Kami terus melangkah memasuki bangunan yang berdiri kokoh di depan kami. Nuansa Malangan sangat terasa dengan hadirnya berbagai topeng yang berada di bagian atas bangunan tersebut.Â
Ya, kali ini kami berjalan-jalan untuk mengeksplor satu lagi museum yang ada di Kota Malang yaitu  Museum Mpu Purwa. Sebuah museum yang terletak di kawasan Perumahan Griya Shanta Jl Soekarno Hatta, Mojolangu, Lowokwaru Malang.
Suasana museum begitu sepi. Mungkin karena kami datang agak pagi.Â
Setelah scan barcode di resepsionis kamipun mulai memasuki Museum Mpu Purwa.Â
Tentang Museum Mpu Purwa
Menurut keterangan yang ada di dekat resepsionis, Â Museum Mpu Purwa didirikan pada 2004 dan diresmikan oleh Walikota Malang saat itu, Drs. Peni Suparto.Â
Pada awalnya museum ini merupakan Balai Penyelamatan Benda Purbakala, lalu berubah menjadi sebuah museum yang menampilkan arca dan patung yang berasal dari kerajaan Mpu Sindok sampai Majapahit.
Begitu masuk ke bagian dalam, image bahwa museum adalah tempat yang 'suram' langsung terhapus begitu saja.Â
Ya, dalam benak kita sering membayangkan nuansa museum pasti dingin, suram dan kadang agak serem. Maklumlah, museum 'kan tempat peninggalan benda-benda dari zaman dulu.Â
Tapi percayalah pembaca, Â begitu memasuki museum ini kesan tersebut langsung hilang.
Museum Mpu Purwa terdiri atas dua lantai.Â
Di dekat pintu masuk, berbagai topeng Malangan berjajar cantik. Ya, di sini kita memang banyak diajak belajar tentang sejarah tentang Malang hingga berdirinya kerajaan Majapahit
Agak masuk ke dalam kita akan bertemu dengan media belajar sejarah yang menarik. Terdapat kubus berwarna-warni yang bisa diputar-putar. Pada tiap sisi kubus tersebut terdapat informasi tentang benda-benda bersejarah di museum ini.
Lebih masuk lagi kita akan melihat display benda-benda bersejarah di tengah ruangan juga di dinding.Â
Semua tertata apik dengan pencahayaan yang bagus. Benda bersejarah yang kita jumpai di lantai satu meliputi arca-arca, teks Sumpah Palapa Gajah Mada, informasi mengenai Candi Badut, Situs Karuman, Batu Kenong, dan lain-lain.
Kami terus melangkahkan kaki menuju tangga naik. Suasana sepi dengan suara gending yang sayup- sayup membuat nuansa terasa demikian adem.
Lantai dua juga dipenuhi dengan benda-benda bersejarah yang ditata di tengah maupun tepi ruangan.Â
Ada yang istimewa. Di lantai ini kita akan melihat linimasa sejarah Nusantara mulai dari tahun 25-220M , zaman berdirinya kerajaan-kerajaan hingga kedatangan bangsa Eropa.
Lantai dua ini yang menjadi kekhasan Museum Mpu Purwa, yaitu penuh dengan diorama.
Diorama yang berkisah tentang  sejarah berdirinya Singasari hingga Majapahit.Â
Diorama dimulai dengan penculikan Kendedes oleh Tunggul Ametung, dilanjutkan dengan kemarahan Mpu Purwa pada penduduk Panawijen yang tidak memberikan pertolongan pada Kendedes putrinya tatkala diculik.
Diorama berlanjut dengan usaha Ken Arok memesan keris pada Mpu Gandring, pertempuran di desa Ganter dan akhirnya Ken Arok  berhasil mendirikan kerajaan Singasari.
Kejayaan Singasari ditunjukkan dengan berbagai kegiatan penaklukan ke luar negeri atau dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu di masa pemerintahan Kertanegara.
Namun karena ekspedisi ini jugalah kerajaan Singasari dihancurkan Kediri. Ya, saat itu sebagian besar kekuatan perang difokuskan ke luar hingga kondisi dalam Singasari lemah.Â
Diorama diakhiri dengan pendirian kerajaan Majapahit di mana Raden Wijaya menjadi raja pertama setelah berhasil membuka hutan Tarik dan menyelamatkan keempat putri Kertanegara.
Di bagian kanan ruang atas terdapat diorama besar berupa patung Kerajaan Kanjuruhan yang menceritakan Raja Gajayana memberikan restu kepada Uttejena, sang penerus takhta.
Kanjuruhan adalah kerajaan bercorak Hindu yang pusatnya berada di sekitar Malang.Â
Berjalan-jalan ke Museum Mpu Purwa membuat kita dilempar ke masa lalu dan diajak belajar tentang berbagai hal dari peristiwa yang terjadi di masa itu.
Sebagai tempat belajar sejarah terutama tentang Malang dan Jawa Timur museum ini sangat recommended, karena menyediakan media yang menarik juga display yang apik dan jelas.
Akhirnya, mari kita cintai Indonesia dengan belajar sejarah. Belajar sejarah membuat kita lebih tahu siapa diri kita, dan lebih bijak dalam mengambil langkah ke depan berkaca dari peristiwa serta kesalahan di masa lalu.
Ya, jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H