Pembicaraan ngalor ngidul seputar apa saja. Tentang dunia menulis, tentang anak anak , sekolah dan banyak lagi.
Meski baru pertama kali kami kopi darat tapi keakraban begitu cepat terjalin. Lewat saling membaca tulisan di Kompasiana, Â kami seolah sudah mengenal begitu lama.
Dari cerita sore itu saya tahu bahwa  Bu Yayuk ternyata sering lewat depan sekolah saya di Jl Dr Cipto, sementara saya sendiri sering lewat depan kampung tempat tinggal Bu Yayuk daerah Jl Hamid Rusdi. Kami tertawa bersama melihat fakta tersebut.
Ah, lucu sekali. Kami yang bertetangga begitu dekat dekat ternyata harus berkenalan dulu lewat Kompasiana.
Hal lain yang menarik, dulu semasa masih ada ujian nasional di mana pengawasan dilaksanakan secara silang, hampir setiap tahun saya menjadi pengawas di Cor Jesu, sekolah Bu Yayuk. Mestinya kami pernah bertemu saat itu, hanya saja belum saling kenal.
Mie bakar pesanan kami sudah datang. Aromanya begitu menggoda. Mie kekinian, khas selera anak muda sudah tersaji di depan kami dengan dua gelas teh hangat. Sambil menikmati mie bakar pembicaraan terus mengalir di antara kami. Begitu hangat dan akrab.
Ketika hari semakin sore kamipun bersiap pulang. Segera kami ke parkiran untuk mengambil sepeda masing masing.
"Lewat mana , Bu?" tanya Bu Yayuk.
" Balik Celaket saja, Bu," jawab saya.
Bu Yayuk segera mengendarai sepedanya  dan saya mengikuti dari belakang.
Sepeda kamipun beriringan kembali menuju Celaket.
Sampai di Celaket Bu Yayuk menuju arah  ke Jl. Hamid Rusdi, sementara saya terus ke Kayutangan untuk selanjutnya menuju ke Bareng.
Sore yang indah. Sungguh sebuah rahasia Tuhan, Â bahwa karena kesenangan yang sama yaitu menulis di Kompasiana kami bisa bertemu dan berbincang akrab di kedai mie bakar sore ini.