Contoh belajar matematika dengan permainan misalnya menggunakan balok balok aneka bentuk geometri untuk membuat bangun baru, pengenalan pola lewat bermain manik-manik, dan banyak lagi.
2. Tidak memaksakan satu metode untuk memahami konsep matematika.Â
Ini seperti contoh di atas. Nanda tidak bisa berhitung dengan menggunakan metode yang digunakan gurunya. Ia lebih paham dengan menghitung manik-manik.Â
Dalam kasus ini menurut pandangan saya sebaiknya guru mengikuti metode belajar yang siswa lebih mudah menguasainya. Yang penting konsep berhitung masuk, dan siswa memahaminya.Â
Memaksa siswa belajar dengan metode yang menurutnya sulit hanya membuat siswa menjadi stress, merasa dirinya tidak bisa dan akhirnya tidak suka matematikaÂ
3. Tidak memaksa siswa memahami matematika dalam waktu yang cepat.Â
Ya, tiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda dalam belajar. Ada yang cepat mengerti, ada pula yang tidak kunjung mengerti. Tidak apa, tugas guru adalah selalu memberikan stimulus dan motivasi agar siswa suka belajar matematika.
Adalah penting melakukan pendekatan yang menyenangkan dalam memperkenalkan matematika pada anak usia dini. Dengan wajah matematika yang lebih ramah diharapkan anak akan semakin mencintai matematika.
Dan yang tak kalah penting adalah para orang anak usia dini tidak perlu terlalu khawatir jika anaknya kelihatan belum bisa matematika. Stop membandingkan satu anak dengan anak lain, karena setiap anak unik dan mempunyai kecepatan belajar yang berbeda.
Biarkan anak berkembang sesuai dengan keunikannya masing-masing.Â
Di akhir tulisan ini saya ingin mengutip nasehat dari Ibu Elly Risman seorang pakar psikologi bahwa pada anak usia dini yang pertama berkembang adalah pusat perasannya , karenanya biarkan mereka tumbuh menjadi anak yang bahagia, jangan paksa mereka menjadi anak yang pintar. Karena pintar itu ada masanya.Â