Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bapak dan Ibu Guru, Berhati-hatilah dalam Berucap

8 Oktober 2023   13:49 Diperbarui: 8 Oktober 2023   14:18 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru sedang mengajar, sumber gambar: Republika.co.id

Sore itu selepas sholat Ashar kami duduk- duduk di mushola. Sambil menunggu jam pulang yaitu pukul tiga, kami biasanya ngobrol sebentar. Sambil melepas lelah dan membicarakan keunikan dan tingkah laku anak-anak hari ini. 

Di sekolah kami biasanya para bapak jamaah di masjid sedangkan ibu-ibu di musholla putri. Jarak ke masjid agak jauh, para ibu memilih musholla putri yang dekat dengan ruang guru. Otomatis yang ngobrol semua ibu guru, jadi suasananya selalu gayeng. 

"Bu, tahu tidak , saya kemarin dapat WhatsApp dari siswa saya angkatan 2006," kata Bu Sri membuka percakapan.

"Oh ya?" seru kami tertarik. Tahun 2006, tentunya Bu Sri belum mengajar di sekolah kami sekarang. Beliau dimutasi di sekolah kami sejak empat tahun yang lalu.

 Bu Sri adalah senior kami. Orangnya ramah sekaligus rame. Pada anak-anak sangat dekat, namun tetap tegas. 

Bagaimana tidak dekat, ketika seragam anak -anak jahitannya 'dhedhel' atau rusak, Bu Sri selalu menjadi penyelamat.  

"Cari pinjaman baju sana," begitu kata beliau pada anak yang bajunya 'dhedhel'.

Biasanya anak tersebut langsung mencari pinjaman baju dan menyerahkan bajunya tadi untuk diperbaiki Bu Sri.

 Oh ya, di sekolah kami biasanya anak-anak yang lulus menyumbangkan bajunya yang layak pakai ke sekolah, barangkali bisa dimanfaatkan untuk adik-adiknya. Jadi stok baju seragam lumayan banyak.

Ilustrasi guru sedang mengajar di kelas, sumber gambar: jabarekspres.com
Ilustrasi guru sedang mengajar di kelas, sumber gambar: jabarekspres.com

Karena yang sering bermasalah dengan seragam biasanya anak-anak yang aktifnya di atas rata-rata (tingkahnya luar biasa), mereka jadi sangat dekat dengan Bu Sri. Saat istirahat atau pulang mereka mampir ke Bu Sri yang selalu stand by di ruang koperasi sekolah.

Kembali ke cerita tadi Bu Sri kemudian membuka HP nya dan membacakan pesan dari mantan siswa tadi.

"Selamat pagi Bu Sri, saya Astuti, siswa Ibu angkatan tahun 2006, yang dulu pernah disumpahi oleh, Ibu," kata Bu Sri sambil menghentikan bacaannya. 

Mendengar kata 'disumpahi',  kami sangat terkejut. 

"Disumpahi bagaimana?" tanya saya ingin tahu. Bu Sri lalu melanjutkan membaca pesan tersebut 

"Dulu Ibu pernah menyumpahi saya karena saya selalu ramai di kelas, kata ibu mudah- mudahan saya nantinya jadi guru sejarah. Saya sekarang jadi guru sejarah, Bu, dan barusan diangkat P3K..,"

"Subhanallah..," kata kami hampir bersamaan sambil tertawa. Bu Sri tersenyum penuh haru sambil melanjutkan ceritanya. 

Jadi Astuti adalah siswa yang cukup ramai di kelas. Sebelum ada mapel IPS, di SMP ada mapel ekonomi, geografi dan sejarah, dan Bu Sri adalah guru mapel sejarah.

Ceritanya waktu itu Astuti duduk di kelas sembilan. Waktu pelajaran sejarah ia banyak bicara di kelas, tidak fokus ke pelajaran.

Karena tiap pelajaran sejarah Astuti berperilaku seperti itu, akhirnya Bu Sri mengingatkan Astuti, "Astuti, kalau kamu ngomong terus saja, Ibu doakan mudah-mudahan kamu jadi guru sejarah.." 

Astuti langsung diam sambil menahan senyum diikuti tawa teman-teman sekelas. 

Mungkin saat mengucapkan doa itu malaikat langsung mengamini atau bagaimana, tidak ada yang tahu. 

Yang jelas, lepas SMA Astuti kuliah mengambil jurusan kependidikan sejarah. Akhirnya Astuti  menjadi guru sejarah, dan tahun 2023 ini ia diangkat menjadi P3K di Malang. Mungkin karena bahagianya, Astuti langsung ingat Bu Sri.

Sebuah kisah yang lucu sekaligus mengharukan. Sebuah pelajaran bagi kami supaya hati-hati dalam berucap, karena kita tidak tahu dari mulut siapa doa atau ucapan akan dikabulkan. 

Sejengkel apapun, harus tetap berucap yang baik pada siswa, karena mereka adalah anak-anak kita.  

Jam sudah menunjukkan pukul tiga lebih. Bergegas kami meninggalkan musholla putri untuk segera finger print dan pulang.

Dalam perjalanan menuju ruang guru tiba-tiba ...deg .. , saya jadi ingat, dulu saya sering disetrap guru matematika saya saat SMA. Tapi lulus SMA saya masuk IKIP Malang jurusan matematika, dan sekarang menjadi guru matematika.

Jangan jangan saya menjadi guru matematika karena doa beliau? He..he..

Sekedar catatan ringan.. selamat berhari Minggu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun