Tulisan ini bercerita tentang bagaimana guru IPA menanamkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi remaja melalui pembelajaran di kelasnya.
***
Pagi itu siswa di kelas tampak serius mengikuti presentasi dari beberapa siswa yang berperan sebagai penyaji. Penyaji terdiri atas lima siswa, sementara audiens duduk menurut kelompok masing-masing.
Beberapa pertanyaan muncul dan dijawab dengan jelas oleh penyaji. Sesekali muncul perbedaan pendapat. Di saat seperti itu dengan sabar guru memberikan arahan serta masukan berkaitan dengan materi yang dipelajari.Â
Apa yang dibahas? Sangat menarik. Mereka sedang belajar tentang masalah pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
Pembelajaran masalah kesehatan reproduksi kali ini dikaitkan dengan program yang sedang dilaksanakan sekolah yaitu Sekolah Siaga Kependudukan (SSK).
Tentang SSK, Remaja dan Kesehatan Reproduksi
Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) adalah sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam beberapa mata pelajaran sebagai pengayaan materi pembelajaran, di mana di dalamnya terdapat pojok kependudukan sebagai salah satu sumber belajar peserta didik.Â
Diharapkan dengan pencanangan SSK pemahaman siswa akan dampak pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan semakin meningkat, sehingga mereka dapat berperan serta untuk meningkatkan usia nikah pertama, serta meningkatnya kualitas kesehatan reproduksinya.
Usia remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan berbagai perubahan emosi, psikis, dan fisik dengan ciri khas yang unik.
Menurut hasil sensus 2020, penduduk Indonesia didominasi oleh usia muda. Tampak pada infografik berikut dimana usia remaja yang didominasi generasi z dan post generasi z memiliki prosentase hampir 40% dari seluruh penduduk Indonesia.
Penting bagi remaja untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi dan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada kualitas generasi mendatang.
Dari situs Kemenkes RI diperoleh informasi bahwa berkaitan dengan kesehatan reproduksi, remaja harus mengetahui hal-hal berikut ini:
1. Pengenalan tentang proses, fungsi, dan sistem alat reproduksi
2. Mengetahui penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya, serta dampaknya pada kondisi kesehatan organ reproduksi
3. Mengetahui dan menghindari kekerasan seksual
4. Mengetahui pengaruh media dan sosial terhadap aktivitas seksual
5. Mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi, terutama membentuk kepercayaan diri dengan tujuan untuk menghindari perilaku berisiko.
Pembelajaran Berdiferensiasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Pembelajaran Berdiferensiasi kali ini dilakukan pada mata pelajaran IPA di kelas sembilan. Tepatnya pada materi Organ Reproduksi Manusia. Pembelajaran dilakukan dengan metode Project Based Learning (PjBL) dan memerlukan waktu empat pertemuan.Â
Lalu bagaimana langkah-langkah pembelajarannya?Â
Setelah dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 6-7 siswa, guru menjabarkan sekilas tentang organ reproduksi manusia dan pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi.
Sesudahnya siswa diminta mencari informasi lebih lanjut pada tenaga kesehatan terdekat berkaitan dengan organ reproduksi dan berbagai penyakit yang menyerang organ reproduksi serta penyebabnya.
Karena harus mencari informasi inilah laporan diminta satu bulan sesudahnya. Diferensiasi yang dilakukan adalah pembelajaran berdiferensiasi proses dan produk.
Berdiferensiasi proses karena mereka belajar dan mencari informasi pada narasumber yang berbeda-beda, berdiferensiasi produk karena tugas dikumpulkan dalam berbagai bentuk. Ada yang berbentuk video, laporan, juga power point.
Di akhir pembelajaran siswa diminta presentasi dan diajak berdiskusi tentang kesehatan reproduksi remaja dan berbagai permasalahannya.
Diskusi berjalan seru. Berbagai pertanyaan dan pendapat muncul.Â
Ada banyak hal baik yang bisa didapatkan dari pembelajaran kali ini. Di antaranya:
1. Siswa jadi lebih memahami tentang organ reproduksi manusia
2. Siswa lebih mengerti cara menjaga kebersihan juga menghindarkan diri dari berbagai penyakit organ reproduksi.
3. Mengajak siswa menjauhkan diri dari pergaulan bebas yang bisa memberikan berbagai dampak negatif pada mereka.Â
4. Menambah skill siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat.
5. Mengajak siswa belajar dari sumber-sumber yang kompeten. Dalam pembelajaran ini siswa melakukan wawancara dengan bidan atau dokter dari puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Catatan menarik lain yang bisa saya ambil sebagai pengamat pembelajaran ini adalah siswa yang merupakan generasi z memang memiliki karakteristik yang istimewa.Â
Mereka sangat terbuka membahas masalah berkaitan dengan organ reproduksi dengan sikap ilmiah. Sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang masih agak malu-malu dalam membahas masalah serupa.
Adalah hal yang sangat penting memberikan pemahaman pada remaja tentang organ reproduksi dan bagaimana cara menjaganya.Â
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna sudah diciptakan dalam bentuk sebaik- baiknya. Karenanya sudah menjadi kewajiban kita semua untuk menjaga ciptaan itu sebagai perwujudan rasa syukur pada Sang Pemberi Anugerah, Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga bermanfaat, Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H