"Bawa apa ya?" Pikir saya ketika menatap list di grup WhatsApp hari itu.
Ya, ada sekitar dua belas orang menuliskan makanan apa yang akan di bawa saat perayaan Maulid Nabi nanti. Ada urap-urap, sayur lodeh, sayur pedas dan banyak lagi.
 Aha, tanpa pikir panjang saya langsung menulis kan satu jenis makanan yang akan saya bawa nanti, yaitu mendol. Sebuah makanan khas Malang, terbuat dari tempe dan tidak sulit membuatnya.
Hari yang ditunggu tiba, tepatnya Jumat 13 September 2024.
Hari itu sementara di lapangan perayaan Maulid Nabi dilaksanakan, di meja depan ruang guru berbagai makanan tersedia.
Semuanya bawaan para guru. Ada  yang masih dimasukkan di kresek, ada juga yang sudah diletakkan dalam piring-piring besar. Berbagai jenis buah  juga ada.
Teman teman di bagian konsumsi mulai sibuk menata makanan, memotong dan mengupas buah juga menyiapkan minuman.
Itu adalah gambaran ketika mengadakan potluck di ruang guru pada perayaan Maulid Nabi kemarin.
Apakah potluck itu?
Istilah "potluck" Â berasal dari abad ke-16, ketika Thomas Nashe menulis dalam drama panggungnya Summer's Last Will and Testament , tulisannya berbunyi: "Orang baik adalah orang baik, meskipun ia tidak punya uang sepeser pun di dompetnya. Kami hanya punya potluck, sedikit untuk membasahi bibir kami, dan tidak lebih."
Pada masa itu banyak orang menyimpan kelebihan makanan di lemari untuk hidangan jika tiba-tiba rumahnya kedatangan tamu.
Makanan yang diperoleh tamu tergantung pada 'keberuntungan' mereka akan jenis makanan yang disimpan tuan rumah, karenanya dinamakan potluck.Â
Di sekitar tahun 1930 mulai ada versi makan bersama dengan berbagai macam variasi menu yang dibawa oleh masing masing orang.Â
Makan bersama diadakan karena saat itu kondisi ekonomi dunia yang memburuk sehingga setiap orang mendapat jatah makanan yang terbatas.Â
Karena keterbatasan ini orang- orang lalu mengadakan acara makan bersama dengan membawa makanan masing-masing dari rumah. Dengan cara tersebut orang-orang bisa menikmati makanan yang bervariasi.
Seiring berjalannya waktu potluck menjadi istilah yang umum digunakan untuk penyelenggaraan sebuah pesta dimana para tamunya bertanya, '"Nanti saya bawa apa ?".
 Dengan kata lain yang datang pada pesta  membawa makanan sendiri,  lalu digabung dengan 'bawaan' yang lain kemudian dimakan bersama -sama.
Sama dengan apa yang kami lakukan di pagi itu.Â
Luar biasa. Ada 18 orang yang mengisi list berarti ada 18 macam hidangan yang tersedia.Â
Ada urap, sayur lodeh, sayur kothokan pedas, bali telur, sambal goreng kentang, ayam goreng, tahu goreng, bakwan, mendol, buah sampai kerupuk.
Bagian konsumsi  menata berbagai macam makanan dalam dua meja. Satu meja untuk tempat makanan dan satu meja untuk buah, kue dan minuman
Sesudah acara diba' Maulid dan pengajian berakhir, semua siswa masuk kelas dan menikmati buah-buahan yang mereka bawa.  Sementara itu kami segera menuju ruang guru untuk  menikmati hidangan yang tersedia.
Pagi yang sangat menyenangkan, betapa di Perayaan Maulid hari itu  kami makan bersama dengan aneka hidangan yang kami bawa bersama.Â
Potluck pagi itu membuat Maulid terasa berkah, meriah, penuh kehangatan dan juga sarat dengan nuansa kebersamaan.
Semoga bermanfaat, dan Salam Kompasiana.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI