Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Desa Penglipuran, Indahnya Harmoni antara Manusia dan Alam Sekitarnya

16 Mei 2024   16:31 Diperbarui: 17 Mei 2024   03:49 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bus yang kami tumpangi terus melaju dan akhirnya berhenti di sebuah destinasi yang sangat menarik. 

Di bagian depannya terdapat ucapan selamat datang dari tulisan latin dan tulisan huruf khas Bali. 

Berbagai macam tanaman tumbuh di sana sini, hiasan dan bangunan khas Bali seolah tersenyum menyambut kehadiran kami.

Ucapan selamat datang, dokumentasi pribadi 
Ucapan selamat datang, dokumentasi pribadi 

Ya, hari itu saya dan teman-teman berkesempatan untuk mengunjungi  Desa Penglipuran. Salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di Pulau Bali.

Perjalanan kami dipandu oleh Bli Gede selaku guide. Dalam keterangannya Bli Gede menceritakan tentang sejarah dan segala sesuatu tentang Desa Penglipuran.

Nama Panglipuran ini berasal dari kata 'pangeling' yang berarti mengingat atau ingat dan 'pura' yang berarti tanah leluhur.

Desa yang terletak di kawasan Bangli ini sering menjadi tujuan wisata di Bali, baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.

Bagaimana sejarah desa ini?

Dari sebuah penelitian yang dilakukan civitas akademik Universitas Atmajaya Yogyakarta, Desa Panglipuran Bali dulunya berasal dari Desa Bayung Gede, Kota Bangli.

Bangunan di Desa Penglipuran, dokumentasi pribadi 
Bangunan di Desa Penglipuran, dokumentasi pribadi 

 Pada masa kerjaan Bangli, raja Bangli sangat memerlukan tenaga penduduk desa Bayung Gede untuk menjadi prajurit kerajaan.  

Pada saat itu jarak antara pusat kerajaan Bangli dan Bayung Gede sangat jauh, karenanya untuk memudahkan komunikasi antara pusat dan prajurit Bayung Gede maka Raja Bangli memberikan tempat yang tak jauh dari pusat kerajaan untuk para prajurit ini.

 Tempat peristirahatan para prajurit ini lalu ditempatkan di sekitar Desa Kubu. Dalam perkembangannya jumlah penduduk di daerah tersebut semakin banyak, dan akhirnya desa tersebut memisahkan diri lalu membentuk desa baru yang bernama Desa Penglipuran. 

Bangunan di Desa Penglipuran, dokumentasi pribadi 
Bangunan di Desa Penglipuran, dokumentasi pribadi 
Untuk mengenang tanah leluhur, Desa Penglipuran mempunyai bentuk dan tradisi yang sama dengan Desa Bayung Gede.

 Seiring berjalannya waktu, Desa Penglipuran terus berkembang namun tetap mempertahankan tradisi dan budaya aslinya. Nah, hal inilah yang membuat Desa Penglipuran mempunyai daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Begitu memasuki Desa Penglipuran mata kita dimanjakan oleh pemandangan cantik berupa deretan bangunan rumah penduduk yang bernuansa etnis.

Sepanjang jalan naik di Desa Penglipuran, dokumentasi pribadi Anggita 
Sepanjang jalan naik di Desa Penglipuran, dokumentasi pribadi Anggita 

Uniknya semua rumah di sini mempunyai arsitektur tradisional yang sama. Menurut keterangan Bli Gede ada 87 rumah di sini.

Desa yang terletak di kaki Gunung Batur ini dalam penataannya  menggunakan konsep Tri  Mandala, yang terdiri atas Utama Mandala (tempat peribadatan), Madya Mandala ( pemukiman) dan Nista Mandala ( area pemakaman).

Di desa ini kita juga bisa menemukan beberapa pura, ada Pura Penataran, Pura Dalem, dan Pura Puseh. Dengan mengunjungi pura tersebut kita bisa belajar tentang budaya serta adat di Desa Penglipuran.

Berfoto sejenak, dokumentasi pribadi 
Berfoto sejenak, dokumentasi pribadi 

Saat kami berkunjung suasana begitu ramai,  karenanya  lebih banyak berfoto -foto saja di Desa Penglipuran.

Selain disuguhi panorama yang cantik, mempelajari adat istiadat Bali, di sini kita juga bisa membeli berbagai barang cindera mata dan mencicipi hidangan khas Desa Penglipuran seperti loloh cemcem dan tipat cantok. 

Loloh cemcem  adalah minuman tradisional Bali yang terbuat dari ramuan daun pidu,  sedangkan tipat cantok adalah sejenis makanan yang mirip dengan gado-gado.

Berbagai barang kerajinan dan cinderamata, dokumentasi pribadi 
Berbagai barang kerajinan dan cinderamata, dokumentasi pribadi 

Desa yang luas wilayahnya sekitar 112 hektar ini terbagi atas lahan pertanian, hutan bambu, hutan kayu, tempat suci, pemukiman warga dan fasilitas umum. 

Begitu masuk Desa Penglipuran ada banyak peraturan yang harus ditaati oleh pengunjung. Ya, semua pihak harus ikut menjaga agar kebersihan dan keindahan Desa adat ini tetap terjaga.

Dari keterangan Bli Gede peraturan yang ada di Desa ini di antaranya adalah tidak boleh membuang sampah sembarangan, tidak boleh menggunakan kendaraan saat memasuki desa kecuali penyandang disabilitas yang harus memakai kursi roda, harus mengenakan pakaian adat saat memasuki pura.

Di desa ini juga terdapat larangan berpoligami atau berpoliandri bagi warganya. Karena itu penduduk Desa Penglipuran termasuk orang-orang yang setia pada keluarganya.

Rombongan kami terus berjalan menyusuri jalanan yang terus menanjak naik. Sejauh mata memandang tampak suasana yang demikian indah, cantik sekaligus asri. 

Bunga-bunga ada di mana-mana,  semua tertata apik dan bersih. 

Karenanya tak heran jika pada tahun 2023 oleh Green Destinastions Foundation, Desa Penglipuran dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia, bersama dengan dua desa lainnya yakni Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda,  oleh Green Destinastions Foundation.

Suasana yang apik dan bersih di mana-mana, dokumentasi pribadi 
Suasana yang apik dan bersih di mana-mana, dokumentasi pribadi 

Semakin ke atas pemandangan semakin cantik, apalagi ketika kami sampai di area pura. Ada peraturan di sini bahwa para wanita yang sedang haid tidak boleh memasuki area pura. 

Meski karena keterbatasan waktu kami tidak bisa melanjutkan perjalanan ke hutan bambu, namun ini adalah sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan. 

Desa Penglipuran dengan segala pesonanya menunjukkan pada kita betapa indah suasana yang tercipta jika ada harmoni antara manusia serta alam sekitarnya.

Salam Kompasiana..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun