Pada masa kerjaan Bangli, raja Bangli sangat memerlukan tenaga penduduk desa Bayung Gede untuk menjadi prajurit kerajaan. Â
Pada saat itu jarak antara pusat kerajaan Bangli dan Bayung Gede sangat jauh, karenanya untuk memudahkan komunikasi antara pusat dan prajurit Bayung Gede maka Raja Bangli memberikan tempat yang tak jauh dari pusat kerajaan untuk para prajurit ini.
 Tempat peristirahatan para prajurit ini lalu ditempatkan di sekitar Desa Kubu. Dalam perkembangannya jumlah penduduk di daerah tersebut semakin banyak, dan akhirnya desa tersebut memisahkan diri lalu membentuk desa baru yang bernama Desa Penglipuran.Â
Untuk mengenang tanah leluhur, Desa Penglipuran mempunyai bentuk dan tradisi yang sama dengan Desa Bayung Gede.
 Seiring berjalannya waktu, Desa Penglipuran terus berkembang namun tetap mempertahankan tradisi dan budaya aslinya. Nah, hal inilah yang membuat Desa Penglipuran mempunyai daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Begitu memasuki Desa Penglipuran mata kita dimanjakan oleh pemandangan cantik berupa deretan bangunan rumah penduduk yang bernuansa etnis.
Uniknya semua rumah di sini mempunyai arsitektur tradisional yang sama. Menurut keterangan Bli Gede ada 87 rumah di sini.
Desa yang terletak di kaki Gunung Batur ini dalam penataannya  menggunakan konsep Tri  Mandala, yang terdiri atas Utama Mandala (tempat peribadatan), Madya Mandala ( pemukiman) dan Nista Mandala ( area pemakaman).
Di desa ini kita juga bisa menemukan beberapa pura, ada Pura Penataran, Pura Dalem, dan Pura Puseh. Dengan mengunjungi pura tersebut kita bisa belajar tentang budaya serta adat di Desa Penglipuran.