Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Mencari Pasangan", Sebuah Game Asyik untuk Belajar Matematika

23 November 2022   19:52 Diperbarui: 24 November 2022   09:01 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu soal dan jawaban, dokumentasi pribadi

"Bu, nanti kita ngapain?"

Pagi itu Nana, siswa kelas tujuh A menatap saya dengan penuh rasa ingin tahu. Dibawakannya beberapa buku saya, sementara saya membawa laptop dan kotak pensil. Nana rajin menjemput saya dari ruang guru ketika ada kelas matematika.

"Kok ngapain? Ya belajar matematika lah..," kata saya geli. Nana tersenyum. "Maksud saya nanti kita main apa?"

"Kita lihat dulu.. Kalau hasil kuisnya bagus kita game," kata saya.

"Yeay...," sahut Nana senang.. sambil mengiringi langkah saya menuju ke kelasnya.

Nana adalah salah satu siswa kelas 7A. Dari beberapa kelas saya, kelas 7A paling istimewa. Ya, kelas yang paling ramai.

Siswa kelas 7A sangat aktif. Selalu ingin berkeliling saat pelajaran, entah dengan alasan pinjam bolpoin, pensilnya jatuh, pinjam penggaris atau yang lain. Intinya mereka suka membuat berbagai alasan untuk sekedar keluar dari bangku.

Apa akibatnya? Karena kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran, prosentase materi yang terserap selalu di bawah kelas lain. Bagaimana tidak? Waktu guru banyak terbuang untuk menenangkan siswa, sehingga jalan materi agak lamban.

Setelah dicari penyebabnya ternyata dari hasil tes diagnostik di awal semester di kelas 7A banyak siswanya yang mamilki gaya belajar kinestetik. Ya, di Kurikulum Merdeka ini di awal pembelajaran guru harus melakukan tes diagnostik yang salah satunya bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa.

Siswa dan Gaya Belajar

Tiap orang punya gaya belajar sendiri-sendiri, Sumber gambar: iStock
Tiap orang punya gaya belajar sendiri-sendiri, Sumber gambar: iStock
Dalam kelas saya ada tiga kecenderungan gaya belajar yang dimiliki siswa, yaitu gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik.

Masing-masing gaya belajar menekankan pada alat indra yang dimiliki. Sebagian siswa cepat menangkap informasi dengan mendengar, sebagian yang lain dengan melihat atau gerakan. 

Tipe pembelajar visual cenderung fokus pada penglihatan. Pembelajar visual menggunakan indra mata dalam mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, serta membaca media.

Pembelajar auditori mengandalkan pendengaran dalam menangkap informasi. Siswa auditori dapat mengingat dengan baik dan jelas terhadap hal-hal yang pernah didengarkan. 

Tipe pembelajar kinestetik banyak melibatkan gerakan dalam proses belajarnya. Siswa dengan tipe kinestetik akan mudah mengingat informasi dengan langsung mempraktekkan dibanding hanya mendengarkan atau membaca teori. Mereka akan gelisah jika harus diminta duduk mendengarkan dalam waktu yang lama. 

Karenanya kelas yang siswanya banyak memiliki gaya belajar kinestetik biasanya agak 'ramai'.

Berkaitan dengan hal tersebut saya harus selalu memberikan menu tersendiri untuk kelas 7A. Ya, mereka memerlukan tantangan yang berbeda daripada kelas-kelas saya yang lain, dan game adalah salah satu alternatifnya. 

Game "Mencari Pasangan"

Perangkat game, dokumentasi pribadi
Perangkat game, dokumentasi pribadi
Mula-mula anak-anak senyum-senyum mendengar nama game ini. 

"Apa maksudnya Bu?" tanya beberapa siswa ingin tahu.

"Nanti duduknya pindah-pindah sesuai kartu soal dan jawaban yang dipegang," jawab saya sambil menunjukkan satu set kartu yang terbuat dari kertas manila. 

"Oh ya?" Siswa mulai penasaran dan mendengarkan penjelasan dengan sungguh sungguh. 

Game "Mencari Pasangan" adalah sebuah game dengan media kartu. Sesuai dengan jumlah siswa di kelas, ada 32 kartu permainan, dimana 16 kartu berisi soal dan yang lain berisi jawaban. 

Karena materi saya kali ini adalah persamaan linier satu variabel, soal yang tertulis di kartu adalah tentang persamaan linier satu variabel, di mana di tiap soal siswa harus mencari nilai x yang merupakan jawaban dari persamaan. 

Dalam pelaksanaan game, satu kelas dibagi menjadi empat kelompok dimana tiap kelompok terdiri atas 8 siswa. Setiap siswa akan mendapatkan satu kartu, bisa berisi soal atau jawaban yang diacak.

Kartu soal dan jawaban, dokumentasi pribadi
Kartu soal dan jawaban, dokumentasi pribadi
Sesudah kartu dibagikan, siswa bersama-sama memecahkan soal yang dipegang dan segera berusaha mencari jawaban di kartu yang dipegang siswa yang lain dalam satu kelompok. Siswa yang memegang kartu soal harus duduk dekat siswa yang menegang kartu jawaban yang bersesuaian.

Contoh : siswa yang memegang kartu 2x + 3 = 17, harus duduk dekat siswa yang memegang kartu x = 7, karena x = 7 adalah jawaban dari 2x + 3 = 17.

Kelompok yang menjadi pemenang dalam satu putaran adalah kelompok yang selesai paling cepat dan semua jawabannya benar. Kelompok dianggap selesai jika semua sudah duduk di bangkunya dengan pasangan masing -masing dengan kartu di depannya.

Sesudah satu putaran, soal ditukar ke kelompok sebelahnya, dan mereka mencari pasangan lagi. Begitu terus, hingga akhirnya tiap kelompok bisa menyelesaikan empat set soal.

Suasana game, dokumentasi pribadi
Suasana game, dokumentasi pribadi
Game berlangsung seru. Siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan soal dalam satu kelompok.

"Yes...!" teriakan itu pertanda satu kelompok sudah beres dalam tugasnya, dan mereka duduk menunggu pasangan kartu diperiksa guru.

Ramai? Pasti. Tapi yang jelas semua tetap belajar. Paling tidak di hari itu ada 16 soal yang diselesaikan oleh siswa. Tidak terasa berat karena mereka seperti bermain-main. 

Yesss!, dokumentasi pribadi
Yesss!, dokumentasi pribadi
Dalam pelaksanaan game suasana harus tetap dikendalikan supaya jangan sampai mengganggu kelas yang lain, dan di akhir pembelajaran tetap ada evaluasi untuk melihat apakah siswa belajar dengan baik atau tidak. 

Suasana semakin ramai ketika perolehan nilai tiap kelompok diumumkan. Yeay...!

Setelah evaluasi sebentar, tiba-tiba bel berbunyi. Tanda bahwa jam pelajaran matematika telah usai.

Sesudah memberi salam, bergegas saya berkemas dan meninggalkan kelas. Nana mengikuti saya dari belakang sambil membantu membawakan kertas hasil evaluasi.

"Bu, besok kita ngapain lagi?" tanya Nana lagi. 

Saya tertawa.. Waduh...

Semoga bermanfaat.

Salam matematika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun