Akhirnya Penataran P4 pola 100 jam kami jalani dengan mengalir saja. Ya, benar-benar seperti aliran air. Tidak ada yang nyantol di pikiran karena lelah. Untungnya menjelang pendalaman dan pemantapan jam pulang kami dibuat lebih awal sehingga ada kesempatan untuk belajar.
Itu sekilas cerita pengalaman saya saat wajib masuk jam lima pagi. Saya saat itu berada di usia lulus SMA dan merasakan hal tersebut sebagai sesuatu yang sangat berat. Tidak bisa saya bayangkan jika peraturan masuk dini hari diterapkan pada anak-anak SMA yang notabene tidak lama mereka baru lulus dari SMP.
Memasukkan siswa di jam sekolah yang demikian pagi perlu dipikirkan lagi apakah manfaat yang diperoleh lebih besar dari mudharatnya, atau justru sebaliknya.
Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan etos belajar dan mempersiapkan siswa menembus perguruan tinggi negeri (PTN) ternama atau sekolah kedinasan di Indonesia, menurut saya lebih baik dilakukan lewat hal lain. Misal meningkatkan kualitas pembelajaran, atau mempertajam tutor teman sebaya.
Berdasarkan pengalaman saya, memasukkan siswa di jam yang terlalu pagi banyak membawa dampak negatif bagi siswa di antaranya:
1. Waktu istirahat yang kurang. Belum lagi jika siswa banyak tugas dan harus mengerjakannya sampai malam.Â
Akibatnya banyak siswa yang mengantuk di kelas. Ini pernah saya alami saat ada bimbel di sekolah dan kami harus masuk pukul enam pagi. Jam delapan pagi sudah banyak siswa yang mengantuk.
2.Faktor keamanan. Meski armada angkutan umum diperbanyak di pagi hari, tapi naik kendaraan umum pagi hari apalagi dalam suasana sepi sangat berisiko.
Ketika ospek di mana saya harus berangkat pukul setengah lima, rasanya selalu agak deg-degan. Apalagi ketika harus sendirian dalam mikrolet karena berangkat terlalu pagi.
3. Tidak sempat sarapan.Â