Tinggal beberapa jam lagi kita akan memasuki tahun 2024. Ya, tahun 2023 akan segera kita tinggalkan. Tahun 2023 dengan segala ceritanya. Baik cerita gembira maupun sedih.Â
Yang jelas segala cerita yang telah memberikan kita banyak pelajaran dan membuat kita lebih  bersemangat untuk membuat langkah yang lebih baik di tahun 2024 nanti.
Ada yang istimewa di akhir tahun 2023 ini bagi saya. Jika para siswa saya menutup tahun 2023 dengan menerima rapor semester gasal, maka saya menerima rapor yang lain. Dua pula.Â
Apa itu?
Rapor dari Kompasiana dan Spotify, dua sahabat yang selalu menemani keseharian saya.Â
Yang pertama adalah platform tempat saya menulis dan membaca, sementara yang kedua adalah tempat saya menikmati musik. Ya, menulis, membaca dan mendengar musik adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya. Semakin banyak yang harus saya tulis atau baca, maka semakin banyak musik yang harus disetel. He..he...
Sebenarnya bukan terima rapor. Judulnya adalah Kilas Balik Tahun 2023. Ya, kilas balik yang menceritakan kembali tentang apa saja yang sudah saya lakukan di Kompasiana  maupun Spotify.
Karena diskripsinya semacam laporan, saya menyebutnya rapotan atau terima rapor.
Bagaimana rapor Kompasiana saya?
Saya bergabung di Kompasiana bulan Oktober 2020. Sudah tiga tahun lebih. Perjalanan bersama Kompasiana memberikan banyak hal. Banyak teman, skill menulis yang senantiasa di asah, bertemu dengan orang-orang hebat dan tentu saja membuka wawasan.Â
Bagaimana tidak membuka wawasan jika tiap hari saling bertegur sapa dengan sesama Kompasianer lewat membaca artikel artikel mereka?Â
Dalam Kilas Balik Kompasiana tahun ini disebutkan tingkat keterbacaan artikel saya selama satu tahun, artikel yang paling hitz dan tak lupa ranking. Nah, ini yang menarik.
Berapapun rankingnya semua terasa menyenangkan. Adanya ranking membuat kita merasa  jerih payah kita begitu diapresiasi dan ada kebanggan tersendiri . Karena itu saya bisa memahami jika tiap menerima rapor selalu ada orang tua siswa yang bertanya tentang ranking anaknya.
Bagaimana dengan rapor Spotify ?
Dalam rapor Spotify disebutkan jenis musik yang sering disetel, termasuk juga durasi waktu yang digunakan untuk mendengarkan musik ataupun podcast.
Luar biasa. Membuka kilas baliknya langsung muncul lagu yang paling sering saya setel, jadi feel-nya benar-benar langsung mengena.
Dalam rapor juga disebutkan podcast yang paling sering didengarkan. Karena tiap pagi atau menjelang tidur saya selalu stay di pengajian filsafatnya Pak Fahrudin Faiz, MJS (Masjid Jenderal Sudirman) menempati urutan pertama podcast kegemaran saya.Â
Di bagian akhir kilas balik disebutkan lima lagu yang paling disukai beserta grup musiknya, dan yang paling menyenangkan adalah kita dibuatkan list musik yang digemari tahun 2023. So sweet.
Tiba-tiba saya berpikir, apa mungkin ya, jika rapor siswa dibuat seperti model Kilas Balik ini? Bukankah sekarang semua serba digital? Kreativitas di dunia digital berkembang demikian pesatnya. Tentunya dengan kemampuan IT yang bagus hal seperti ini tidak sulit dilakukan.Â
Andai bisa tentunya rapotan menjadi lebih asyik rasanya. Aha ..
Hal lain yang menarik dalam pengamatan saya adalah betapa pesan dalam sebuah rapor bisa membuat penerima rapor lebih bersemangat atau 'tersentuh' hatinya.Â
Sungguh, saya saya sangat menyukai kalimat yang ada di slide terakhir rapor Kompasiana, yang berbunyi:
Mari jangan lelah berbagi cerita, memberi makna pada setiap kisah, membawa dampak positif melalui karya, because every story matters. Aih...
Akhirnya selamat tinggal tahun 2023 yang penuh cerita, selamat datang 2024 yang membawa harapan baru. Semoga kita semua diberikan kesehatan, kelancaran dan  keberkahan dalam semua urusan kita.Â
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H