Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenangan Saya bersama Pramuka

7 April 2024   08:27 Diperbarui: 7 April 2024   14:45 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pramuka sedang melakukan kegiatan penjelajahan, dokumentasi pribadi 

Beberapa hari yang lalu saya terlibat perbincangan dengan Kakak Pembina Pramuka di sekolah. 

Kami berbincang tentang plus minusnya tidak menjadikan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah. 

Lewat perbincangan itu Kakak Pembina  menyayangkan jika Pramuka tidak diwajibkan lagi bagi siswa di sekolah, karena Pramuka sebenarnya mengajarkan berbagai karakter baik pada siswa. 

Pramuka banyak mengajarkan kecakapan hidup. Namun semua kadang terbentur pada pelatih Pramuka yang kadang kurang kompeten sehingga menjadikan kegiatan ini kurang menarik di mata beberapa siswa.

Dalam tulisan kali ini saya akan bercerita tentang kegiatan Pramuka yang pernah saya ikuti semasa SD dan SMP. Betapa pelatih mempunyai andil besar untuk menjadikan pramuka ini menjadi kegiatan yang menarik  bagi para siswa.

***

Banyak kecakapan hidup diperoleh dari kegiatan Pramuka, dokumentasi pribadi Gerry 
Banyak kecakapan hidup diperoleh dari kegiatan Pramuka, dokumentasi pribadi Gerry 

Pertama kali kenal Pramuka adalah ketika saya kelas empat SD. Saat itu siswa yang boleh mengikuti Pramuka adalah kelas 4,5, dan 6, kelas di bawahnya belum boleh. Entah karena masih terlalu kecil atau pelatihnya yang tidak ada.

Saya bersekolah di sebuah SD Negeri yang lokasinya di dalam kampung. Satu kompleks sekolah kami  terdiri dari 3 SD. Ada SD 1, SD 2, dan SD 3. Nah, SD yang terakhir ini adalah yang baru dibangun. Zaman dulu namanya SD Inpres.

Dibandingkan dengan SD 1 dan SD 2, SD Inpres adalah yang paling maju. Peralatannya bagus dan lengkap, bahkan punya perpustakaan juga ada ekstrakurikuler pramuka. Wow.., amazing sekali.

Setiap hari Sabtu siang, sesudah pembelajaran berakhir kami anak anak SD 1 dan SD 2 menonton anak SD Inpres latihan Pramuka. Asyik sekali rasanya. Mereka menyanyi, berbaris, bertepuk tangan, mendapat cerita dari kakak pembina..hmmm, benar-benar membuat iri.

Namun rasa iri itu tidak berlanjut lama. Beberapa bulan kemudian ketika saya naik kelas empat tiba-tiba SD saya juga menyelenggarakan Pramuka dengan dua kakak pelatih. Satu pelatih  putra dan satu pelatih putri.

Wow, betapa membahagiakan. Hari Sabtu menjadi hari yang sangat kami tunggu. Di hari itu berbagai lagu diajarkan oleh pelatih kami, termasuk juga berbagai ketrampilan tali-temali, lomba memasak dan mencari jejak.

Hal terakhir itulah yang sangat berkesan bagi saya. Mencari jejak adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok, dimana tiap kelompok diminta untuk mencari lokasi sesuatu melalui tanda tanda yang diberikan. Tanda yang diberikan dinamankan tanda jejak, dan bisa berupa tanda di tanah, batu ranting, ataupun rumput.

Tanda jejak , sumber dari SKU, tangkapan layar pribadi
Tanda jejak , sumber dari SKU, tangkapan layar pribadi

Ketika itu latihan diisi dengan penjelajahan sekitar kampung. Sebelumnya kami harus mempelajari berbagai tanda jejak dalam SKU juga artinya. 

Dalam pelaksanaannya,  satu satu kelas kami dibagi menjadi beberapa regu. Regu putra sendiri dan putri sendiri. Regu putra menggunakan nama binatang sebagai nama regunya sedangkan regu putri menggunakan nama bunga. Saya tergabung dalam regu melati.

Nah, ketika semua sudah siap, kakak pembina putra kami berangkat terlebih dulu, sambil memberikan tanda jejak di jalan-jalan yang dilaluinya. Setelah satu jam kami baru 

 diberangkatkan untuk mencari di mana posisi kakak pembina putra kami. Regu yang tercepat menemukan kakak pembina, itulah pemenangnya.

Setelah melihat arloji, kakak pembina putri kami berkata, "Ayo berangkat," 

Rupanya sudah pas satu jam kakak pembina kami tadi berangkat. 

Kami berjalan bersama sambil berbincang dan sesekali bergurau. Meski demikian hal tersebut tidak mengurangi kewaspadaan kami pada tanda-tanda yang barangkali diberikan oleh kakak pembina kami. 

Di dekat sungai tiba- tiba terdapat sebuah tanda yang berbeda dengan tanda yang kami jumpai sebelumnya. 

"Hei, ada surat," kata ketua regu kami sambil menunjuk sebuah gambar segiempat dengan tanda panah dan ada angka 5. Artinya lima langkah lagi ada surat.

Ada surat..? Wah, menarik sekali. Tanpa dikomando dua kali kami mengambil lima langkah sesuai arah panah, lalu meneliti daerah sekitar kami.

Dan benar.. dibalik sebuah batu sebuah kertas putih terlipat rapi. Bergegas kami membacanya bersama. 

"Kami tunggu di Puskesmas...," Aha, pesan singkat itu membuat kami semakin bersemangat.

Pramuka beserta pelatih, dan wali kelas, dokumentasi pribadi 
Pramuka beserta pelatih, dan wali kelas, dokumentasi pribadi 

Cepat- cepat surat itu kami kembalikan posisinya dan kami meneruskan perjalanan menuju Puskesmas yang tak jauh dari situ. 

Sampai Puskesmas.., Taraaa kami mendapat ucapan selamat karena regu melati adalah yang tiba di sana paling awal. Duh.. bangga sekali rasanya.

Betapa lewat Pramuka saya telah belajar banyak hal. Tentang kesetiakawanan, kebersamaan, ketangguhan dan selalu gembira dalam menghadapi berbagai macam tantangan.

Ketika saya masuk SMP kegiatan Pramuka sudah tidak se'greget' waktu SD lagi. Kegiatannya kurang menantang dan lebih banyak pemberian teori-teori. 

Ketika baru awal masuk SMP, kegiatan ini banyak pengikutnya, tapi menjelang semesteran peserta semakin sedikit, bahkan saya sendiri pindah kegiatan ke olah raga basket.

Apel kegiatan Pramuka, dokumentasi pribadi 
Apel kegiatan Pramuka, dokumentasi pribadi 

Demikian sekilas kenangan manis saya dengan Pramuka. 

Harapannya ke depan meski rencananya sudah tidak diwajibkan bagi seluruh siswa, ekstrakurikuler ini akan tetap menarik dengan cara meningkatkan kompetensi para pelatihnya, sehingga kegiatan Pramuka semakin digemari oleh para siswa di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun