Siang itu saya berkesempatan untuk melakukan pembelajaran Project Based Learning dalam kelas matematika.
Kebetulan materi yang sedang dipelajari anak anak adalah aritmatika sosial dimana siswa diajak belajar tentang literasi keuangan yang meliputi harga jual, harga beli, untung/rugi, prosentase untung /rugi dan pajak.
Agar pembelajaran lebih menarik dan siswa bisa mempraktekkan langsung tentang aritmatika sosial, kami mengambil kesepakatan untuk melakukan bazaar kelas. Ya, sebuah kegiatan dimana  siswa dibagi-bagi dalam kelompok, lalu tiap kelompok membawa produk untuk dijual.Â
***
Apakah Project Based Learning itu?
Menurut Goodman dan Stivers, 2010,  Project Based Learning adalah  pendekatan pembelajaran yang dibangun di atas kegiatan dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompokÂ
Adapun tahapan dalam pembelajaran Project Based Learning adalah:
1) Menetapkan tema proyek,Â
2) Menetapkan konteks belajar,Â
3) Merencanakan aktivitas-aktivitas,Â
4) Memproses aktivitas-aktivitas,
5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek.
 Dalam pembelajaran aritmatika sosial yang dilaksanakan di atas,  tahap satu dan dua yaitu menetapkan tema projek dan konteks belajar dilakukan seminggu sebelumnya dengan diskusi kelas.
 Dalam diskusi tersebut ditetapkan bahwa di akhir bahasan Aritmatika Sosial kami akan mengadakan bazaar kelas.Â
Dalam pelaksanaannya nanti satu kelas dibagi menjadi lima kelompok dan masing- masing kelompok wajib mengeluarkan satu macam produk untuk dijual. Jadi dalam satu kelas nanti ada lima  stand yang akan menjual berbagai produk yang berbeda.
Dalam diskusi juga ditetapkan bahwa materi yang akan diangkat adalah harga jual, harga beli, untung, rugi dan prosentasenya serta pajak.
Tahap ketiga ditandai dengan diskusi kelompok untuk menentukan rencana penyediaan produk.
Ada yang berencana akan membeli produk lalu dijual kembali, seperti ,menjual susu kedelai, susu dalam kemasan ataupun kue. Ada pula yang membuat sekaligus meracik produk secara langsung, seperti menjual aneka puding dan frozen food.
Tahap keempat dan kelima ditandai dengan proses jual beli dan pembuatan laporan.Â
Sebelum jual beli dilakukan ada kesempatan satu minggu bagi tiap kelompok untuk melakukan promosi baik secara langsung atau lewat media sosial.
Ya, bukankah kita semua sekarang hidup di dua dunia yaitu dunia nyata dan dunia maya?
Pada tahap pembuatan laporan tiap kelompok diminta untuk menuliskan harga beli, harga jual, untung/rugi dan pajak yang harus dibayar.
Sebagai simulasi pajak, setiap kelompok diminta menyumbangkan 5% dari keuntungannya untuk kas kelas.
Laporan harus disertai dengan dokumentasi pendukung kegiatan.
Pembelajaran berlangsung aktif dan menyenangkan. Pembeli tidak hanya datang dari kelas yang berdekatan, bahkan adik kelaspun tertarik untuk berbelanja. Penjual begitu antusias dalam melayani pembeli atau menawarkan dagangannya pada pembeli yang baru datang.
Ada banyak manfaat dari pembelajaran dengan model Project Based Learning ini,Â
di antaranya adalah:
1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam kegiatan ini semua siswa terlibat dalam pembelajaran. Mereka mendapat tugas tertentu dari kelompok masing masing.
2. Meningkatkan kemampuan dalam bekerja secara kelompok dan menghargai hasil karya orang lain.
3. Membuat siswa lebih aktif berkomunikasi. Hal tersebut tampak saat mereka menjelaskan produk maupun promosi pada siswa kelas lain.
4. Memberikan pengalaman pada siswa untuk bersama sama mengelola sebuah projek.
Masih banyak lagi manfaat dari pembelajaran dengan model ini. Dari berbagai manfaat tersebut satu hal yang tak kalah penting adalah melalui pembelajaran ini siswa diajak lebih memahami literasi keuangan sekaligus meningkatkan  minat mereka untuk berwirausaha.Â
Bagaimana pendapat sahabat Kompasiana?
Salam matematika:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H