"Oh Japanan.., bus hijau Mbak itu.." kata Mas nya sambil menunjuk bus hijau besar dengan rute Malang-Surabaya.
Lalu-lalang orang di jalan begitu ramai. Banyak yang masih mengenakan baju lebaran. Mungkin juga seperti kami yang ingin menuntaskan silaturahmi ke sanak famili.
Bergegas kami masuk bus. Penumpang sudah hampir penuh. Untunglah kami semua masih kebagian tempat duduk. Semua dalam kapasitas yang wajar, dalam artian semua duduk, kecuali kondektur yang jalan ke sana-kemari untuk menarik uang karcis.
Melalui beberapa halte beberapa penumpang mulai naik dan turun. Â Jumlah penumpang yang naik, masih lebih banyak daripada yang turun. Alhasil penumpang dalam bus mulai berjubel dan banyak yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk.
Jika saat masuk bus lagu dangdut koplo dari sound masih bisa kami dengar, mulai Singosari lagu-lagu mulai tenggelam oleh suara ramainya penumpang
"Wes kebek, Pak .," protes seorang ibu ketika penumpang masih saja dinaikkan.
"Belakang, Mas," kata kondektur pura-pura tidak mendengar protes tersebut sambil mengarahkan penumpang yang baru masuk.
"Ayo..ayo... Kalem..kalem...," teriak kondektur.
Suasana semakin berdesakan ketika kondektur harus lewat untuk menarik karcis.
Ampun .. meski saya duduk, tapi badan saya terdesak oleh ransel penumpang lain.
"Kalem..kalem...," Teriak kondektur lagi. Maksudnya ia minta diberi jalan supaya bisa lewat.
"Kalem..kalem apane... Podho lemune ngene..," kata ibu protes tadi. Rupanya beliau merasa jengkel karena protesnya tadi tidak ditanggapi oleh sang kondektur.
Sontak kami melihat ke ibu tadi juga kondektur yang ternyata keduanya berbadan besar.