operasi hitung bilangan bulat sederhana.Â
Bu guru berdiri di tengah kelas sambil membacakan soal satu demi satu. Soal berkisar tentangSiswa tampak diam, menyimak dengan serius, menghitung dalam benaknya, lalu menuliskan hasil hitungannya di sebuah notes kecil.
Aha, pembelajaran matematika hari itu diawali dengan mencongak.Â
Loss Learning dan Mencongak
Dalam tulisan sebelumnya yang berjudul "Tak Ada Salahnya Sejenak Mundur ke Belakang untuk Mempelajari Matematika", saya mencoba memaparkan akibat dari dua tahun belajar daring semasa pandemi. Ya, learning loss yang ternyata luar biasa dampaknya dalam pembelajaran.Â
Dua tahun daring mengakibatkan kompetensi siswa mengalami penurunan yang drastis. Kemampuan hitung siswa kelas tujuh bisa dikatakan setara dengan siswa kelas empat atau lima SD.
Kemampuan melakukan operasi hitung yang rendah mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika, dan akhirnya mereka beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang 'menakutkan'.
Sungguh, sebuah kondisi yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Lalu bagaimana kami mengatasi hal tersebut?
Setelah dilakukan diskusi antar guru- guru matematika, kami sepakat untuk meningkatkan kemampuan hitung siswa dengan menggunakan metode mencongak.
Ya, mencongak. Sebuah metode yang pernah dilaksanakan terutama di SD dulu, dan sempat ditinggalkan dalam waktu yang lama.
Tentang mencongak
Mencongak dalam matematika adalah menghitung di luar kepala tanpa menggunakan alat bantu dan langsung menuliskan hasilnya.
Mencongak juga dapat diartikan sebagai kegiatan menghitung di luar kepala atau dengan ingatan saja dimana yang ditulis hanya hasil hitungan akhir saja.
Di masa saya sekolah mencongak adalah kegiatan yang rutin dilakukan setiap hari sebelum pelajaran, baik ada matematika ataupun tidak. Dan targetnya adalah kami harus segera hafal perkalian.
Saat itu, bu guru meminta kami menyiapkan notes kecil khusus untuk mencongak. Mengapa notes? Karena tiap hari harus dibawa dan notes mudah diselipkan dalam tas.
Dalam pelaksanaannya ibu guru membacakan soal sementara kami langsung menuliskan jawabannya. Soal berkisar tentang perkalian bilangan mulai dari satu sampai seratus.
Ada sepuluh soal yang harus kami jawab, dan semua disampaikan secara lisan.
Selesai mengerjakan soal, notes dikumpulkan dan sebelum pulang sekolah akan dikembalikan untuk ditandatangani orang tua.Â
Mengapa harus ditandatangani orang tua? Supaya orang tua bisa cepat mengantisipasi jika anaknya mendapat nilai jelek.Â
Mendapatkan nilai jelek adalah pertanda bahwa siswa mengalami kesulitan berhitung, dan harus segera diatasi bersama.
Pelaksanaan mencongak tidak hanya secara tertulis. Bisa juga dengan tanya jawab lisan.
Sebagai contohnya, menjelang pulang sekolah, sesudah semua berdoa kami duduk dengan rapi dan memperhatikan bu guru yang sudah siap dengan soal soal perkalian. Yang bisa menjawab benar boleh pulang lebih dahulu, yang belum bisa tetap duduk di bangku.
Adalah sebuah kebanggaan ketika kami bisa menjawab benar dan dengan gagah melangkahkan kaki keluar kelas diiringi tatapan mata teman- teman sekelas.
Dengan metode seperti itu, ternyata di kelas tiga atau empat sebagian besar dari kami sudah hafal perkalian atau paling tidak mengerti dengan konsep perkalian.
Nah, bagaimana dengan metode mencongak yang dilaksanakan di kelas saya?Â
Hampir sama, sepuluh menit sebelum pembelajaran dimulai siswa diberi soal hitungan yang melibatkan operasi tambah, kurang, kali dan bagi. Soal dibuat bertahap mulai dari yang paling sederhana sampai yang agak kompleks.
Sesudah mengerjakan soal, pekerjaan langsung dicocokkan dan didata berapa siswa yang mendapatkan nilai 70 ke atas.Â
Dari data tersebut, kita bisa tahu berapa persen siswa yang masih mengalami kesulitan dalam melakukan operasi hitung.Â
Pendataan terhadap nilai bisa memberikan pengaruh positif, di mana siswa yang mendapat nilai di bawah 70 akan berusaha keras agar di pertemuan berikutnya mendapatkan nilai yang lebih bagus.Â
Ini terbukti dengan terus menurunnya jumlah anak yang mendapat nilai di bawah 70 setelah mencongak dilaksanakan sekitar dua minggu.Â
Lalu bagaimana dengan siswa yang selalu mendapat nilai di bawah 70?
Pada mereka dilakukan pembinaan tersendiri sepulang sekolah dengan memberikan latihan atau meluruskan konsep yang mungkin salah.
Akhirnya, mencongak sebuah metode yang terbilang lawas, ternyata bisa membantu siswa meningkatkan kompetensi dalam melakukan operasi hitung matematika.
Diharapkan dengan meningkatnya kompetensi siswa dalam melakukan operasi hitung, mereka bisa belajar matematika dengan lebih baik, sehingga mereka tidak merasakan matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan.
Selamat berakhir pekan dan salam matematika:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H