Di atas adalah cerita ketika saya sedang mempersiapkan siswa untuk ujian praktik matematika.Â
Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang ujian praktik tersebut, tapi tentang bagaimana siswa sekarang mudah sekali lupa tentang hal yang dipelajari.
 Seperti contoh di atas, bahkan siswa kelas sembilan lupa bagaimana cara mencari luas segitiga. Hal yang harusnya sudah dihafal dan dipahami sejak mereka SD.
Hal yang sama juga terjadi pada mapel lain. Banyak teman guru mengatakan siswa sekarang mudah sekali lupa. Hal yang dipelajari sekarang, tiga hari berikutnya atau bahkan besok sudah lupa.
Kadang kami berpikir karena zaman sekarang sangat banyak 'gangguan ' siswa untuk berkonsentrasi. Â Kita lihat game begitu banyak, informasi dan hiburan ada dalam genggaman mereka.Â
Namun ternyata ada satu hal yang harus diwaspadai bersama yaitu dimensia digital.
Tentang Demensia Digital
Dari Psychology Today diterangkan bahwa Demensia Digital" adalah istilah yang diciptakan oleh ahli saraf Manfred Spitzer. Kondisi ini menggambarkan penggunaan teknologi digital secara berlebihan yang mengakibatkan terganggunya kemampuan kognitif seseorang.
Demensia digital ditandai dengan memburuknya memori jangka pendek. Ya,  kita menggunakan teknologi secara berlebihan, sehingga malas mengingat informasi, dan "menitipkan ingatan" kita dengan cara menyimpannya  ke dalam gadget.
Tidak bisa dipungkiri kehadiran smartphone membuat beban kita untuk menyimpan informasi menjadi lebih ringan.Â