Suatu saat seorang pelanggannya meminta Bu Rum untuk menambahkan sambal ulek di atas ayam goreng tepungnya dan melumatkannya dengan ulekan.
Hidangan yang unik. Namun karena lezat, akhirnya banyak yang minta hal serupa yaitu ayamnya diulek di cobek campur sambal.Â
Hidangan ini mulanya dikenal dengan nama ayam ulekan atau ayam gejrot dan akhirnya berubah nama menjadi ayam geprek.
Hidangan ayam geprek menjadi populer di Indonesia sekitar tahun 2017. Banyak restoran lain di seluruh Indonesia yang turut menyajikan hidangan ini.
Siang yang begitu panas tak terasa bagi kami yang menikmati sesuap demi sesuap nasi ayam geprek. Dalam benak saya itulah hidangan terlezat yang saya rasakan. Entah karena lapar,entah karena hati merasa senang karena bisa ngobrol panjang dengan anak saya.
Kelezatan ayam geprek selalu terpatri dalam hari saya sejak saat itu. Karenanya di banyak kesempatan saya sering memilih ayam geprek saat ditawari menu makanan.
Gigitan demi gigitan ayam geprek selalu mengingatkan saya pada kehangatan pertemuan dengan anak saya di Jogja.
Ya, makanan bukan sekedar masalah citarasa. Ada kenangan yang dibawa oleh makanan itu sehingga mentrigger ingatan dan kenangan akan masa lalu sehingga membuat makanan yang kita nikmati terasa lebih lezat.
Dilansir Huffington Post, psikolog dan ahli saraf Hadley Bergstrom mengungkapkan bahwa kenangan mengenai rasa cenderung paling kuat dibanding kenangan asosiatif lainnya. Karenanya makanan bisa membuat kita rindu pada kampung halaman yang menyimpan banyak kenangan manis.
Ya, betapa makanan bisa membangkitkan kenangan dan kenangan bisa membumbui makanan. Aha ...
Salam ayam geprek...:)