Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sebuah Cerita Perjalanan Sehari di Bumi Bung Karno

4 Juni 2023   14:47 Diperbarui: 17 Juni 2023   13:49 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meja kursi kuno di Istana Gebang, dokumentasi pribadi 

"Mbolang", adalah istilah yang sering kami gunakan untuk bepergian. Mbolang berasal dari kata bolang. Inspirasi kata ini berasal dari sebuah acara televisi yang artinya bocah petualang alias anak yang suka bepergian ke sana kemari dan menemukan kebahagiaan dalam petualangannya.

Bagaimana jika ibu-ibu pergi mbolang bersama? He.. he.. rame pokoknya, bahkan kadang kadang mengalahkan ramainya anak kecil, eh....

Perjalanan mbolang kali ini diikuti oleh alumni SD kami yang berjumlah sembilan orang. Seharusnya ada sepuluh, tapi karena kesibukan yang tidak bisa ditinggal, salah satu teman kami batal ikut meski sudah terlanjur pesan tiket.

Tujuan utama kami adalah ke kota Blitar. Makam Bung Karno, Istana Gebang dan Candi Penataran adalah destinasi utama kami. Namun karena keterbatasan waktu tujuan ke Penataran akhirnya tidak bisa terlaksana.

Tiket sudah dipesankan seminggu sebelumnya. Lewat aplikasi seorang teman, sepuluh tiket pulang pergi Malang-Blitar berhasil dibeli dengan harga tiket sekali perjalanan Rp12.000,00.

Di stasiun Kota Baru Malang, dokumentasi pribadi 
Di stasiun Kota Baru Malang, dokumentasi pribadi 

Hari dan jam keberangkatan sudah ditentukan yaitu Sabtu, 3 Juni 2023, kereta Penataran berangkat pukul 07.14 WIB.

Sebagai antisipasi supaya jangan sampai terlambat, kami berjanji untuk bertemu di Stasiun Kota Baru Malang pukul 06.30.

Maka demikianlah, sepagi itu kami sudah siap di depan stasiun dengan dresscode yang sudah ditentukan. Baju kotak-kotak, celana panjang dan bersepatu. Biar bagus saat dipotret katanya. He..he..

Ramainya suasana di stasiun kereta api, dokumentasi pribadi 
Ramainya suasana di stasiun kereta api, dokumentasi pribadi 

Sekitar pukul tujuh, kami menaiki kereta api Penataran gerbong enam. Suasana begitu ramai. Libur panjang empat hari di awal bulan Juni ini membuat penumpang melimpah di stasiun.

Sekitar pukul sembilan lebih kami sampai di Stasiun Blitar. Setelah istirahat sejenak, agenda selanjutnya adalah mencari sarapan. 

Dari berbagai info yang masuk, akhirnya pilihan kami jatuh pada Rumah Makan Padang Murah yang berlokasi di Jalan Mastrip Blitar.

Sarapan dulu, dokumentasi pribadi 
Sarapan dulu, dokumentasi pribadi 

Berbagai macam hidangan disediakan. Kami tinggal ambil, menunjukkan makanan yang ada di piring dan harga langsung ditentukan. Praktis sekali.

Lezatnya sayur singkong, ayam goreng dan sambel ijo, ditemani segelas teh hangat benar-benar memberikan semangat pagi itu. 

Setelah sarapan kami bergegas meneruskan perjalanan. Mulanya kami akan pesan angkutan online untuk pergi ke Makam Bung Karno. Namun apa daya, sampai setengah jam kami tidak juga mendapatkan driver. Akhirnya rencana langsung diubah dengan menyewa becak.

Menyewa becak untuk melakukan perjalanan, dokumentasi pribadi 
Menyewa becak untuk melakukan perjalanan, dokumentasi pribadi 

Karena ada sembilan orang dalam rombongan, maka ada lima becak yang disewa. Empat becak dinaiki dua penumpang, satu becak satu penumpang.

Setelah deal dengan ongkos dan perjalanan yang akan dilakukan dengan para penarik becak, perjalanan pun dilanjutkan menuju Makam Bung Karno.

Aha, berkeliling Kota Blitar dengan becak sungguh mengasyikkan. Ritme kehidupan tiba-tiba terasa begitu santai, jauh dari segala ketergesaan.  Apalagi suasana jalanan kota Blitar yang jauh lebih sepi dibanding kota Malang.

Baliho yang berisikan agenda haul Bung Karno, dokumentasi pribadi 
Baliho yang berisikan agenda haul Bung Karno, dokumentasi pribadi 

Bulan Juni adalah bulannya Bung Karno. Begitu keterangan pak penarik becak pada kami. Ada tiga event besar di kota Blitar dalam bulan Juni ini, yaitu tanggal 1, 6 dan 21 Juni. 

Tanggal 1 Juni adalah hari lahirnya Pancasila dimana Bung Karno adalah penemu dan penggagas Pancasila, tanggal 6 Juni adalah hari lahir Sang Proklamator, dan 21 Juni adalah hari wafatnya Bung Karno.

Setiap tanggal diperingati dengan perayaan khusus. Dengan tumpengan, brokohan ataupun peringatan haul.

Hal tersebut dipertegas dengan keterangan Mbak Nurin dari Perpustakaan Bung Karno. 

Berbagai koleksi di ruang memorabilia, dokumentasi pribadi 
Berbagai koleksi di ruang memorabilia, dokumentasi pribadi 

Mbak Nurin menerangkan bahwa perpustakaan yang berlokasi di bagian depan area Makam Bung Karno ini ditata demikian apik. Ada ruang koleksi buku juga memorabilia. 

Memorabilia adalah tempat koleksi barang- barang kenangan tentang Bung Karno. Ada banyak foto-foto beliau mulai dari zaman sekolah, menjadi presiden hingga akhirnya wafat, juga barang -barang yang sering dipakai Bung Karno. 

Ada rasa haru sekaligus bangga menyaksikan foto foto jejak perjuangan Bung Karno, juga quotes-quotes beliau yang begitu kental dengan rasa nasionalisme. 

Para pendiri PNI, koleksi ruang memorabilia, dokumentasi pribadi 
Para pendiri PNI, koleksi ruang memorabilia, dokumentasi pribadi 

Teks proklamasi tulisan tangan Bung Karno koleksi ruang memorabilia, dokumentasi pribadi 
Teks proklamasi tulisan tangan Bung Karno koleksi ruang memorabilia, dokumentasi pribadi 

Salah satu koleksi di ruang memorabilia, dokumentasi pribadi 
Salah satu koleksi di ruang memorabilia, dokumentasi pribadi 

Menurut Mbak Nurin, dalam bulan Juni ini banyak kesibukan yang dilakukan untuk memperingati jasa-jasa Sang Proklamator. 

Antusias warga pada bulan Bung Karno ini ditampakkan dengan banyaknya kunjungan ke makam Bung Karno di bulan Juni.

Banyaknya pengunjung adalah berkah rezeki bagi para pedagang di depan maupun di tempat pembelian oleh-oleh di bagian belakang makam.

Ziarah di makam Bung Karno dibuat bergantian, dokumentasi pribadi 
Ziarah di makam Bung Karno dibuat bergantian, dokumentasi pribadi 

Saat kami datang ke makam Bung Karno, banyak sekali peziarah sehingga yang berdoa ataupun nyekar di makam dibuat bergantian. 

Adalah Pak Juni, petugas di area tersebut yang dengan sabar mengarahkan para peziarah, bahkan rela menjadi juru potret dari masing masing rombongan.

Para penjual cindera mata sebelum area makam, dokumentasi pribadi 
Para penjual cindera mata sebelum area makam, dokumentasi pribadi 

Lepas ziarah kami meninggalkan area makam lewat jalan keluar yang sudah ditata sedemikian rupa sehingga kami harus berputar di kawasan oleh-oleh.

Ada berbagai barang dagangan ditawarkan. baju-baju, aneka makanan khas Blitar seperti bumbu pecel, jenang dan dodol, beraneka ragam cindera mata, mainan dan banyak lagi. Saya sendiri membeli bros dan gelang dengan harga yang begitu murah. Lima belas ribu rupiah untuk tiga bros dan dua buah gelang.

Sesudah berputar- putar di pasar oleh-oleh kami menuju becak yang sudah menunggu di tempat parkir. Perjalanan pun dilanjutkan menuju Istana Gebang, tempat kediaman Bung Karno di masa kecil dan remaja. 

Pak penarik becak melayani kami dengan ramah meski harus menunggu lama. Sambil menunggu teman lain yang berbelanja kami berbincang-bincang dengan pak penarik becak.

Keberadaan becak sebagai kendaraan wisata yang dipakai berkeliling kota Blitar sudah mulai tergerus dengan berbagai angkutan online. Jika dulu mereka bisa mendapatkan beberapa order dalam satu hari , kini satu order saja sudah bagus. 

Ongkos perjalanan tidak begitu mahal, dan sabar menunggu pula. Itu keunggulan kalau kita menggunakan becak.

Tiba di Istana Gebang, dokumentasi pribadi 
Tiba di Istana Gebang, dokumentasi pribadi 

Kira-kira pukul satu kami tiba di Istana Gebang. Tampak nyata ada kesibukan di sana. Tenda-tenda didirikan dan pengunjung gedung kesenian begitu banyak. 

Aha, rupanya kedatangan kami bertepatan dengan akan diadakannya Bung Karno Run 2023. Lomba lari ini diadakan tanggal 4 Juni 2023 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Blitar.

Baliho Bung Karno Run 2023 di halaman Istana Gebang, dokumentasi pribadi 
Baliho Bung Karno Run 2023 di halaman Istana Gebang, dokumentasi pribadi 

Memasuki Istana Gebang membuat kami seolah terlempar ke masa lalu. Suasana terasa demikian adem. Di ruang tamu sebuah lukisan besar Bung Karno di antara banyak orang seolah menyambut kedatangan kami. 

Meja kursi kuno dengan taplak dan hiasan- hiasan di tembok rumah seolah bercerita bagaimana keseharian kehidupan di rumah itu. Semua demikian cantik dan tertata apik. 

Meja kursi kuno di Istana Gebang, dokumentasi pribadi 
Meja kursi kuno di Istana Gebang, dokumentasi pribadi 

Bilah kayu dengan tulisan berbahasa Jepang, dokumentasi pribadi 
Bilah kayu dengan tulisan berbahasa Jepang, dokumentasi pribadi 

Yang menarik di salah satu sudut ruangan terdapat bilah kayu bertuliskan Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno dalam bahasa Jepang. 

Kami juga bisa melihat kamar tamu, kamar pribadi Bung Karno, ruang dapur, ruang makan, juga mobil Bung Karno. 

Berbagai foto dan tempat tidur di Istana Gebang, dokumentasi pribadi 
Berbagai foto dan tempat tidur di Istana Gebang, dokumentasi pribadi 

Sebuah sudut di Istana Gebang, dokumentasi pribadi 
Sebuah sudut di Istana Gebang, dokumentasi pribadi 

Mobil Bung Karno, dokumentasi pribadi 
Mobil Bung Karno, dokumentasi pribadi 

Halaman Istana begitu luas, menurut keterangan yang bertugas di sana, halaman rumah Istana Gebang di masa lalu mencapai dua hektar. Wow... 

Ada kesan yang begitu hangat di istana ini. Ketika kami baru datang, delapan gelas kopi menyambut kedatangan kami. Rupanya dari sponsor penyelenggaraan event Sukarno Run. 

Di depan Istana Gebang, dokumentasi pribadi 
Di depan Istana Gebang, dokumentasi pribadi 

Aih, nikmat sekali. Jam-jam sekian ngopi memang sangat mengasyikkan.

Setelah berfoto dan sholat di mushola Istana Gebang, kami pun melanjutkan perjalanan. 

Stasiun Blitar menjadi tujuan utama. Ya, jam sudah menunjukkan hampir pukul tiga. Memang kereta kami baru akan berangkat menuju Malang jam 16.50 WIB. Tapi jauh lebih aman berada di sekitar stasiun di jam-jam menjelang pukul empat sore 

Perjalanan dengan becak berakhir. Kami segera membayar ongkos perjalanan. Bapak-bapak penarik becak menerima pembayaran kami dengan wajah sumringah. 

Sebelum masuk stasiun kami mampir dulu ke kedai bakso urat tak jauh dari situ. Hangatnya bakso dan manisnya minuman jeruk menutup perjalanan kami hari itu.

Siap balik Malang, dokumentasi pribadi 
Siap balik Malang, dokumentasi pribadi 

Ya, semua terasa hangat dan manis, semanis kesan perjalanan kami di Bumi Bung Karno.

Blitar, saya akan kembali...

Catatan: semoga dalam waktu dekat saya bisa ke Blitar lagi. Melihat lebih jauh tentang Perpustakaan Bung Karno dan Istana Gebang, juga mengadakan kopdar dengan Mbak Nazarotin, teman Kompasianer asal Blitar yang kemarin tidak bisa terlaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun