Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ketika Kenangan Membumbui Makanan, Sebuah Cerita Tentang Ayam Geprek

30 Januari 2024   05:46 Diperbarui: 30 Januari 2024   09:09 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makanan sering membuat kita rindu kampung halaman, dokumentasi pribadi 

Siang terasa begitu panas. Hawa Jogja memang jauh berbeda dengan Malang. Di kota gudeg ini  menjelang Dhuhur bahkan selepasnya hawa demikian nylekit rasanya.

Bertiga kami memasuki sebuah kedai yang lumayan besar. Saya dan dua anak saya mengambil tempat yang kosong. Kursi kursi sudah banyak terisi. Mungkin karena jam makan siang sehingga pengunjung begitu ramai.

Geprek tiga , es teh tiga itu yang kami pesan. Di kedai ini pengunjung tampak begitu ramai. Hampir semua anak muda. Suasana terasa hangat. Mereka asyik dengan obrolan masing-masing.

Berlokasi di sekitar Jl Kaliurang membuat kedai ini sering dikunjungi mahasiswa. Yang fenomenal, di sini pengunjung bebas mengambil nasi. Boleh tambah berkali-kali asal kuat tentu saja. Ada dua macam nasi yang masing-masing disediakan dalam sebuah termos besar. Nasi putih biasa dan nasi uduk.

Ilustrasi suasana kedai ayam geprek, sumber gambar: Teropong Indonesia 
Ilustrasi suasana kedai ayam geprek, sumber gambar: Teropong Indonesia 

"Sering makan di sini, Le? " Tanya saya pada anak saya.

Anak saya tersenyum. "Kadang-kadang, Buk," jawabnya sambil menerima pesanan es teh yang datang. Hmm, tiga es teh dalam wadah gelas yang cukup besar. Sangat cukup untuk menyegarkan tenggorokan sembari menunggu pesanan makanan datang.

Makan bersama seperti itu terasa sangat menyenangkan

 Tentu saja, sejak anak saya, Si nomor dua mengambil keputusan  untuk kuliah di Jogjakarta, kebersamaan seperti itu  jarang jarang kami lakukan. 

Pengunjung terus berdatangan. Dan tak lama kemudian.., taraa, datanglah pesanan kami. Tiga piring berisi ayam bercampur sambel bawang.

Saya melihat hidangan itu dengan heran. "Ayamnya kok hancur ya?" tanya saya sambil melihat isi piring saya 

Anak saya tertawa sambil memindahkan dua centong nasi dari termos ke piringnya. "Itu namanya ayam geprek Buk, ayamnya dihancurkan seperti itu," jelasnya.

Singkat kata kami langsung menikmatinya. Nasi hangat, ayam goreng tepung dan sambel bawang yang agak pedas sungguh kombinasi yang begitu tepat untuk mengobati rasa lapar kami.

Itulah perkenalan pertama saya dengan ayam geprek. Sebelumnya untuk makanan sejenis saya hanya kenal nasi ayam lalapan atau nasi ayam penyet.

Ayam penyet lalapan, sumber gambar: Rasabunda
Ayam penyet lalapan, sumber gambar: Rasabunda

Apa yang membedakan ayam penyet dan ayam geprek? Ayam penyet biasanya disajikan dengan tempe atau tahu yang dipenyet sementara ayamnya sebelumnya diukep lalu digoreng. Jadi ayamnya utuh. 

Sedangkan pada ayam geprek, ayamnya digoreng tepung dan sesuai namanya ayamnya digeprek di cobek yang sudah berisi sambel  hingga agak hancur. 

Jika ayam penyet biasanya menggunakan sambel terasi makal ayam geprek menggunakan sambel bawang. 

Nah..., sebagai orang Indonesia kita harus benar-benar bangga punya berbagai varian sambel yang lezat dan punya keunikan tersendiri.

Sejak kapan ayam geprek ini mulai eksis? Dari Wikipedia disebutkan bahwa hidangan ayam geprek bermula di Kota Yogyakarta, hasil kreasi Ibu Ruminah atau Bu Rum.

Sekitar tahun  2003, Bu Rum menjual lotek, soto, dan ayam goreng tepung di warung makannya. 

Suatu saat seorang pelanggannya meminta Bu Rum untuk menambahkan sambal ulek di atas ayam goreng tepungnya dan melumatkannya dengan ulekan.

Hidangan yang unik. Namun karena lezat, akhirnya banyak yang minta hal serupa yaitu ayamnya diulek di cobek campur sambal. 

Hidangan ini mulanya dikenal dengan nama ayam ulekan atau ayam gejrot dan akhirnya berubah nama menjadi ayam geprek.

Hidangan ayam geprek menjadi populer di Indonesia sekitar tahun 2017. Banyak restoran lain di seluruh Indonesia yang turut menyajikan hidangan ini.

Siang yang begitu panas tak terasa bagi kami yang menikmati sesuap demi sesuap nasi ayam geprek. Dalam benak saya itulah hidangan terlezat yang saya rasakan. Entah karena lapar,entah karena hati merasa senang karena bisa ngobrol panjang dengan anak saya.

Kelezatan ayam geprek selalu terpatri dalam hari saya sejak saat itu. Karenanya di banyak kesempatan saya sering memilih ayam geprek saat ditawari menu makanan.

Gigitan demi gigitan ayam geprek selalu mengingatkan saya pada kehangatan pertemuan dengan anak saya di Jogja.

Ya, makanan bukan sekedar masalah citarasa. Ada kenangan yang dibawa oleh makanan itu sehingga mentrigger ingatan dan kenangan akan masa lalu sehingga membuat makanan yang kita nikmati terasa lebih lezat.

Makanan sering membuat kita rindu kampung halaman, dokumentasi pribadi 
Makanan sering membuat kita rindu kampung halaman, dokumentasi pribadi 

Dilansir Huffington Post, psikolog dan ahli saraf Hadley Bergstrom mengungkapkan bahwa kenangan mengenai rasa cenderung paling kuat dibanding kenangan asosiatif lainnya. Karenanya makanan bisa membuat kita rindu pada kampung halaman yang menyimpan banyak kenangan manis.

Ya, betapa makanan bisa membangkitkan kenangan dan kenangan bisa membumbui makanan. Aha ...

Salam ayam geprek...:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun