Siang itu lima anak berkumpul di meja halaman depan sekolah. Mereka tampak serius membicarakan sesuatu. Masalah kependudukan!
Satu orang membuka HP untuk browsing, sementara yang lain menanggapi, juga ada yang mencatat.Â
Mereka berdiskusi tentang negara-negara yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di dunia, pertumbuhan dan kepadatan penduduk, serta berbagai masalah yang terjadi jika ledakan jumlah penduduk tidak bisa diatasiÂ
Sesudah diskusi tentang materi, pembicaraan beralih ke masalah pembuatan video. Satu orang yang berperan sebagai sutradara mulai mengatur tentang dialog dan peran masing masing anggota kelompok.
Setelah melalui proses diskusi yang agak panjang pengambilan gambarpun dimulai. Aha, semua melakukan peran seperti yang sudah disepakati. Satu orang bertindak sebagai kameramen dan yang lain menjadi pemeran.
Sementara itu kelompok lain tampak sedang melakukan perekaman suara. Satu orang memegang HP untuk merekam, yang lain membaca teks tentang masalah kependudukan.Â
Di atas adalah suasana ketika kami melakukan proses pembelajaran matematika. Kelompok pertama sedang membuat video sementara yang kedua membuat podcast. Bagaimana yang lain? Ada yang membuat powerpoint juga infografik.
Kali ini materi yang dipelajari adalah masalah operasi bilangan berpangkat dan notasi ilmiah.Â
Sengaja materi ini dihubungkan dengan materi kependudukan, dikaitkan dengan program sekolah yang sedang gencar melaksanakan program Sekolah Siaga Kependudukan.Â
Mengapa harus Sekolah Siaga Kependudukan?
Sekolah Siaga Kependudukan atau SSK adalah sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam beberapa mata pelajaran sebagai pengayaan materi pembelajaran.Â
Digalakkannya SSK ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa akan banyaknya masalah yang timbul jika jumlah penduduk tidak dapat dikendalikan.Â
Dengan pemahaman tersebut diharapkan agar siswa serta para remaja pada umumnya dapat berperan serta untuk menentukan langkah strategis yang akan diambil berkaitan dengan usia pernikahan, juga tentang persaingan yang semakin ketat di dunia kerja.
Dari hasil Sensus Penduduk tahun 2020 diperoleh data bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 270,20 juta jiwa dengan 70,72% adalah angkatan usia produktif dan 9.78% lansia.Â
Lebih tingginya usia produktif dibanding nonproduktif menunjukkan bahwa negara kita sejak tahun 2020 sedang mendapatkan bonus demografi. Usia produktif adalah penduduk berusia 15-64 tahun.Â
Jika dikelola dengan baik, bonus demografi akan sangat menguntungkan karena tenaga kerja akan melimpah dan bisa meningkatkan potensi ekonomi suatu negara.
Tetapi, jika bonus demografi ini tidak dipersiapkan dan dimanfaatkan dengan baik justru akan membawa dampak buruk, karena timbulnya banyak masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.Â
Dengan kata lain jika tidak dikelola dengan baik bonus demografi akan berubah menjadi sebuah bencana demografi.
Banyak Aksi dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam pembelajaran matematika kali ini diharapkan selain memahami tentang operasi bilangan berpangkat siswa juga diajak untuk lebih peka terhadap isu- isu kependudukan yang terjadi di sekitar mereka.
Pembelajaran dilaksanakan dengan kelompok kelompok kecil yang masing masing terdiri atas 5-6 siswa, dan siswa dipersilakan memanfaatkan HP dalam proses pembelajaran. Adapun tugas tiap kelompok adalah:Â
1. Mencari lima negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia dan luas wilayahnya, lalu menyatakan jumlah penduduk dan luas wilayah tersebut dalam bentuk notasi ilmiah.
2. Menentukan kepadatan penduduk dengan rumus jumlah penduduk dibagi luas wilayah. Di sini siswa belajar melakukan operasi hitung bilangan berpangkat.
3. Mencari tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia dan memperkirakan jumlah penduduk sepuluh tahun mendatang dengan menggunakan rumus matematika.
4. Menuliskan hal apa saja jika ledakan jumlah penduduk tak bisa diatasi.
5. Membuat resolusi tentang apa yang akan mereka melakukan menghadapi tahun- tahun mendatang yang penuh tantangan karena kian padatnya jumlah penduduk.
Pembelajaran dilakukan dengan metode Projek Based Learning, dan memerlukan waktu empat kali pertemuan. Pembelajaran dilakukan di dalam atau luar kelas, karena beberapa dari siswa perlu take adegan video atau membuat podcast di luar kelas.
Dalam pembelajaran ini siswa diberi kebebasan untuk mengumpulkan laporan dalam bentuk infografik, powerpoint, video maupun podcast.
Di sinilah pembelajaran berdiferensiasi diterapkan yaitu pembelajaran berdiferensiasi produk.
Sebuah catatan menarik yang bisa diambil dari pembelajaran kali ini adalah siswa sangat kreatif dan berani berekspresi. Ini terlihat dari hasil laporan yang dikumpulkan.Â
Selain itu siswa juga berani mengeluarkan berbagai pendapat ketika diskusi dan presentasi. Mereka tampak enjoy dalam mengeluarkan pendapat juga mengungkapkan resolusi tentang apa yang akan mereka lakukan menghadapi tahun mendatang yang penuh persaingan.Â
Ya, salah satu karakteristik generasi z adalah mereka lebih terbuka dalam membahas berbagai isu karena mereka sangat mudah terhubung dengan berbagai sumber berita lewat internet.
Ada berbagai resolusi menarik yang diungkapkan siswa, seperti akan menunda usia pernikahan, terus meningkatkan kualitas diri agar mampu menghadapi persaingan yang berat di masa datang, dan banyak lagi.
Akhirnya poin penting yang bisa diambil dari pembelajaran ini adalah lewat matematika kita bisa memasukkan berbagai isu yang relevan sehingga pembelajaran bisa berlangsung lebih menyenangkan.Â
Selain itu pembelajaran berdiferensiasi membuat siswa lebih bersemangat karena mereka bisa lebih bebas menunjukkan aksi dan kreasi sesuai dengan karakteristik dan kemampuan mereka.
Semoga bermanfaat dan Salam MatematikaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H