Mohon tunggu...
Yulia Marza
Yulia Marza Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, Employee

Saya ibu 2 orang anak, suka nulis, suka masakan berkuah, kadang suka mager.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Namaku Tiara

13 Desember 2022   16:27 Diperbarui: 16 Desember 2022   12:36 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namanya Tiara, gadis 18 tahun yang baru dinyatakan lulus dari sekolah menengah atas di kotanya. Tiara berkulit kuning langsat, dengan tinggi tak lebih dari 160 sentimeter. Di wajahnya bertengger hidung mancung nan mungil serta rambut panjang sepunggung. Sekilas penampilannya biasa saja, tubuhnya pun kurus. Namun Tiara memiliki senyum manis yang membuat siapapun enggan mengalihkan pandangannya.

Di lingkungan tempat tinggalnya, Tiara cukup familiar. Sikapnya yang sopan, ramah dan mudah bergaul, membuat Tiara banyak disukai dari kalangan muda, dewasa hingga ibu-ibu.

Di bidang akademik pun Tiara cukup menonjol. Walau tidak pernah meraih ranking pertama, setidaknya ranking tiga selalu ada di tangannya.

Dan sabtu pagi ini, Tiara berada di sekolah guna pengambilan surat berharga yang selama tiga tahun ini ditunggunya. Raut keceriaan tergambar jelas di wajah Tiara. Bukan karena bebas dari rumus-rumus yang membuat otaknya jenuh, tapi berkumpul dengan teman-temannya lah yang paling ia rindukan. Lagipula di sekolah, Tiara bisa terbebas dari omelan ibu yang seakan tak pernah habis kepadanya.

Saat melangkahkan kaki melewati gerbang sekolah, Siska, Amel dan Farel berlari menghampirinya. Kedua perempuan itu berhambur memeluk tubuh imut Tiara. Kecuali Farel. Dia hanya melihat lonjakan tiga sahabatnya itu meluapkan kegembiraan, seolah lama tak bertemu.

"Aku kangen banget Ra" Ucap Siska dengan tubuh yang masih memeluk Tiara

"Aku juga" sahut Amel yang juga memeluk Tiara

"Ehem..aku dilupain nih" suara sumbang Farel memecah temu kangen sahabatnya itu.

Ketiganya melepaskan pelukan dan beralih menatap Farel. "Jangan bilang kamu mau meluk Tiara juga" ucap Siska sedikit ketus. Ketiganya tertawa melihat Farel kikuk sambil garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya..ya..ya.. terserah kalian lah mau ngomong apa" balas Farel sambil nyengir.

"Ya udah masuk yuk, aku udah gak sabar nih, lihat nilai akhir" Ajakan Amel yang memaksa mereka masuk dan menuju kelas yang berada di sisi kanan gedung berlantai dua itu.

Tiara, Siska, Amel dan Farel berteman sejak di bangku SMP. Berawal dari kerja kelompok, mereka merasa cocok satu sama lain. Hingga memilih SMA pun mereka harus sama, supaya persahabatan keempatnya tetap terjalin. Syukurnya, mereka masuk di sekolah favorit yang mereka idamkan.

Siska dan Farel berasal dari keluarga berada. Tapi keduanya tak pernah membanggakan kekayaan orangtuanya. Ia tetap bersahaja dan berteman ramah dengan siapapun. Sedangkan Amel, Ayah Ibunya hanya pegawai negeri biasa. Namun orangtua Amel sangat menyayanginya. Perhatian kerap diperlihatkan Ayah dan Ibu Amel tatkala Tiara, Siska dan Farel tugas kelompok di rumahnya.

Sedangkan Tiara, ia bahkan tak pernah merasakan kasih sayang ibunya sejak lahir. Ibunya kerap memarahinya walau hanya kesalahan kecil.

Tiara memang memiliki keluarga komplit seperti halnya ketiga sahabatnya itu. Namun bedanya, Tiara memiliki ayah Tiri dan dua adik tiri, yang justru baik kepadanya. Tiara tak pernah tau siapa ayah kandungnya. Setiap Tiara bertanya perihal ayah pada ibu, jawaban ibu selalu sama. "Sudah, jangan banyak tanya, sampai kapanpun ibu tidak akan pernah memberitahumu".

Sesampai di lorong sekolah, teman-teman mereka sudah banyak berkumpul. Kegaduhan mereka pun terdengar saling bersahut-sahutan. Ada yang teriak kegirangan, ada yang cekikikan dan banyak dari mereka mengabadikan hari terakhir menginjakan kaki di sekolah ini. Pelukan, ciuman tak lepas dari kaum perempuan. Mereka seakan tak ingin berpisah dari teman dan guru yang sudah tiga tahun bersama.

Bersambung ya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun