Perkenalan saya dengan Kompasiana terjadi  tiga tahun yang lalu. Tepatnya Oktober 2020, ketika pandemi sedang merajalela di negeri ini.Â
Semua berawal dari anjuran anak saya yang juga menggeluti dunia kepenulisan. Anak saya membuatkan akun Kompasiana ketika tahu saya punya banyak tulisan di blog.
"Daripada dibaca sendiri, 'kan lebih baik kalau yang baca banyak, Buk?" katanya saat itu. Saya menurut saja. Lagipula senang juga jika tulisan saya dibaca oleh banyak orang.
Apa yang saya peroleh dari Kompasiana setelah tiga tahun bergabung? Banyak. Yang paling bisa dirasakan, kepercayaan diri dalam menulis semakin tinggi.
Semula saya agak ragu apakah tulisan saya bisa dinikmati pembaca atau tidak. Tapi komentar dan apresiasi teman- teman sungguh meningkatkan semangat dan rasa percaya dalam diri saya untuk terus menulis.
 Hingga tahun ketiga ini, hampir 500 tulisan yang sudah saya buat. Kalau dihitung rata rata satu tulisan tiap dua hari. Bagi saya cukup lumayan, meski banyak teman yang jauh lebih produktif daripada saya.
Tulisan yang saya buat banyak berkisar tentang dunia sekolah. Ya, saya menulis apa yang saya lihat. Di samping untuk bercerita, Â saya juga ingin memberi inspirasi pada siswa saya bahwa menulis adalah dunia yang mengasyikkan.Â
Hal lain yang saya dapatkan dari Kompasiana adalah banyak teman. Bergabung di grup KPB, Kompasianer Pendidik juga Pulpen membuat kami bisa saling bertegur sapa.Â
Saya merasa mempunyai banyak saudara dari Sabang sampai Merauke, bahkan sampai manca negara.
Saling menyapa, menunjukkan foto makanan pas sarapan atau makan siang, membuat pertemanan kami terasa demikian akrab. Ya, betapa banyak keunikan di daerah kami masing-masing.Â