Rasa cinta tanah air membuat seseorang selalu berjuang agar lingkungan sekitarnya semakin baik. Adalah penting menanamkan rasa cinta tanah air pada anak-anak sejak dini karena masa depan negara berada di tangan mereka.
Cerpen ini bercerita tentang andil seorang anak kecil untuk kelancaran perjuangan pamannya yang seorang pemerhati lingkungan.
Andil yang tampaknya kecil namun sangat berarti, karena dengan bantuan anak kecil ini pamannya bisa melakukan presentasi tentang pelestarian lingkungan hidup di kampung sebelah.
*************
Paman Izul mengernyitkan keningnya. Â Wajahnya tampak begitu serius. Berkali-kali ia mengetik di laptop lalu menggeleng-gelengkan kepala dengan kecewa.
"Ada apa, Paman? Â " tanya Alby mendekat. Â Dari keponakan-keponakannya Alby paling akrab dengan paman Izul. Alby sering bertanya ini itu dan dengan sabar Paman Izul selalu menjawabnya.Â
Yang paling sering ditanyakan Alby adalah tentang gambar- gambar alam dan lingkungan yang ada di laptop. Â Paman Izul selalu bisa menerangkannya satu-persatu. Â Juga masalah matematika. Â Ya, Â Paman izul adalah pemerhati lingkungan hidup dan penggemar matematika.Â
Dari Paman Izul Alby belajar bermacam-macam sulap matematika dan kisah-kisah penemuan dari para tokoh matematika. Yang paling sering diceritakan Paman Izul adalah tentang Leonardo da Pisa atau Fibonacci.
 Mengapa  kagum pada Fibonacci?  Menurut cerita Paman Izul, bilangan Fibonacci bisa dilihat dalam alam semesta.  Misal jumlah kelopak beberapa bunga, sisik buah nanas, dan banyak lagi.  Bisa berjam-jam jika Paman Izul bercerita tentang bilangan Fibonacci.
Hal lain yang juga sering diceritakan Paman Izul adalah tentang pelestarian lingkungan. Betapa bumi kita sekarang sedang darurat sampah plastik. Sudah saatnya kita semua peduli pada sampah plastik, karena plastik perlu waktu ratusan tahun untuk penghancurannya.
Paman Izul masih tekun di depan laptopnya.
"Ada apa, Paman? " tanya Alby sekali lagi.  Wajahnya yang bulat putih mendekat ke laptop Paman Izul  penuh rasa ingin tahu. Anak laki-laki berumur sepuluh tahunan itu benar-benar menampakkan kecerdasannya.
"Paman lupa password, By, " kata Paman Izul sebal.
"Paman harus pakai laptop hari  ini? " tanya Alby prihatin.
"Besok pagi Paman harus presentasi tentang pengolahan sampah di Kampung Manggis, Â padahal data dan materi ada di laptop ini semua, " sambung Paman Izul.
Ah, gawat ini, bisa-bisa acara Paman Izul berantakan, pikir Alby.
Paman Izul memang sering melakukan pengarahan ke kampung-kampung berkaitan dengan pengolahan sampah. Rupanya besok giliran Kampung Manggis yang bersebelahan dengan kampung tempat mereka tinggal.
Alby melihat laptop itu dengan seksama. Â Laptop berwarna merah itu memang jarang dipakai. Â Paman Izul selalu memakai laptopnya yang hitam.Â
"Sudah berapa lama laptop ini tidak dipakai, Paman? " tanya Alby lagi.
"Paman lupa, Alby, Â paling satu bulan, "
Hmm, Â satu bulan, Â pantas passwordnya lupa. Â Paman Izul sebenarnya bukan orang yang pelupa, Â hanya saja kesibukannya memang padat, pikir Alby.
"Paman cuma ingat, Â passwordnya ada 8 digit, Â diawali dengan dua huruf dan enam angka istimewa, " kata paman lagi.Â
Tengah berpikir, tiba-tiba terdengar suara Bunda memanggil. Ya, rumah Aby tidak jauh dari rumah Paman Izul.
"Alby, Â sudah makan? " tanya Bunda mengingatkan.
"Sebentar, Â Bunda, "jawab Alby sambil terus menuju rumah.
Habis makan Alby segera masuk kamar.Â
Ia mengambil selembar kertas. Membuat coretan-coretan. Â Dua huruf dan enam bilangan istimewa.., Â hmmm, Â kata-kata Paman Izul terus terngiang di telinganya.
Alby mengernyitkan dahi tanda ia berpikir serius, lalu mencoret- coret lagi. Â Kira-kira dua jam kemudian Alby memberikan bulatan merah pada beberapa bagian coretannya. Â Dengan wajah berseri ia menuju rumah Paman Izul.Â
Di kamar, Paman Izul sedang membaca bukunya. Laptop masih terbuka di meja sebelahnya.
"Sudah bisa dibuka, Paman? " tanya Alby.
"Belum, By, Â "
"Alby coba buka ya, " kata Alby sambil mengeluarkan lipatan kertas dari sakunya.
Paman Izul tersenyum lalu mendekatkan laptop merah pada Alby.
Alby mencoba satu-persatu kombinasi angka dan huruf di catatannya.
Percobaan kesatu gagal, Â kedua gagal, Â pada percobaan ketiga tiba-tiba..
"Yes..! " teriaknya.
Paman Izul langsung meletakkan bukunya.
"Bisa, Â Paman.., " kata Alby dengan wajah berseri.
"Passwordnya BY112358" katanya senang.
Paman Izul tersenyum dengan wajah cerah.
"Bagaimana Alby bisa tahu? " tanya Paman Izul
" 'Kan kata Paman dua huruf, Â saya mula- mula ambil AZ atau ZA, Â itu inisial nama paman, Â Achmad Zulfikar, atau Zulfikar Achmad. Tapi saya juga ambil BY, "
"Kenapa BY?" Â tanya Paman Izul
" 'Kan, Paman suka sama Bony? Â Kucing yang tiap hari ke sini? "
"Kenapa bukan, BO? " tanya Paman Izul lagi.
"Tidak tahu Paman, Â sepertinya BY lebih bagus, " kata Alby lucu.
Paman Izul tertawa,
"Lalu, Â angka-angka itu? "
"Ooh, Â gampang sekali, Â itu bilangan Fibonacci kan? Â Paman Izul sering cerita, "
Ya, Paman Izul sering bercerita bahwa angka-angka pada barisan Bilangan Fibonacci diperoleh dari penjumlahan dari dua angka sebelumnya. Barisan Bilangan Fibonacci adalah : 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, dan seterusnya.
Paman Izul tertawa sambil mengucek-ucek rambut Alby. Tentang Bilangan Fibonacci itu benar sekali. Tapi Alby tidak tahu bahwa BY adalah inisial namanya, keponakan yang sangat disayangi Paman Izul.
Ah senangnya, berarti besok Paman Izul bisa presentasi, pikir Alby.
Alby begitu bangga. Paling tidak ia bisa sedikit membantu perjuangan Paman Izul dalam usaha melestarikan lingkungan utamanya tentang pengolahan sampah.
***
Penulis adalah guru matematika yang suka menulis . Cerpen ini diikutkan lomba menulis cerita anak yang diadakan oleh Pulpen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H