-gagasan serta program kota Cimahi tidak akan terlaksana dengan baik, dan tidak bisa mencapai hasil yang optimal.Â
Contoh Cimahi Ngahiji yang artinya Cimahi Bersatu tidak akan bisa diwujudkan tanpa adanya rasa kebersamaan, gotong royong dan kepedulian terhadap sesama. Program kota Cimahi selalu di gerakkan sampai ke warga masyarakat di lapisan terbawah, kami bergerak cepat saat ketika Kota Cianjur terkena musibah gempa bumi, baik dari sekolah-sekolah, Baksos Kepramukaan maupun dari lembaga-lembaga kedinasan Kota Cimahi. Ini menjadi bukti bahwa gotong royong dan peduli sesama sebagai kekuatan konteks sosio-kultural yang sangat sesuai.
3.Bagaimana keterkaitan antar pendidikan berkelas pengalaman berjalan dengan pemikiran KHD dalam Sosio Kultural di Kota CimahiÂ
 Jawaban/Pembahasan;
Keterkaitan Pendidikan berbasis pengalaman yang sejalan dengan pemikiran KHD dikaitkan dengan sosio kultural di Kota Cimahi. Ki Hadjar Dewantara mendorong pendidikan yang berbasis pengalaman nyata dan relevan bagi kehidupan sehari- hari. Dalam konteks pendidikan berbasis pengalaman, sangat penting untuk. dapat mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam pembelajaran terhadap siswa. Kota Cimahi memiliki sebuah desa adat yaitu Desa Adat Cireundeu, hal tersebut merupakan salah satu kekayaan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Pendidikan berbasis pengalaman tersebut dapat diwujudkan dengan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam pembelajaran, misalnya dengan mengajak anak-anak mengunjungi dan mengenal lebih dekat desa adat tersebut. Selain itu Kota. Cimahi juga dikenal sebagai kota militer karena banyak terdapat pusat-pusat militer. Hal tersebut merupakan suatu nilai lebih untuk kita agar dapat memperkenalkan dan membantu anak anak memahami konsep-konsep KHD, misalnya saja dengan cara meberikan pengetahuan mengenai kegiatan- kegiatan para tentara, atau dengan menayangkan video-video yang berkaitan dengan perjuangan para tentara, sehingga nilai gotong royong dan peduli dapat menjadi suatu budaya, kebiasaan atau keterampilan yang dapat membentuk karakter anak yang sesuai dengan pemikiran KHD.
Terimakasih, semoga bermanfaat .Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H